Lihat ke Halaman Asli

Suara Hati dari Pinggir Jalan

Diperbarui: 18 Juni 2015   01:06

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

SUARA HATI DARI PINGGIR JALAN

dengarlah
diantara bising kendaraan
baik ketika debu beterbangan menggapai matahari lalu terjatuh 
baik ketika silau lampu bergantian menyapa wajah

geram
aku geram
hatiku geram menyaksikan kemewahan
yang lebih berpihak pada hati yang curang
yang lebih suka bersembunyi di balik kantung celana bermerek
geram
aku geram
hatiku geram dalam kebuntuan
doa-doa yang tak terjawab
membentuk amarah
membalik norma

begitulah
mereka menjadi sosok-sosok seram
di tempat parkir, terminal dan pasar
lalu rehat diujung gang yang berbau alkohol

begitulah
mereka menjadi hiasan malam
di temaram pinggir jalan
lalu rehat di kegelapan taman

engkau yang mengaku berilmu
tak guna peringatan dan nasihatmu
karena mereka telah tahu
mungkin sebelum kau tahu

engkau yang memperoleh kelapangan
kekuasaan dan kemampuan

Tuhan menunggumu
menjadi saluran kasih dan sayangNya
mengabulkan doa-doa mereka
dalam perbuatan mereka sekarang
ada andil kelalaianmu

belumlah dermawan dengan menyisakan dua setengah persen
belum pula dermawan dengan tambahan sodakoh
belum cukup dermawan sebelum

kau masuki liang-liang gelapnya
kau temui segala yang menyesatkan
kau pahami kesulitan-kesulitannya
kau kenali yang membatasi pandangannya

bawalah mereka ke permukaan
agar melihat jalan di antara cahaya
kau kenyangkan perut mereka
agar mampu melangkah
kau bimbing mereka
agar sampai di tujuan

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline