Revolusi Industri di Inggris di Abad ke 18 hingga 19, menandakan perubahan ekonomi, sosial dan politik secara dramatis. Bermula ketika James Watt menemukan mesin uap yang memungkinkan otomatisasi dan mekanisasi dalam produksi yang kemudian menggantikan posisi manusia dan hewan. Revolusi Industri ini menjadi tonggak penting dalam sejarah tekhnologi secara berkelanjutan, yang pada akhirnya mengarah pada perkembangan tekhnologi digital, termasuk kemunculan SmartPhone. Selama revolusi Industri ini, penggunaan besi dan logam meningkat secara signifikan, yang menandai perkembangan dalam tekhnik manufaktur dan material yang akhirnya menjadi komponen -- komponen yang digunakan dalam pembuatan SmarthPhone.
Meskipun ada jarak yang cukup jauh sejak revolusi industri di Inggris, dengan kemunculan pertama kali SmarthPhone, namun sebenarnya saling berkaitan. Dampak dari revolusi industry itulah yang membuka kerang bagi para ilmuwan atau peneliti dalam menciptakan satu tekhnologi yang semakin canggih yang kita sebut SmarthPhone.
Salah satu yang menjadi penanda dari era technology canggih smartphone ini adalah ketika IBM memperkenalkan "Simon Personal Communicator" atau yang biasa disebut IBM Simon pada tahun 1992. Ini yang dianggap sebagai salah satu Smarthphone pertama dalam sejarah, meskipun masih terbatas pada kemampuan mengirim pesan dan mengelola kontak saja. Dalam buku "Smartphone: Past, Present, and Future" yang ditulis oleh Sarhan M. Musa dan Jonathan W. Stokes, mereka menulis tentang sejarah dan evolusi smartphone, termasuk peran IBM Simon sebagai salah satu perangkat awal yang menginspirasi perkembangan smartphone modern.
Bermula di tahun 1992 inilah, para peneliti semakin mampu menemukan dan mengembangkan alat -- alat tekhnologi, hingga pada akhirnya menguasai dunia dan peradaban seperti saat ini. Kita seringkali mendengar ada pernyataan bahwa siapa yang menguasai tekhnologi maka akan menguasai dunia. Pernyataan seperti itu tentu berdasar, seperti kita tahu bahwa hari ini, keberadaan diri kita sangat bergantung pada tekhnologi semacam Smartphone. Mulai dari bangun tidur hingga akan tidur kembali, semua aktivitas kita terhubung ke smartphone. Bahkan, informasi personal dan privasi kita sebagai individu manusia telah digantungkan kepada satu alat kecil yang sepanjang waktu kita genggam, yang kita sebut sebagai smartphone.
Kemunculan Smartphone tentu adalah kesuksesan besar dalam ilmu sains tekhnologi, bahkan dalam sejarah manusia. Ini mengubah dunia secara fundamental, dan terus berinovasi sedemikian rupa. Smartphone kini mengubah manusia dalam berinteraksi dalam segala hal. Mulai dari belajar, bekerja, berbelanja, bermain game hingga berhubungan social, semua seolah bergantung pada smartphone. Gawai itu kini telah menjadi bagian integral dari kehidupan sehari -- hari.
Hingga hari ini, sebagian besar penduduk bumi sudah menggunakan smartphone. Tentu ini sangat dibutuhkan ditengah kehidupan yang serba cepat dan instan. Di Dunia yang semakin berkembang, kita membutuhkan akses informasi yang serba cepat, dan itu bisa dilakukan oleh bantuan smartphone. Tidak ada lagi batas batas territorial dan jarak yang membatasi. Semua bisa terhubung satu ssama lain. Bahkan, perjumpaanpun bisa dilakukan antar benua melalui smartphone itu.
Namun, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan. Meskipun smartphone mengubah cara kita berinteraksi dengan orang lain, memungkinkan komunikasi dengan jarak jauh yang efisien, terkadang kita dapat merasa terisolasi dari orang -- orang di sekitar kita karena terlalu focus pada smartphone. Ketika saya menulis tulisan ini, saya berada disebuah warkop yang cukup ramai. Di hadapan saya sedang duduk enam orang, dan sejak mereka duduk disitu, sangat jarang mereka berkomunikasi. Mereka sibuk dengan gawai smartphonenya masing -- masing. Seolah -- olah sedang teralienasi karena pengaruh smartphone.
Mungkin kita perlu sejenak merenung, bahwa memang kita hidup dalam era yang serba canggih. Dunia menawarkan berbagai macam hal yang bisa membuat kita terdisrupsi sebagai makhluk social, manusia. Saya tertarik pada apa yang dikatakan oleh Elon Musk yang merasa prihatin terhadap perkembangan tekhnologi tertentu dan mengingatkan kita untuk selalu mengawasi dampak social dan etis dari tekhnologi yang kita gunakan.
Seorang tokoh islam, Ibnu sina (Avicenna) pernah berkata dalam kutipannya, "Dalam ilmu pengetahuan, kemungkinan tak terbatas, kita hanya perlu membuka pintu". Dan juga, ada kutipan dari tokoh Islam dari Mesir, Hasan Al Banna "Saat ini, kita berada dalam era tekhnologi yang besar. Kita harus memahami itu dan menggunakan pengetahuan ini untuk kepentingan manusia dan peradaban manusia". Saya kira dua kutipan itu bisa bersinggungan. Bahwa kita tidak menutup pintu terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, termasuk tekhnologi, tetapi kita perlu memahami bahwa apa yang kita gunakan hari ini sebagai penemuan dari ilmu pengetahuan, mestinya digunakan untuk kepentingan kemanusiaan, bukan malah menggerus nilai - nilai kemanusiaan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H