Lihat ke Halaman Asli

Mhmmd Fhmi

Belum ada

Tentang Fenomenology

Diperbarui: 10 November 2023   12:27

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Fenomenology dapat didefinisikan sebagai penyelidikan terhadap perilaku manusia atau sebagai sarana mempelajari bagaimana individu, secara subjektif, mengalami perilaku dan menarik kesimpulan dari fenomena yang dimaksud. Penulis penjelasan ini adalah Rijadh Djatu Winardi, S.E., Ak., M.Si., CFE yang merupakan rekan dalam penelitian khusus ini. Menurut Rijadh, sering kali, apa yang kita persepsikan dengan jelas akan berbeda dari apa yang kita sadari. "Fenomenologi dapat digunakan untuk memahami tidak hanya apa yang kita lihat secara langsung, tetapi juga untuk mempelajari struktur persepsi kita terhadap sesuatu yang kita lihat," kata penulis.

Berdasarkan penjelasan tersebut, paradigma fenomenologi juga mempunyai keterkaitan yang kuat dengan penelitian kinestetik (ilmu yang mempelajari tentang kesadaran). Beberapa teknik yang dapat digunakan dalam mempelajari kondisi manusia antara lain menguraikan atau menafsirkan ulang data untuk menghubungkannya dengan konteks yang relevan. Menurut Husserl, ada enam konsep dasar dalam teori transendental/murni fenomenologia: intensionalitas, noema, noesis, epoche (reduksi fenomenologis), reduksi eidetik, dan esensi pengalaman.

Sebaliknya, menurut teori fenomenologi hermeneutik Heidegger, redaksi tidak mungkin terjadi dan memahami fenomena tersebut memerlukan pemahaman individu yang mengalami kesulitan tersebut di atas. Berbeda dengan teori-teori sebelumnya juga, interpretasi merupakan komponen yang diintegrasikan dalam pemahaman paradigma ini dalam fenomenologi hermeneutika. Selanjutnya, fenomenologi sebagai suatu metodologi dapat disempurnakan lebih lanjut menjadi fenomenologi deskriptif dan interpretatif.

Terakhir, Rijadh juga membahas kelebihan dan kelemahan paradigma fenomena. Paradigma fenomenologi adalah alat yang berguna untuk memahami permasalahan yang kompleks dan juga berfungsi sebagai alat yang ampuh untuk memperoleh wawasan tentang perilaku manusia dan perjuangan sehari-hari. Paradoks ini juga memberikan peluang untuk memperkuat temuan penelitian dan meneliti data empiris dari penelitian tertentu. Di sisi lain, fenomenologi dapat "menakutkan" karena adanya kebutuhan untuk memahami data yang sulit ditemukan dan melimpah. Fenomenologi juga dapat mereduksi generalisasi temuan penelitian dan objektivitas yang dimaksud.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H



BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline