Sayyid Muhammad Rasyid Ridha memandang orang-orang islam mengikuti banyak peradaban Barat dan meninggalkan banyak nilai-nilainya. Perebutan kekuasaan memecah belah banyak umat Islam. Selain penalaran saat ini, proses berpikir Sayyid Muhammad Rasyid Ridha tidak jauh berbeda dengan pendidiknya, Muhammad Abduh. Perubahan pemikiran yang signifikan dikemukakan oleh Sayyid Muhammad Rasyid Ridha antara lain di bidang agama, persekolahan dan masalah legislasi. Sayyid Ridha mengatakan bahwa umat Islam lemah karena mereka tidak ada lagi melatih pelajaran Islam yang murni seperti yang diajarkan pada saat itu Rasulullah SAW, dan para sahabatnya. Namun pelajaran yang agak aneh dan lebih tercampur dengan bid'ah dan khurafat.
Maka dari itu salah satu tokoh pembaharuan yang banyak menyumbangkan konsep dan gagasannya bagi umat yang memperjuangkan kemajuan adalah Sayyid Muhammad Rasyid Ridha. Ini konteks di mana sangat bagus untuk diteliti apalagi dengan pembaharuan untuk memajuan dayah.
Biografi Rasyid Ridha
Nama lengkap Rasyid Ridha Muhammad Rasyid Ibnu Ali Ridha Ibnu Muhammad Syamsuddin Ibnu Muhammad Bahauddin Ibnu Manla Ali Khalifah. Berasal dari anggota keluarganya yang terhormat yang meninggalkan Bagdad dan menetap di Qalamun. Tanggal pasti lahirnya adalah Oktober 1865 M, 27 Jumadil Tsani 1282 H. Kampung halamannya berada di daerah dengan sejarah kesalehan Sunni dan komunitas keagamaan yang aktif. Hal ini menunjukkan kuatnya landasan keagamaan seorang Ridha dalam tatanan sosial di lingkungan tarekat.
Ayah dan Ibu Sayyid Muhammad Rasyid Ridha berasal dari keturunan al-Husain, anak dari Ali bin Abi Thalib dan Fatimah putri Rasulullah, Ini Alasannya Sayyid Muhammad Rasyid Ridha mempunyai gelar al-sayyid di depan namanya Apalagi sering menyebut tokoh Ahl al-bayt, misalnya Ali bin Abi Thalib,al-Husyan terlebih lagi Ja'far al-Shadiq dengan Jadduna (pendahulu kami).
Pendidikan Rasyid Ridha
Rasyid Ridha dimasukkan oleh orang tuanya pada usia 7 tahun ke madrasah tradisional di desanya, Qalmun. Dimasa kecil ia belajar di taman-taman pendidikan di kampungnya yang ketika itu dinamai alkuttab di sana ia diajarkan membaca Al- Qur'an, menulis dan dasar-dasar berhitung. Berbeda dengan anak-anak seusianya, Rasyid kecil lebih sering menghabiskan waktunya untuk belajar dan membaca buku dari pada bermain, dari sejak kecil ia sudah mempunyai kecintaan terhadp ilmu pengetahuan.
Setelah Ridha menyelesaikan pendidikannya di desanya, orang tuanya mengirimnya ke Madrasah Ibtidaiyah di Tripoli (Lebanon), di mana dia belajar ilmu nahwu, sharaf, aqidah, fiqh, matematika, dan ilmu bumi dalam bahasa Turki. Madrasah ini dimiliki oleh pemerintah dan bertujuan untuk melatih orang-orang yang akan bekerja untuk pemerintah Turki. Perlu diingat bahwa pemerintahan turki memerintah Lebanon pada saat itu. . Sekolah tersebut tidak diminati oleh Muhammad Rasyid Ridha
Pada tahun 1882 ketika ia berusia 17 tahun. Ia pindah ke Madrasah Wathaniyyah Islamiyyah Negeri, yang merupakan sekolah terbaik pada saat itu dan mengajarkan bahasa Arab selain Turki dan Perancis. Sekolah tersebut dipimpin oleh seorang ulama luar biasa dari syam pada saat itu, yaitu Syekh Husain al-Jisr yang nantinya mempunyai komitmen besar dalam pengembangan gagasan Ridha karena hubungan keduanya tidak berhenti disitu saja, meski fakta bahwa sekolah tersebut kemudian ditutup oleh pemerintah Turki. Rashid ridha diberi kesempatan menulis untuk sejumlah surat kabar Tripoli oleh syekh ini, dan ia kelak akan memimpin majalah Al-Manar
Karya- karya Rasyid Ridha