Lihat ke Halaman Asli

Maqbul Halim

Politisi dan penulis

Media dan Jurnalis Fanatik Jokowi-JK

Diperbarui: 20 Juni 2015   02:53

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Media. Sumber ilustrasi: PIXABAY/Free-photos

Maqbul Halim

Ingin melihat media-media yang partisan saat laporkan hasil liputannya di Kampanye Prabowo Subianto di Makassar, Selasa, 17 Juni lalu? Usai kampanye itu, kita bisa temukan berita-berita media dalam tiga kategori; Pro Jokowi-JK, Anti Prabowo-Hatta, dan Netral.

Ada beberapa penggalan kata atau kalimat berita dari pidato Prabowo tersebut yang dapat menjadi petunjuk tentang fanatisme media dan jurnalis pada Pilpres 2014 ini. Penggalan ini sangat menentukan kemana affiliasi jurnalis, redaktur, pengamat atau media tersebut.

Dalam pidato yang berlangsung kurang lebih 26 menit tersebut, Prabowo menegaskan bahwa jika dirinya menjadi presiden, ia tidak ingin bangsa Indonesia menjadi bangsa yang disuruh-suruh saja. Apalagi, katanya, menjadi pesuruh bangsa lain. Kita harus menjadi bangsa yang mandiri, bangsa yang berdiri di atas kaki sendiri. Di sinilah Prabowo mengawali beberapa poin pidatonya yang kemudian dikontroversialkan oleh pewarta dan pengamat.

Pada intinya, Prabowo ingin menegaskan bahwa dirinya adalah orang Sulawesi. Mengapa perlu Prabowo tegaskan bahwa dirinya adalah orang Sulawesi? Baginya, Sulawesi itu banyak melahirkan pemimpin-pemimpin yang hebat. Ia mencontohkan Sultan Hasanuddin, Jenderal TNI M Jusuf, atau mantan presiden RI Prof BJ Habibie. Dengan demikian, Prabowo secara tidak langsung ingin mengatakan bahwa dirinya juga punya potensi menjadi orang besar seperti mereka.

Lalu, apa buktinya bahwa Prabowo itu adalah orang Sulawesi? Atau Prabowo itu orang Indonesia Timur? Tentu saja, Prabowo pasti beberkan bahwa dalam dirinya juga ada darah orang Sulawesi. Yakni, Ibunya adalah orang Sulawesi Utara. Tidak cukup dengan itu, Prabowo pun menguraikan karakternya sebagai orang Sulawesi atau orang Indonesia Timur dalam berberapa sifat yang mungkin ia refleksikan dari dalam dirinya selama ini.

Keluarlah ciri-ciri watak orang Sulawesi atau Orang Indonesia Timur dalam pidatonya itu dalam formulasi sebagai berikut;
1. Orang Timur itu, cepat naik pitam, tapi cepat juga turun. Bagi yang jurnalis atau media yang anti Prabowo-Hatta dan Pro Jokowi-JK, maka tentu saja yang dipublis adalah kalimat "Orang Timur itu cepat naik pitam". Sementara kata "tapi cepat turun" itu tidak disertakan. Ucapan Prabowo adalah terformulasi dalam kalimat mejemuk, namun ketika diberitakan untuk kesan negatif bagi Prabowo-Hatta, maka kalimat majemuk itu dipermak menjadi kalimat tunggal dengan menghilangkan anak kalimatnya, yaitu "Cepat Turun". Hal yang negatif "Cepat Naik Pitam" inilah yang umumnya menjadi judul berita-berita pada media dan jurnalis pro Jokowi-JK dan anti Prabowo-Hatta.

2. "Orang Indonesia Timur itu, suka berlanglang buana. Suka merantau ke mana-mana." Kalimat ini sangat kurang disertakan dalam pemberitaan bagi media dan jurnalis yang anti Prabowo-Hatta dan pro Jokowi-JK. Tentu saja, karena pernyataan itu bermakna positif, yaitu menjunjung tinggi bagi Orang Sulawesi maupun orang Indonesia Timur.

3. Hal yang sama juga bisa kita lihat pada kalimat, "Orang Indonesia Timur, hatinya lurus. Kalau bicara, apa adanya." Kalimat ini juga sangat kurang diberitakan oleh jurnalis, pengamat dan media yang anti Prabowo-Hatta dan pro Jokowi-JK.

4. Kalimat "Tapi orang Indonesia Timur itu, suka, suka berkelahi." inilah yang paling banyak dikutip dan dijadikan judul oleh pengamat, jurnalis, dan media yang anti Prabowo-Hatta dan pro Jokowi-JK. Tentu saja, karena ini sangat bisa menyinggung perasaan orang Sulawesi dan orang Indonesia Timur dan lalu kemudian membenci Prabowo. Saat yang sama, mereka juga dengan KEBOHONGAN yang khidmat, menyembunyikan kalimat pelengkap-penjelas anak kalimat dari induk kalimat itu. Yakni, "Makanya cocok masuk tentara atau polisi. Atau pelaut." Bahkan dalam tubuh berita yang dimuat media kebanyakan sehari setelah kampanye itu, juga jarang mengutip kalimat penjelas itu.

5. "Orang Indonesia Timur itu, walaupun suka berantem, tapi orangnya setia, saudara2 sekalian." Kalimat ini juga dimutilasi sedemian rupa sehingga redaktur dan jurnalis, serta media yang anti Prabowo-Hatta dan pro Jokowi-JK hanya menghidangkan kalimat "suka berantem" dalam karya beritanya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline