Tahun ajaran baru 2020 memiliki tantangan berlipat. Pasalnya musuh besar dalam bentuk ancaman Covid-19 turut menambah ruwet permasalahan pendidikan di negeri ini. Tahun ajaran sebelumnya saja pembelajaran menjadi terganggu sekitar empat bulan. Kini, pembelajaran kembali akan dicoba dengan tatap muka. Sudah siapkah sekolah kita?
Masih sangat hangat dalam lingkungan kita pembahasan tentang kebijakan pembelajaran di sekolah selama pandemi. Memang sebagian besar tidak memberlakukan pembelajaran dengan tatap muka. Tetapi di sejumlah daerah, ada juga sekolah yang diujicobakan sebagai sampel untuk menentukan kebijakan berikutnya.
Boleh-boleh saja ada kebijakan untuk melakukan uji coba pada sekolah tertentu. Tidak ada salahnya juga bagi pemerintah yang melarang kegiatan pembelajaran tatap muka di sekolah. Semuanya mengambil kebijakan dengan pertimbangan masing-masing, tentunya sesuai dengan situasi terkini di wilayahnya.
Pertanyaan besar yang mesti dijawab oleh semua pihak adalah jika dilakukan pembelajaran dengan tatap muka, mampukah pihak sekolah untuk menjaga setiap warga sekolah dari ancaman penularan Covid-19? Bukankah ini permasalahan yang besar? Coba kita renungkan bersama, sejak aturan dilonggarkan terjadi peningkatan kasus positif Covid-19 yang cukup tinggi.
Rata-rata pasien terkonfirmasi positif kini selalu diatas 1000 orang per hari. Bukankah ini terjadi pada saat libur sekolah? Bagaimana jika keadaan serupa terjadi saat pembelajaran dengan tatap muka dilangsungkan? Apakah guru hanya akan disibukkan untuk untuk menjaga peserta didik? Jika demikian, kapan pembelajarannya dapat dimulai?
Sungguh akan sangat memberatkan tugas guru, guru diminta menjamin semua peserta didik untuk melakukan protokol kesehatan dikala pandemi ini masih garang dalam menyerang. Apakah kita tidak kasihan dengan guru? Padahal guru adalah sosok kunci dalam memajukan negeri ini.
Betapa pentingnya peran guru dalam pembelajaran. Apapun format pembelajaran yang dilakukan, guru adalah kunci. Termasuk jika dianggap guru sedang melakukan fungsi sebagai fasilitator dalam pembelajaran, tetap saja guru adalah sosok kunci.
Melihat angka-angka yang muncul dalam jumlah temuan kasus positif Covid-19 setiap hari, kiranya sangat perlu upaya yang luar biasa dari pemerintah. Pemerintah harus meyakinkan masyarakat bahwa penyebaran Covid-19 telah mampu dikendalikan. Jika tidak, maka lebih baik pembelajaran tidak dilakukan dengan tatap muka.
Pilihan menunda pembelajaran dengan tatap muka adalah pilihan yang paling masuk akal. Keselamatan jiwa generasi penerus bangsa itu jauh lebih penting, termasuk di dalamnya keselamatan para pendidik selaku kreator calon-calon pemimpin bangsa di masa depan.
Jika pembelajaran dilakukan tanpa tatap muka, lantas bagaimana cara pembelajaran yang lebih memungkinkan untuk dipakai? Menurut saya, pihak pemerintah dan pihak sekolah dapat memilih pembelajaran online, pembelajaran mandiri maupun perpaduan keduanya.
- Pembelajaran Online
Pembelajaran online dapat dilakukan jika segala perangkat kebutuhannya tersedia. Selain itu harus dipastikan bahwa pendidik dan peserta didik sama-sama menguasai keterampilan literasi TIK. Kedua syarat ini harus terpenuhi. Jika hanya tersedia salah satu, maka itu tidak akan bisa dilakukan.