Lihat ke Halaman Asli

Muhammad Hilmy Harizaputra

Mahasiswa Bahasa dan Sastra Indonesia

Watak Nijikon pada Cerpen Rico de Coro Karya Dee Lestari

Diperbarui: 15 Desember 2023   23:06

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Cerpen Rico de Coro adalah salah satu karya Dewi "Dee" Lestari dalam Filosofi Kopi (2006). Cerpen ini mengisahkan seekor kecoak bernama Rico de Coro yang jatuh cinta dengan gadis manusia bernama Sarah. Rico de Coro menganggap Sarah juga jatuh cinta kepadanya karena ia tidak pernah mengganggu para kecoak. Walaupun pada akhirnya, ia menyadari bahwa dirinya hanyalah seekor kecoak hitam, kecil, jelek, dan bau yang selamanya akan dibenci manusia.

Rico de Coro memiliki watak yang unik, ia sangat mencerminkan sifat manusia. Wataknya yang unik ini membuat kecoak-kecoak lain menganggap dirinya aneh. Anggapan yang wajar sebenarnya, tetapi mungkin ada alasan dibalik wataknya yang unik itu.

Anggaplah bahwa tokoh utama dalam cerpen ini gila dan tidak realistis. Mencintai sesuatu yang mustahil dan menganggap cintanya terbalaskan. Namun, sifat seperti ini ternyata sudah banyak ditemukan di kehidupan nyata pada zaman sekarang.

Pada zaman sekarang, beranggapan lebih terhadap hal yang mustahil, seperti apa yang terjadi pada karakter Rico de Coro banyak ditemukan melalui dunia maya. Jatuh cinta dengan karakter 2D, 3D, dan lain sebagainya adalah bentuk pemikiran yang sama menyimpangnya dengan karakter Rico de Coro. Walaupun sebagian besar di antaranya hanyalah gurauan, namun ada beberapa manusia yang ditemukan serius dalam hal tersebut.

Pada tahun 2018, seorang pria asal Jepang bernama Akihiko Kondo menikahi sesosok karakter anime bernama Miku. Ada pula pada 2009, seorang pria Jepang lainnya mengganti namanya menjadi Sal 9000 dan menikahi karakter gim dari Nintendo DS. Sementara itu di negara lainnya, seorang pria Korea Selatan bernama Lee Jin-Gyu menikahi bantal bergambar anime kesayangannya, Fate Testarossa (Rudy, 2021). Ketiga contoh tersebut benar-benar membuktikan bahwa keadaan yang dialami Rico de Coro terjadi di kehidupan nyata.

Fenomena manusia mencintai hal fiktif, seperti anime, memiliki istilah yang populer di Jepang. Fenomena ini disebut nijikon (nijigen konpurekkusu). Menurut Rudy (2021), seorang yang memiliki paham nijikon ini beranggapan bahwa tokoh kartun, anime, atau manga lebih menarik dari pada manusia sungguhan. Ciri-ciri seorang nijikon sedikit mirip dengan karakter Rico de Coro.

Menurut Rudy (2021), para nijikon biasanya adalah orang yang suka menyendiri. Ciri-ciri ini sama seperti Rico de Coro yang dikisahkan dalam cerpennya sering menyendiri untuk melihat Sarah. Padahal, semua kecoak dilarang untuk bepergian sendiri. Hal ini terlihat dalam beberapa kutipan kalimat berikut.

"Aku berusaha sedapat mungkin untuk tidak memperlihatkan diri, bersembunyi di balik wajan atau panci. Persoalan cintaku pada Sarah akan membuatnya semakin gila."

"Dari balik tirai, aku asyik mengamati Sarah yang tengah tertidur pulas. Kusembunyikan kedua sungut ini rapi-rapi setiap kali mengunjungi kamarnya, ..."

 "Sementara yang lain sibuk mempersiapkan diri untuk menyaksikan peristiwa monumental itu, aku memilih pergi ke kamar Sarah. Bersembunyi dibalik tirai seperti biasa."

Masih menurut Rudy (2021), seorang nijikon memiliki imajinasi yang tinggi hingga terasa hidup hanya di dunianya sendiri. Ciri-ciri ini sama seperti Rico de Coro yang tentunya memiliki impian menjadi manusia dan menikahi Sarah. Adapun kondisi imajinasi yang tinggi dari Rico de Coro dikutip dari beberapa kutipan kalimat berikut.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline