Lihat ke Halaman Asli

Ketika kata menjadi luka : dampak ujaran kebencian pada kesehatan mental mahasiswa kedokteran

Diperbarui: 4 Desember 2024   11:16

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Di era serba digital, media sosial telah menjadi ruang hidup kedua bagi banyak mahasiswa, termasuk para calon dokter. Lewat layar ponsel, mereka berbagi cerita, mencari ilmu, dan memperluas jaringan. Namun, seperti dua sisi koin, media sosial juga menyimpan sisi gelap yang tak bisa diabaikan—hate speech alias ujaran kebencian.

Seperti virus yang diam-diam menyebar, ujaran kebencian perlahan merusak keseimbangan mental mahasiswa. Bagi mahasiswa kedokteran yang sudah dijejali jadwal padat dan tuntutan akademik tinggi, dampaknya bisa sangat signifikan. Tak sedikit yang merasa kewalahan, cemas, bahkan kehilangan semangat hanya karena komentar negatif di dunia maya.

Ujaran Kebencian: Luka Tak Terlihat, Dampak yang Nyata

Bukan sekadar kata-kata, ujaran kebencian bisa meninggalkan jejak yang mendalam di hati dan pikiran. Berikut adalah gambaran bagaimana efek domino dari ujaran kebencian bisa merembet ke berbagai aspek kehidupan mahasiswa:

1.Stres yang Tak Kunjung Reda
Serangan verbal yang terus menerus bisa menimbulkan tekanan emosional yang berat. Alhasil, belajar pun jadi kacau, fokus menghilang, dan produktivitas menurun drastis.
2.Ketakutan Bersosialisasi
Ketika kebencian terasa seperti bayangan yang terus mengintai, rasa percaya diri untuk berbicara atau berinteraksi—baik di dunia nyata maupun maya—bisa runtuh.
3.Krisis Kepercayaan Diri
Kata-kata pedas yang menyerang fisik, gaya hidup, atau kemampuan akademik sering kali membuat mahasiswa merasa dirinya tak cukup baik untuk memenuhi harapan.
4.Tidur yang Terganggu
Membaca komentar menyakitkan sebelum tidur? Jangan harap bisa nyenyak. Pikiran yang tak tenang sering kali berubah menjadi mimpi buruk di malam hari.
5.Menjauh dari Lingkungan
Menghindari media sosial mungkin terasa seperti solusi sementara, tetapi ini bisa membuat mahasiswa merasa semakin terisolasi dari dunia sekitar.
6.Depresi Mengintai
Paparan ujaran kebencian yang terus-menerus bisa menyeret seseorang ke jurang depresi, terutama jika mereka merasa tak punya tempat untuk mengadu.
7.Prestasi yang Tergelincir
Gangguan mental yang diabaikan sering kali berujung pada penurunan konsentrasi dan performa akademik, membuat tantangan perkuliahan terasa semakin berat.

Langkah Strategis Melindungi Kesehatan Mental

Dunia digital memang tak bisa dihindari, tetapi dampaknya bisa diminimalkan. Berikut adalah beberapa cara untuk menjaga kesehatan mental di tengah derasnya arus ujaran kebencian:

•Cerdas Bersosial Media
Mahasiswa perlu mengasah literasi digital agar dapat memilah informasi, memfilter komentar, dan menggunakan media sosial dengan lebih bijaksana.
•Seminar dan Pelatihan Mental
Mengadakan lokakarya tentang kesehatan mental dan pengaruh media sosial dapat menjadi wadah edukasi sekaligus ruang untuk berbagi pengalaman.
•Sistem Dukungan Kampus
Layanan konseling atau komunitas pendukung di lingkungan kampus dapat menjadi tempat aman bagi mahasiswa yang membutuhkan bantuan.
•Manfaatkan Teknologi untuk Melawan Teknologi
Fitur blokir dan laporan di media sosial bukan hanya alat, tetapi juga perisai yang bisa melindungi dari serangan negatif.

Menemukan Cahaya di Tengah Gelapnya Dunia Digital

Sebagai calon tenaga medis, mahasiswa kedokteran perlu memahami bahwa kesehatan mental adalah fondasi dari segala hal. Dengan meningkatkan kesadaran dan membangun mekanisme perlindungan, mereka bisa tetap tangguh menghadapi tantangan dunia digital.

Media sosial memang tak akan berhenti menjadi ruang bagi ujaran kebencian. Namun, dengan langkah yang tepat, mahasiswa bisa mengubah tekanan menjadi pelajaran, dan kebencian menjadi motivasi untuk terus maju. Bagaimanapun, masa depan mereka lebih berharga daripada sekadar kata-kata negatif di dunia maya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline