[caption id="attachment_101078" align="alignleft" width="300" caption="mulai dari yang kecil sampai yang dewasa, semua turun ke jalan (Arip Radbek)"][/caption] Hari Senin (22/10), ketika jarum jam menunjukkan angka 7, beberapa orang pengamen terlihat sudah mulai berkumpul di sekitar gerbang Tol Bekasi Timur. Hari itu, gitar yang menjadi alat vital untuk mengais rezeki disimpan dulu di rumah untuk sementara waktu. Apakah akan ada demo besar-besaran ? Jawaban terhadap pertanyaan ini muncul dari orang yang bernama Remon, yang dikenal juga sebagai Koordintor Pengamen Jalanan (KPJ) Bekasi. Ia menjelaskan bahwa hari itu para pengamen mencoba berpartisipasi dalam mendukung upaya Pemerintah Kota Bekasi meraih Piala Adipura 2010. Ada sekitar 200-an pengamen yang hari itu turun ke jalan, karena ingin membuktikan bahwa pengamen juga bisa berperan dalam kebersihan kota. Para pengamen ini ingin dipandang sebagai bagian dari masyarakat kota yang mampu memberikan solusi, bukan bagian dari problem perkotaan. Sebuah niat yang baik dan aksi yang simpatik dari kelompok yang selalu dituding menjadi biang ketidak-tertiban dan kekumuhan kota. Selama ini, mereka selalu menjadi target "pembersihan" aparat, terutama bila ada pejabat tinggi yang akan lewat atau bila ada hajat kota, seperti Adipura. Begitu pula, pembangunan yang gencar, tidak serta merta menguntungkan kelompok masyarakat seperti ini. Hari Senin 22 Maret menjadi momentum merubah stigma dari target "pembersihan" menjadi pelaku yang ikut membersihkan kota ini. Mendengar penjelasan Remon, saya tertarik untuk ikut serta tapi tidak dengan berjalan kaki bersama mereka. Sangat tidak mungkin bagi saya ikut jalan bersama mereka. Pakaian dan sepatu yang saya kenakan tidak pas untuk mengikuti perjalanan yang cukup jauh. Apalagi dengan cuaca yang panas menyengat akan menjadi beban tambahan kalau saya nekad ikut serta dalam rombongan mereka. Walaupun tidak banyak yang bisa saya lakukan, namun setidaknya saya bisa berkontribusi dengan cara mendokumentasikan kegiatan yang sangat langka ini. Maklum, tidak ada satu pun dari mereka yang membawa kamera pocket, apalagi punya account di kompasianadotcom. Setidaknya saya bisa memposting kegiatan baik ini untuk diketahui banyak orang. Dengan harapan, mudah-mudahan bisa menginspirasi siapa saja untuk berbuat lebih baik dari para pengamen. Aksi Simpatik Gerakan bersih-bersih kota ini dimulai dari gerbang tol Bekasi Timur, kemudian berjalan ke arah Terminal Bekasi. Sepanjang perjalanan, tangan mereka tidak pernah berhenti menyapu atau memungut sampah-sampah yang berserakan di jalanan. Di terminal, mereka mulai membersihkan lingkungan dalam yang sering memperoleh nilai merah dari panitia Adipura. Habis dari terminal, para pengamen ini menuju Tol Bekasi Barat sejauh 10 kilometeran dengan berjalan kaki. [caption id="attachment_101080" align="alignright" width="225" caption="(foto: Arip Redbek)"][/caption] Aksi simpatik dari kelompok pengamen ini tak pelak menarik perhatian masyarakat di sepanjang jalan yang dilaluinya. Hanya sayang, masyarakat tidak banyak yang tergerak ikut serta dalam kegiatan ini. Umumnya, mereka hanya menonton para pengamen yang penampilannya saja sudah membuat "keder" masyarakat. Dengan rambut gondrong acak-acakan seolah tidak tersentuh sisir, baju dan celana yang dekil dan dibiarkan robek serta kulit yang gelap, sudah cukup membuat masyarakat di sepanjang jalan menyingkir. Aksi simpatik ternyata belum tentu memperoleh respon yang sama. Bahkan ada pemilik toko yang langsung tutup begitu rombongan pengamen tiba di depan tokonya. Apalagi sebagian pengamen ada yang termasuk Kelompok Berto alias orang bertato. Saya bisa paham dengan sikap curiga dari sekelomppok orang yang melihat penampilan para pengamen yang memang "menyeramkan". Sambil bercanda, saya katakan, lain kali kalau ada kegiatan serupa jangan lupa pakai baju yang bersih, rambut yang klimis, sepatu yang mengkilap dan dasi di leher. [caption id="attachment_101081" align="alignleft" width="300" caption="(Foto:Arip Radbek)"][/caption] Melihat sikap sebagian masyarakat seperti itu, saya teringat sebuah tulisan dari seorang sahabat, Mas Amril Daeng Batala, yang menulis tentang biter hamen (bibir tersenyum, hati menjerit). Istilah ini saya kira pas dilekatkan kepada para pengamen. Walaupun hati mereka menjerit karena memperoleh tatapan tidak bersahabat, namun bibir harus tetap tersenyum. Mereka percaya senyum akan membuka pintu rezeki yang lebih besar. Dari Tol Barat, yang merupakan pusat perkantoran dan mal, mereka berjalan menuju pusat Pemerintahan Kota Bekasi. Melihat iring-iringan ratusan pengamen, para anggota Satpol PP segera bersiap siaga menghadapi berbagai kemungkinan yang akan terjadi. Satpol PP mengira rombongan pengamen itu akan melakukan demo besar-besaran ke kantor walikota. Namun begitu berhadapan dengan rombongan tamu yang tidak pernah diundang ini, sebagian anggota Satpol PP tampak keheranan, karena tidak ada orasi atau spanduk, apalagi caci maki yang sering menjadi bumbu dalam berbagai demontrasi. Sedangkan para pengamen justru terlihat rileks, malahan mereka sibuk membersihkan jalan di hadapan para petugas yang sudah memasang muka galak. Sebetulnya, antara pengamen dan petugas sudah saling kenal sejak lama. Bahkan sebagian dari para pengamen sering diajak lomba lari oleh para anggota Satpol PP. Sikap berbeda justru diperlihatkan oleh Walikota. Begitu mendengar ada rombongan pengamen yang mendukung gerakan kebersihan, Walikota langsung menghampiri rombongan pengamen. Bahkan tanpa ragu Walikota ikut memegang sapu lidi membersihkan sampah di jalanan dan mengakhirinya dengan bernyanyi bersama. Walikota Bekasi memang dikenal piawai dalam melantunkan berbagai tembang yang sedang populer. Setelah nyanyi bareng, Walikota sempat berjanji akan merekam karya terbaik dari para pengamen dengan syarat lagunya mampu menggambarkan kecintaannya terhadap Kota Bekasi. Tawaran simpatik dari Walikota ini, tentu saja disambut dengan suka cita. Sebenarnya karya dan keahlian mereka tidak kalah dengan para artis sinetron yang aji mumpung menjadi penyanyi. Mereka hanya perlu orang yang membuka peluang untuk karya-karya mereka agar tidak mengendap selamanya di jalanan. [caption id="attachment_101085" align="aligncenter" width="500" caption="Walikota Bekasi nyanyi bareng dengan para pengamen"][/caption]
Menjelang tengah hari, setelah acara seremonial dan basa-basi saya balik ke kantor, karena masih banyak pekerjaan yang harus segera diselesaikan. Selama di kantor, saya tidak sabar untuk segera pulang ke rumah. Rasanya ingin segera tidur dan bermimpi. Mimpinya sangat sederhana, setelah para pengamen alangkah indahnya kalau para blogger juga melakukan hal yang sama. Tapi, sudah lah ! Masih banyak pekerjaan yang tidak kalah penting dari sekedar bermimpi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H