Lihat ke Halaman Asli

Rahmah Chemist

Blogger - Product Photographer

Ibu Rumah Tangga Berkarya dan Berdaya, Wujud Syukur Paripurna dari Rumah

Diperbarui: 11 Maret 2024   11:38

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dok.Pri

Terkadang kita mudah mendengarkan kalimat: “Syukur alhamdulillah bisa mendapatkan kebahagiaan hidup.” bahkan “Syukurin kamu! Udah dibilangin juga, masih aja ngeyel.” 

Dua kalimat di atas mengandung kata syukur tetapi belum memperlihatkan makna syukur yang seharusnya. Memangnya apa sih syukur itu?

Syukur adalah berupa pengakuan yang disebabkan oleh menerima nikmat dan karunia dari Allah. Pengakuan bisa diungkapkan secara lisan maupun dengan perbuatan.

Waktu masih kuliah dulu, saya ingat bapak pernah bilang:

“Kamu tidak usah iri karena teman-temanmu pakai motor ke kampus. Alhamdulillah kamu masih diberi kekuatan dan kesehatan jadi bisa naik angkot dari pagi. Bukankah selama perjalanan kamu menemui banyak hal? Jadikan itu pelajaran hidup. Kelak ketika kamu sudah seperti bapak, pasti paham bahwa syukur itu tak sekadar ucap hamdalah saja.” 

Ya, saya dulu sempat marah ke ayah karena hanya aku di dalam kelas yang perjalanan ke kampus menggunakan angkot. Lainnya diantar atau bawa kendaraan sendiri. Jarak rumah ke kampus lumayan jauh. Bayangkan saja harus keluar pagi buta demi bisa tepat waktu masuk kuliah jam 7 pagi. Pulangnya pun sudah jelang jam 9 malam jika ada kuliah jam 4 sore. 

Namun, pelan-pelan bapak meminta saya belajar memahami keadaan. Bukan cuma saya yang kuliah. Ada dua adik kuliah dan satu masih SMA waktu itu. Untungnya, pendidikan bapak ke saya untuk selalu merasa cukup dengan apa yang diberikan Tuhan sangat membekas sekarang.

Bayangkan saja punya anak tiga dan kebutuhan mereka berbeda-beda. Semua ingin dipenuhi dalam satu waktu. Maka ilmu dari bapak kemudian saya turunkan ke anak-anak. Mereka harus bersyukur dengan apa yang dimiliki sekarang. Jika pun kemudian dipenuhi, itu karena kami sebagai orangtua memang sudah menganggap itu sangat urgent dan harus segera direalisasikan. 

Berhasil? Tentunya harapan itu selalu ada. Namun, proses memberikan pemahaman kepada anak tentang kondisi keluarga seperti apa memang butuh perjuangan sabar dan doa. Tidak sekali dua kali memberi tahu anak-anak, mereka sudah paham. Harus berulang-ulang dan pastinya jadi contoh dulu nih sebagai orangtua. 

Rasa Syukur sebagai Ibu Rumah Tangga

Ya, saya merasa sebagai ibu rumah tangga harus memberikan yang bukan sekadarnya saja pada anak-anak. Saya pun menjadikan kondisi saya yang resign dari pekerjaan publik untuk menemani tumbuh kembang anak-anak di rumah sebagai bentuk rasa terima kasih atas nikmat Tuhan yang tiada tara. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline