Bukber bersama Kerabat, Yay or Nay! - Tidak terasa puasa sudah masuk hari keempat besok. Apakah sudah bermunculan undangan bukber alias Buka Bersama dari mana saja? Ataukah masih saja sepi (seperti saya, haha) sehingga berbuka di rumah bersama suami dan anak masih terasa hangat dan syahdu? Ayo ngacung, hihi. Pastinya setiap pilihan memiliki konsekuensi masing-masing, bukan?
Bagi yang berada di pihak pro dengan Buka Bersama Kerabat, tentunya menginginkan banyak manfaat di dalamnya. Karena menyambung silaturahim salah satunya bisa dengan berbuka bersama di bulan Ramadan, bulan yang kebolehjadiannya ditemui di tahun depan sangat kecil. Sebab, usia tak ada yang tahu.
Jik saya boleh menjabarkan manfaat buka bersama atau bukber yaitu:
- Sambung silaturahim, karena toh kita tidak bisa pastikan setelah Ramadan akan berjumpa lagi. Mumpung ada kesempatan dimanfaatkan. Dan ini juga sekaligus mengamalkan isi dari ayat ke-1 dalam QS An Nisaa'.
- Mengurangi pengeluaran, kecuali biaya transportasi menuju lokasi bukber. Namun, ini tidak berlaku jika kemudian bukber dilaksanakan dengan sistem salin urun dana.
- Mengakrabkan anggota keluarga dengan teman-teman sehingga suatu saat bertemu di jalan atau di sebuah tempat, kita bisa memahami bahwa yang ditemui adalah keluarga teman kita sendiri.
- Ajang mendapatkan inspirasi baru, baik itu soal bisnis, pola asuh anak, dan lain-lain karena dari bincang-bincang saat bertemu di acara bukber, mau tidak mau kita akan membuka sebuah argumen atau opini bahkan bisa jadi curcol, hehe.
- Memperbaiki hubungan yang renggang. Bisa jadi sebelum puasa Ramadan, hubungan menjadi renggang karena kesibukan atau suatu hal. Nah, dengan momen berbuka bersama ini, bisa kembali mencairkan hubungan yang sangat kental (baca: renggang).
Lalu, bagaimana dengan yang kontra dengan acara bukber? Eits... jangan ada yang menyalahkan pilihan mereka ya yang berada di lingkaran ini. Karena mereka pun punya alasan mengapa tidak suka dengan buka bersama. Nah, berikut beberapa alasan mengapa bukber itu kurang bermanfaat bagi sebagian orang:
- Waktu untuk menghabiskan malam-malam Ramadan menjadi disibukkan dengan kegiatan buka bersama, belum lagi jika termasuk ke dalam orang penting. Buka bersama pastinya menyita waktu, tenaga dan pikiran. Dan tidak sedikit yang pulang ke rumah akhirnya lupa bercengkerama dengan keluarga. Masih nasib baik kalau saat sahur masih bisa menggantikan momen yang hilang saat berbuka, bagaimana jika sahur juga demikian?
- Anak-anak di rumah kehilangan sosok orang tua yang seyogyanya mengajarkan segala hal tentang Ramadan di berbagai bagian waktu Ramadan. Karena anak akan menjadi kesepian ketika orang tuanya sudah sibuk di kantor eh pas waktunya berbuka pun tak sempat bersama anak dan istri/suami.
- Melalaikan dari ibadah malam. Hal ini kebanyakan terjadi karena setelah pulang dari acara buka bersama, sudah banyak yang merasakan keletihan. Belum lagi akan bangun sahur. Maka ibadah seperti shalat tarawih di awal waktu menjadi berlalu begitu saja. Nasib baik pula jika bisa dikerjakan di sepertiga malam. Bagaimana kalau keletihan membuat semakin lalai?
- Kesederhanaan dalam berbuka menjadi samar. Ya, apalagi kalau buka di hotel ya atau di restoran ternama. Menu berbuka sangat istimewa dengan harga fantastis. Padahal sunnah-nya, berbuka itu yang sederhana asalkan mampu menopang tubuh untuk menjalankan ibadah selanjutnya. Hmm... namun tidak semua lho ya yang seperti ini. Sebagian pun ada lho meskipun di undang berbuka puasa dengan menu mewah, tetap saja mencukupkan yang sesuai dengan porsinya. Bukan justru malah balas dendam karena memakai slogan "mumpung diundang", hihi.
- Konflik baru bisa terjadi. Karena namanya manusia, bisa saja kita melihat kebiasaan teman saat berbuka puasa yang berbeda dengan kita. Kemudian kita berargumen dan akhirnya menimbulkan selisih paham. Nah, tadinya berbuka puasa menyambung silaturahim malah sebaliknya. Ayo, apakah ada yang seperti itu? Haha...
Well... itulah sedikit hal yang saya angkat tentang bukber bersama kerabat. Yes or No, kembali pada diri masing-masing. Kita yang lebih tahu diri kita, bukan? Maka dari itu, selamat menjalankan apa yang seharusnya kita jalankan di bulan Ramadan ini...
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H