Ada empat isu yang penting di bidang ekonomi: pertumbuhan, stabilitas, keberlanjutan dan keadilan. Di Indonesia isu pertumbuhan lebih dominan dibanding isu lainnya. Menurut teori, pertumbuhan ekonomi bukan tentang uang atau perdagangan. Ia berupa nilai real barang dan jasa yang dihasilkan. Uang dan perdagangan adalah instrumen untuk mencapai tujuan. Ukuran utama dari output ekonomi adalah produk domistik bruto (PDB) yang mengungkapkan nilai semua barang dan jasa yang dihasilkan. Nanti akan dikonversi dalam bentuk uang untuk disesuaikan dengan inflasi.
Dalam kenyataan, banyak orang merasa bahagia bahwa pertumbuhan PDB kita meningkat sekian persen. Tapi tidak pernah kita diberitahu pada saat yang sama negara mengalami defisit, yang artinya negara harus berhutang untuk menyeimbang neraca keuangannya. Kalau PDB tadi berhubungan dengan hal positif, dalam arti kita tidak punya tanggungan di masa depan. Sementara hutang akan ditanggung oleh genarasi selanjutnya. Jadi, kalau mau aman untuk meningkatkan perekonomian sangat mudah. Cukup dengan memimjakan uang sebanyak-banyaknya dan cucu kita nanti yang akan membayarnya.
Cara lain, adalah dengan menguras sumber daya alam sebanyak-banyaknya. Cara menghitung sumber daya alam sebagai kekayaan negara sangat menarik. Minyak, misalnya, menghitung nilai ekonominya adalah ketika berada di atas kapal yang akan menuju ke luar negeri. Bukan ketika ia diambil dari dalam tanah yang menimbulkan ketidak seimbangan alam serta mengganggu habitat disekitarnya - yang sudah pasti menimbulkan kerugian yang tidak sedikit.
Memang, PDB tidak mewariskan hutang kepada anak cucu kita, tetapi kerusakan lingkungan yang diakibatkannya bisa bertahan hingga beberapa generasi. China sangat mengesankan peningkatan PDBnya. Tapi kerusakan lingkungan yang diakibatkannya tidak kurang mengesankan juga. Biaya kerusakan lingkungan di Cina mencapai 250 miliar dolar pada 2013.
Kita tahu bahwa sumbangan perkebunan kelapa sawit terhadap PDB Indonesia mencapai 2 milyar dolar AS pertahun. Tetapi telah merusak 9 juta hektar hutan kita. Belum lagi pencemaran air yang telah memusnahkan keragaman hayati. Ada kerusakan lingkungan yang masih bisa diperbaiki dan ada juga yang tidak. Dan yang bisa diperbaiki akan butuh waktu bertahun-tahun untuk memperbaikinnya.
Demikianlah sedikit tentang sumbangan pertumbuhan ekonomi terhadap kerusakan lingkungan. Agar capres yang membawa misi pertumbuhan ekonomi memikirkan generasi masa depan
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H