TUJUH BAGIAN
(cerpen Meirisman Halawa)
Satu
Ini kali kesekian, aku letakkan pena dan menyandarkan punggung ke kursi dengan lemas. Novel yang hampir rampung, telah kususun lebih sebulan kembali mentok. Kali ini masalahnya pada ending. Aku mengalami kesulitan menentukan bagaimana akhir dari cerita ini. Belum ada gambaran, bagaimana nasib para tokohnya. Aku harap novel ini dapat rampung malam ini juga.
Ceritanya tentang Awura - tokoh utama dalam novel - yang menderita gangguan kejiwaan berat. la diganggu halusinasi suara-suara asing. Suara itu kadang berupa tawa terbahak, kadang rintihan sunyi Ana'a - perempuan yang ia sukai- atau cuma suara laki-laki tua yang amat ia kenal. Mereka sepertinya hidup. Dan aku belum tahu harus menjadikan apa mereka diakhir cerita. Yang ada di kepalaku, aku ingin menyingkirkan orang-orang yang tidak aku sukai.
Dua
Udara kuhirup dalam-dalam, kemudian kukeluarkan perlahan. Langit malam di atas Gunungsitoli amat cerah. Suara angin amat tenang, tetapi longlongan Asu Mbanua 1 terdengar mengerikan dari jauh. Ini pertama kali aku keluar dari kamarku, setelah lebih sebulan mengurung diri. Kebuntuan tentang akhir cerita dari novel yang kususun memaksaku keluar dan berharap menemukan ide yang cemerlang.
Nampaknya tidak sia-sia.
Aku dikejutkan oleh suatu pemandangan yang luar biasa. Sebuah fenomena berupa cahaya dari langit meluncur deras ke arahku. Mataku menajam, antara rasa ingin tahu dan lebih besar rasa takut. Cahaya itu memperlambat lajunya di atas halaman rumah, kemudian menurun, berputar tidak teratur dan menghamburkan berkas-berkas cahaya. Berkas-berkas itu kemudian membentuk sosok tubuh samar, namun perlahan memperlihatkan bentuk yang gagah.