Sebagai sosok ulama yang kharismatik dan berpengaruh, tentu saja KH. Hasyim Asy'ari memiliki sisi kehidupan yang sangat menarik untuk diketahui. Kebiasaan -- kebiasaan itu menyangkut kebiasaan kepada gurunya, keluarga, sesama teman, dan kebiasaan kepada santri atau murid -- muridnya.
Adapun beberapa kebiasaan KH. Hasyim Asy'ari kepada guru -- gurunya yang layak diteladani antara lain:
Mencari guru yang benar -- benar ahli dalam bidangnya merupakan kebiasaan KH. Hasyim Asy'ari. Sejak muda, ia selalu mengembara dari satu pesantren yang lain untuk mempelajari berbagai bidang ilmu pengetahuan kepada guru yang memang kompeten di bidangnya.
Disebutkan bahwa sejak umur 15 tahun KH. Hasyim Asy'ari suka mengembara dari satu pesantren ke pesantren. Bahkan dalam usia yang masih sangat muda seperti itu, KH. Hasyim Asy'ari setidaknya telah mengunjungi 5 pesantren di Jawa Timur. Kondisi ini menjadikan KH. Hasyim Asy'ari sebagai sosok yang tidak pernah merasa puas mendalami satu bidang ilmu pengetahuan. Apalagi dalam kenyataan tiap -- tiap pesantren memiliki spesifikasi keilmuan yang berbeda -- beda.
Dalam bukunya, Syamsul A. Hasan menuliskan bahwa mencari guru yang memang benar -- benar ahli di bidangnya memang merupakan kebiasaan para ulama terdahulu, termasuk KH. Hasyim Asy'ari. Ketika mencari guru, pertimbangan mereka ialah keshalihan para guru -- guru, penguasaan dan keahlian dalam keilmuan, serta kedekatan gurunya kepada Rasulullah Saw., baik dalam hal sanad keilmuan, akhlak, maupun secara spiritual.
Kebiasaan -- kebiasaan KH. Hasyim Asy'ari dalam mencari ilmu kepada guru yang benar -- benar kompeten, shalih, dan baik akhlak maupun spiritualnya ini merupakan kebiasaan yang patut dicontoh oleh generasi millenial seperti sekarang ini. Di era seperti sekarang ini, tidak sedikit orang -- orang yang salah mencari guru. Mereka berguru kepada orang sekedar karena popularitas orang tersebut.
Kenyataan yang paling ironis ialah tidak sedikit orang yang "berguru" kepada televisi, internet, dan kemudian menggunakan informasi yang mereka peroleh untuk menasehati dan berfatwa kepada orang lain. Cara seperti ini tentu saja dapat memberikan efek yang kurang baik karena ilmu yang diperoleh tidak didalami dengan sungguh -- sungguh, tidak ada kejelasan guru yang benar -- benar bisa diteladani.
Kebiasaan KH. Hasyim Asy'ari sesungguhnya tidak jauh berbeda dengan kebiasaan para ulama -- ulama salaf tempo dulu, termasuk para imam dan ulama hadits. Dalam mencari sebuah hadits atau memverifikasi sebuah hadits, tidak jarang seorang ulama atau imam mengunjungi ratusan ulama yang ada di tempat atau negara yang berbeda. Hal itu mereka lakukan untuk memastikan bahwa ilmu yang mereka dapatkan benar -- benar bisa dipertanggungjawabkan kebenarannya.
Mencari guru yang teguh menjalankan syariat kebiasaanya selanjutnya KH. Hasyim Asy'ari ialah mencari guru yang berpegang teguh kepada syariat. Terutama guru yang konsisten menjalankan ilmu yang dipelajarinya. Cara ini sebenarnya merupakan keharusan bagi siapa saja yang akan mencari guru untuk belajar kepadanya.
Guru yang konsisten menjalankan ilmu yang diajarkannya merupakan guru yang bertanggungjawab terhadap keilmuan yang diajarkannya kepada muridnya. Cara inilah yang juga digunakan oleh para imam dan ulama hadits dalam memutuskan apakah sebuah hadits yang diriwayatkan oleh seseorang bisa dinilai autentik atau tidak.
Para ulama hadits tidak sembarangan menyebut sebuah hadits yang diterima dari seorang guru sebagai hadits yang shohih. Bahkan, tidak sedikit imam hadits yang menolak hadits dari seorang apabila diketahui orang tersebut memiliki etika kurang baik, seperti tidak mengenakan penutup kepala, menyelonjorkan kedua kakinya kearah kiblat, dan lainnya.