Akhir-akhir ini drama korea yang berjudul "The Devil Judge" sangat menarik perhatian antusias masyarakat global, sehingga seolah-olah menciptakan pusaran gelombang di tengah warga dunia. Drama yang dibintangi oleh Aktor ternama seperti Ji Sung, Park Gyu Young, Park Jin Young, dan Kim Min Jung tersebut memiliki nilai tersendiri yang begitu khas dalam menyajikan sebuah tayangan drama. Jika kita menyaksikan drama tersebut, maka tidak hanya nilai hiburan semata saja yang mampu kita petik, melainkan unsur politik sekaligus hukum yang senantiasa menjadi identitas utama bagi drama itu begitu berperan penting dalam menghipnotis bagi siapa saja yang menikmatinya.
The Devil Judge berhasil menawarkan kepada para pecinta K-Drama sebuah kemasan yang tidak biasa. Bagaimana dalam hal ini terbukti dari pembuatan naskah drama yang langsung dirangkai oleh mantan hakim Moon Yoo Seok. Drama yang ditayangkan setiap Sabtu dan Minggu pada pukul 21:00 KST di tvN tersebut menghimpun pesan pada kacamata hukum serta politik yang begitu kental dan alangkah memprihatinkan tanpa disadari bahwa sangat berdampingan sekali dengan jendela kehidupan kita pada saat ini. Berikut lima landasan poin yang mampu kita ambil pada drama tersebut dalam kacamata hukum serta politik:
1. Hukum Tumpul ke atas dan Tajam ke bawah.
Dewasa kini kita kerap kali menemukan beragam kasus dalam persoalan hukum yang menyayat hati. Khususnya di Indonesia ini bagaimana peran hukum tersebut yang seolah-olah mampu menindas kaum bawah dan memberikan angin segar bagi para kaum atas. Begitupun yang digambarkan pada drama korea The Devil Judge, melalui peran yang berhasil digambarkan oleh Hakim Kang Yo Han dengan karakternya yang tegas serta menjunjung tinggi nilai keadilan. Berkiblat dari masa lampau yang tragis sekaligus ironisnya kondisi hukum negara Korea, maka ia pun berambisi untuk merubah kondisi tersebut ke arah pembaharuan. Dengan haluan politik yang tegas serta keras, hal tersebut pun membuktikan bahwa seluruh golongan patut untuk ditempatkan pada posisi yang sejajar, tidak mengenal kata pemberlakuan secara khusus ataupun istimewa. Adapun mengenai contohnya ketika di momen ia menghukum direktur sebuah perusahaan dengan penjara selama 235 tahun karena kasus kebocoran limbah.
2. Bisnis dan Hukum Menjadi Sebuah Alat untuk Meraih Kepentingan Bersama dan Individu.
Pada alur cerita yang digambarkan oleh drama tersebut, nilai sentralis hukum serta bisnis erat berjalan berdampingan. Bagaimana keduanya pun mampu melengkapi segenap sektor lapisan kehidupan ini. Tentunya kita pun masih ingat ketika di awal episode sampai akhir diceritakan bahwa rangkaian kasus yang ditangani oleh Hakim Kang Yo Han berasal dari sektor bisnis. Ketika nilai bisnis ini hadir dalam kehidupan kita, maka nilai hukum ini akan singgah sebagai benteng pengawasan yang memantau pergerakan dari proses dinamika bisnis tersebut. Namun, yang sangat disayangkan ialah pada drama tersebut begitu banyak sekali nilai-nilai yang justru bersinggungan dengan aslinya. Justru sejatinya jika kita meninjau lebih mendalam, maka hukum dan bisnis ini senantiasa dioptimalkan guna menciptakan kepentingan kolektif maupun individu.
3. Menggunakan Hukum Sebagai Media untuk Menciptakan Kebaikan.
Terciptanya hukum di muka bumi ini sebagai media untuk penggagas keadilan sekaligus kebaikan secara kolektif, di samping itu hukum pun berperan sebagai pengawas pada seluruh nafas kehidupan. Ia diberi mandat untuk menangkal segala jenis kejahatan dan penangkal keserakahan bagi segelintir oknum. Pada drama The Devil Judge peran hukum sangat identik dan melekat dari awal hingga akhir episode, bahkan hukum dan politik menjadi identitas bagi drama tersebut. Ketika Hakim Kang Yo Han menciptakan haluan politik dan hukum yang berjalan di atas segala-galanya, penyetaraan segala hak, dan keadilan yang dimandatkan untuk segenap pihak, Maka, apa tujuan utamanya?yaitu guna menciptakan kebaikan bagi segenap sektor kehidupan ini.
4. Dinamika Hukum Rentan untuk Diciderai oleh Segelintir Oknum.
Masih terpatri dalam ingatan kita bagaimana dinamika kasus pelik yang ditangani oleh Hakim Kang Yo Han dan Kim Ga On. Bagaimana otoritas Korea Selatan selaku aktor utama dalam penegakan disiplin hukum justru malah melanggar hukum yang telah dirangkai sedemikian rupa tersebut. Tecetusnya sebuah hukum untuk ditaati agar terciptalah sebuah keharmonisan dalam kehidupan ini. Pemerintah sebagai pihak yang berwenang dan masyarakat selaku objek dari hukum tersebut sejatinya bekerjasama guna terciptanya harmonisasi antara keduanya. Namun ironisnya, apa jadinya bilamana penegak hukum justru melanggar hukum tersebut? Relasi kuasa yang cenderung mempermainkan nilai hukum sekaligus menciderai akan nilai fundamental tersebut berpotensi mampu meyebabkan depresiasi pada panggung kehidupan.
5. Nilai Politik yang Mengakar pada Seluruh Nafas Kehidupan.
Tanpa kita sadari dalam setiap hembusan nafas kehidupan ini terhimpun konsep politik. Kata siapa politik hanya bagi kalangan pemangku kebijakan publik ataupun mereka yang berkecimpung di dunia pemerintah saja. Makna sekaligus pesan politik pada hari ini sudah semakin meluas sekali. Nilai politik secara perlahan memasuki relung pada sektor kehidupan, dimulai dari pendidikan, kesehatan, hingga sosial budaya sekalipun. Begitupun melalui alur cerita keseruan yang tergambar pada drama The Devil Judge, dimulai dari karakter yang dibawakan oleh ketiga Hakim yang memiliki latar belakang karakter berbeda, pengambilan studi kasus yang begitu erat berdampingan dengan realita pada saat ini, serta alur cerita yang dipenuhi oleh nilai politik maupun hukum. Maka, jangan diherankan bahwa dari awal hingga akhir episode kita disuguhi oleh citra rasa politik yang begitu kental di dalamnya. Ya, begitulah realita pada kehidupan saat ini.
Pada drama The Devil Judge begitu banyak sekali pemaknaan hidup sekaligus pembelajaran yang bisa kita petik di dalamnya, khususnya seputar ranah hukum sekaligus politik. Pengaturan tema, penentuan alur cerita, serta pengambilan studi kasus tanpa kita sadari begitu mencerminkan kondisi Indonesia pada akhir-akhir ini dan hal tersebut benar-benar menjadi tambahan refleksi perenungan bagi kita semua. Maka, kita selaku para pemuda generasi emang bangsa sudah sepatutnya untuk mengambil peran dan menjadi agent of change untuk menciptakan narasi kebaikan bagi bersama.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H