Lihat ke Halaman Asli

Basarnas, Belajar dengan Antusias

Diperbarui: 26 Juni 2015   00:47

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

1318344223535207278

[caption id="attachment_141055" align="aligncenter" width="544" caption="Lebih dari 40 anggota tim SAR dari 24 kantor Basarnas dengan seksama mengikuti pelatihan teknis penggunaan kamera pencari korban reruntuhan Searchcam 3000 pada hari ketiga Pelatihan dan Familiarisasi Sarana dan Peralatan SAR yang berlangsung pada tanggal 3 hingga 8 Oktober 2011 di Puri Mandiri, Gadog, Bogor."][/caption] Tim lapangan Badan Search and Rescue Nasional (Basarnas) adalah orang-orang yang berdedikasi tinggi terhadap pekerjaannya. Seakan di benak mereka hanya ada pikiran tentang bagaimana memberikan solusi terbaik dalam penanganan korban bencana. Saya bahkan berpendapat bahwa gaji standar PNS yang mereka dapatkan tidak sebanding dengan beratnya tanggung jawab mereka untuk selalu siap siaga dalam segala misi penyelamatan. Setidaknya itulah kesan yang saya dapatkan pada awal Oktober 2011 lalu ketika bertemu langsung dengan sebagian dari tim teknis lapangan yang mewakili 24 kantor Basarnas dari seluruh Indonesia di Puri Mandiri, Gadog, Bogor. Saat itu mereka sedang mengikuti kegiatan Pelatihan dan Familiarisasi Sarana dan Peralatan SAR yang berlangsung pada tanggal 3 hingga 8 Oktober 2011. Dalam kegiatan tersebut mereka dibekali dengan pengetahuan dan keahlian teknis penggunaan berbagai alat penyelamatan modern standar SAR internasional. [caption id="" align="aligncenter" width="576" caption="Dengan serius dan penuh semangat para anggota tim lapangan Basarnas dari seluruh Indonesia mengikuti paparan pelatihan di ruang kelas."]

Lebih dari 40 anggota tim lapangan Basarnas dari seluruh Indonesia mengikuti pelatihan dengan seksama.

[/caption] Sebagian besar peralatan SAR yang mereka pelajari merupakan produk Eropa dan AS yang sudah terbukti kehandalannya dalam berbagai misi penyelamatan. Pelatihan teknis penggunaan 4 jenis peralatan dipandu langsung oleh 2 instruktur narasumber yang mewakili 2 perusahaan produsen. Salah satu tugas saya dalam kegiatan ini adalah sebagai penerjemah narasumber asing yang memandu pelatihan dalam bahasa Inggris. Untuk memudahkan proses pemahaman teknis alat, saya juga berperan menjadi instruktur pendamping. Sejak sekitar setahun yang lalu saya terlibat dalam penerjemahan dan pencetakan buku panduan peralatan penyelamatan yang difamiliarisasikan dalam pelatihan ini. Saya pun jadi lebih mudah menyampaikan materi pelatihan karena sudah memahami cara penggunaan alat secara teoritis. Ada lebih dari 7 macam alat yang difamiliarisasikan dalam pelatihan 7 hari ini. Selama 3 hari saya turut serta dalam pelatihan teknis penggunaan 3 macam alat.

Life Detector dengan Sensor Akustik

Pada hari Kamis (6/10) diperkenalkan alat yang bernama Delsar LD3 Mini. Alat ini berfungsi untuk mendeteksi keberadaan korban yang masih bernyawa di bawah reruntuhan dengan sensor akustik. Materi pelatihan ini dibawakan langsung oleh Nick White yang mewakili Con-Space Communications Ltd, Canada, perusahaan penyedia Delsar LD3 Mini. [caption id="" align="aligncenter" width="576" caption="Pemaparan cara penggunaan Delsar LD3 Mini oleh pakar rescue Pilianda (kiri) dan Nick White (kanan)."]

Pemaparan cara penggunaan Delsar LD3 Mini oleh pakar Pilianda dan Nick White

[/caption] Materi teori disajikan Nick White hingga menjelang rehat tengah hari didampingi oleh Pilianda selaku penerjemah. Pilianda adalah pakar di bidang pemadaman api, pencarian dan penyelamatan korban, serta keselamatan kerja yang bergelut di bidang tersebut sejak tahun 1990-an. Mulai jam 13.00 WIB pelatihan Delsar LD3 Mini dilanjutkan dengan materi praktek pencarian korban yang disimulasikan di 2 lantai bangunan. Selain menjadi penerjemah menggantikan Pilianda, dalam sesi ini saya juga memandu langsung proses praktek para peserta yang dibagi dalam 15 tim. Setiap tim melakukan simulasi secara bergantian. Beberapa tim memilih untuk mengulangi dari awal ketika proses simulasi yang dilakukan mereka nilai salah. [caption id="" align="aligncenter" width="576" caption="Simulasi pencarian korban dengan Delsar LD3 Mini di bangunan dua lantai."]

Simulasi pencarian korban dengan Delsar LD3 Mini di bangunan dua lantai.

[/caption] "Lebih baik salah dan memperbaikinya di sini, daripada nanti salah dan tidak bisa memperbaikinya di lapangan," ujar salah seorang peserta dari Manado. Pelatihan hari itu sedianya usai pukul 16.00 WIB. Antusiasme belajar tim SAR membuat mereka tidak peduli dengan waktu. Setelah setiap tim merasa paham betul alat yang mereka praktekkan, baru sekitar pukul 19.00 WIB pelatihan hari itu bisa selesai. "Saya melihat bahwa setiap tim berusaha dan telah dengan baik memanfaatkan semua fasilitas alat dalam simulasi ini. Sebagai pengguna pemula, kalian saya nilai sangat excellent!" puji Nick White yang tinggal di Newcastle, Inggris itu kepada seluruh peserta di akhir sesi.

Mencari Korban Reruntuhan dengan Radar

Mulai pukul 9.00 WIB pada hari Jumat (7/10) saya mendampingi instruktur berkebangsaan Inggris, Yussuff Tim, dalam pelatihan teknis penggunaan peralatan ultra wide band - ground penetrating radar (UWB GPR) Rescue Radar. Beliau yang telah tinggal di Malaysia selama 24 tahun itu merupakan COO dari WellCrown International Resources Ltd., perusahaan distributor peralatan produksi Sensor & Softwares Ltd (Sensoft), Canada. [caption id="" align="aligncenter" width="576" caption="Saya (kanan) mendampingi Yussuff Tim (tengah) saat memprentasikan teknik penggunaan Rescue Radar."]

Saya (kanan) mendampingi Yussuff Tim (tengah) saat memprentasikan teknik penggunaan Rescue Radar.

[/caption] Seperti hari sebelumnya, sejak pagi hingga jelang waktu sholat Jumat materi teori disajikan di kelas. Beberapa kali Yussuff Tim berusaha untuk lebih akrab dengan semua peserta dengan berbicara dalam bahasa Malaysia. Namun peserta malah terlihat tidak paham dengan apa yang dia maksud. Untunglah saya memiliki banyak teman berkebangsaan Malaysia dan terbiasa dengan cara komunikasi mereka. Saya pun jadi bisa juga menerjemahkan pembicaraan bahasa Malaysianya Yussuff Tim ke dalam bahasa Indonesia. Tanpa mengurangi keseriusan, proses pelatihan teknis itu berjalan santai dan dipenuhi canda tawa. Baik Yussuff Tim maupun peserta sering terlambat tertawa ketika salah satunya melemparkan gurauan. Tidak lain karena gurauan-gurauan tersebut harus saya terjemahkan terlebih dahulu ke bahasa masing-masing. Pagi itu Yussuff Tim tak habis-habisnya digempur dengan berbagai pertanyaan seputar Rescue Radar. Para peserta seakan tidak sabar lagi untuk mencoba langsung alat yang sedang dipresentasikan. "I love the enthusiasm!" ujar Yussuff Tim sambil tersenyum memuji semangat belajar tim SAR. [caption id="" align="aligncenter" width="576" caption="Pengecekan kelengkapan perangkat Rescue Radar sebelum simulasi dilakukan."]

Pengecekan kelengkapan perangkat Rescue Radar sebelum simulasi dilakukan.

[/caption] Setelah sholat Jumat dan makan siang, pelatihan dilanjutkan dengan simulasi pencarian korban menggunakan Rescue Radar di bangunan 2 lantai yang cukup luas. Simulasi dilakukan secara bergantian oleh 3 hingga 4 tim sekaligus yang masing-masing berada di titik yang berbeda. Tim-tim ini berada di lantai atas. Sedangkan anggota tim yang sedang tidak melakukan simulasi berperan sebagai korban reruntuhan dan menempati di lantai bawah. Rescue Radar berfungsi untuk mendeteksi adanya gerakan korban hidup di bawah reruntuhan menggunakan gelombang ultra berpita lebar. Bukan hanya gerakan tubuh, gerakan sekecil detakan jantung 28 beat/menit seperti orang koma dapat dideteksi oleh alat ini. Data olahan unit Rescue Radar kemudian ditransmisikan ke komputer tablet yang digenggam oleh tim SAR. Data inilah yang kemudian dianalisa oleh tim SAR untuk mengetahui ada tidaknya korban. [caption id="" align="aligncenter" width="576" caption="Inisialisasi perangkat Rescue Radar oleh salah satu tim sebelum digunakan dalam simulasi pencarian korban."]

Inisialisasi perangkat Rescue Radar sebelum digunakan dalam simulasi pencarian korban.

[/caption] Ada kejadian lucu yang dialami oleh tim SAR dari Pontianak. Setelah berkali-kali melakukan scanning, mereka tidak berhasil menemukan korban. Bukan berarti gagal menggunakan alat. Tapi rupanya rekan mereka yang berperan menjadi korban pergi meninggalkan ruangan lantai bawah. "No wonder they didn't find any victim. They are Pontianak! Ha ha ha!" canda Yussuff Tim yang tidak dimengerti oleh peserta. Saya jelaskan kemudian bahwa "pontianak" dalam bahasa Malaysia adalah sebutan untuk jenis hantu yang dikenal di Indonesia dengan "kuntilanak". Lagi-lagi ketawanya telat. "Antusiasme Anda membuat proses belajar Anda lebih cepat. Biasanya saya harus menyampaikan materi ini dalam dua hari. Namun Anda dapat menguasai alat ini hanya dalam satu hari," ujar Yussuff Tim memuji kinerja peserta pelatihan di akhir sesi pada sore hari. [caption id="" align="aligncenter" width="576" caption="Walaupun sering terlambat tertawa karena kendala bahasa, Yussuff Tim (kanan) adalah orang yang senang bercanda. Namun demikian ia tetap bisa memberikan penjelasan yang menyeluruh."]

Walaupun sering terlambat tertawa karena kendala bahasa, Yussuff Tim adalah orang yang senang bercanda namun tetap bisa memberikan penjelasan yang matang

[/caption] Yussuff Tim juga menyampaikan bahwa dirinya hanya menguasai teknis Rescue Radar secara teori. Yang akan menjadi menjadi pakar sebenarnya adalah tim SAR sendiri karena mereka yang mengetahui kondisi sebenarnya zona bencana. "Oleh karena itu penting bagi Anda semua untuk terus melakukan latihan secara berkala," ujar Yussuff Tim menutup sesi pelatihan hari itu.

Kamera Pencitra Panas

Pada hari Sabtu (8/10) tim SAR mengikuti pelatihan teknis penggunaan alat komunikasi radio dan gergaji mesin hingga pukul 15.30 WIB yang dipandu oleh para instruktur lain. Baru pukul 16.00 WIB Pilianda bisa memulai pengenalan teknis penggunaan kamera pencitra panas (thermal imaging camera) Argus 4 320 karya e2v technologies. [caption id="" align="aligncenter" width="576" caption="Pilianda (kiri) sedang menjelaskan cara penggunaan kamera pencitra panas Argus 4 kepada peserta pelatihan."]

Pilianda (kiri) sedang menjelaskan cara penggunaan kamera pencitra panas Argus 4 kepada peserta pelatihan.

[/caption] Sebagian peserta sudah pernah dan bisa menggunakan kamera ini secara standalone. Namun kali ini mereka diperkenalkan dengan perangkat tambahan berupa transmiter dan resiver yang menyatu dengan komputer laptop. Perangkat ini memungkinkan pengguna untuk bisa memancarkan video hasil penelusuran secara streaming dengan sinyal Wi-Fi ke komputer laptop yang biasanya ditempatkan di mobil komando. Saya sendiri kebagian untuk menjelaskan sisi teknis pengaturan jaringan Wi-Fi. Setiap kamera dan laptop sempurnanya memang dibuat berpasangan dengan alamat IP yang unik. Tujuan agar tidak terjadi error ketika di suatu zona penyelamatan terdapat lebih dari 1 kamera atau laptop.

Banyak Mendapatkan Pelajaran

Tanggung jawab saya sederhananya hanyalah menerjemahkan (atau lebih tepatnya menginterpretasikan) presentasi materi Bahasa Inggris ke Bahasa Indonesia. Walaupun demikian, saya berusaha menempatkan diri saya seakan menjadi anggota tim SAR yang kelak menggunakan alat yang sedang dipelajari untuk penanganan bencana. Ada dua pemahaman yang harus saya gali. Pertama, dari peserta pelatihan tentang situasi dan kondisi yang mereka hadapi di zona bencana. Kedua, dari narasumber tentang teknis pemanfaatan alat dalam misi penyelamatan. Pemahaman tersebut bukan hanya saya dapatkan secara lisan, namun juga dengan mencoba langsung peralatan yang didemonstrasikan. Alhasil, saya pun menjadi paham fungsi alat penyelamatan secara lebih menyeluruh. Di samping itu, saya jadi mendapatkan gambaran sebenarnya zona bencana berdasarkan cerita dari tim SAR. Kegiatan pelatihan ini seakan dilaksanakan tanpa jeda. Hampir di setiap waktu istirahat makan atau coffee break, ada saja satu satu hingga tiga peserta yang menghampiri saya untuk meminta penjelasan yang lebih mendalam mengenai alat yang mereka sedang mereka pelajari. Piring atau gelas yang sedang dipegang sering kali kami letakkan di meja dan berganti dengan pulpen, puntung rokok, ataupun benda lainnya yang ada untuk dijadikan alat peraga pengganti. "Daripada nanti salah, kan? Lebih baik saya tanya sama Abang (= anda) sekarang," kata salah seorang peserta pada jam makan siang. Ia menanyakan tentang daya tahan baterai dan penanganannya. Karena ia dan timnya pernah berjalan empat hari empat malam menelusuri hutan menuju lokasi peristiwa kecelakaan transportasi. Situasi itu praktis membuat tidak ada sumber listrik dari kendaraan. [caption id="" align="aligncenter" width="576" caption="Anggota Basarnas selalu bertanya mengenai teknis penggunaan alat setiap ada kesempatan tanpa ragu."]

Anggota Basarnas selalu bertanya mengenai teknis penggunaan alat tanpa ragu setiap ada kesempatan.

[/caption] Semangat belajar mereka menggambarkan keseriusan mereka dalam memikul tanggung jawab tugas, atau lebih tepat disebut "pengabdian". Walaupun tidak banyak yang bisa saya lakukan, saya bangga bisa menjadi bagian dari kebaikan ini. "Belum pernah saya bertemu dengan tim SAR yang seantusias ini dalam belajar. Semangat ini yang bisa membuat mereka hebat di lapangan," ujar Yussuff Tim yang juga menyampaikan bahwa tim SAR negara tetangga yang ekonominya lebih maju pun tidak memiliki tim SAR sehebat Indonesia. http://edukasi.kompasiana.com/2011/10/18/basarnas-belajar-dengan-antusias/

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline