Lihat ke Halaman Asli

Muhammad Febriansyah Litawan

Long life learner, intuitive, integrety.

Hunian Tetap Penyintas Erupsi Semeru: Potensi Pariwisata dan Kultur Budaya

Diperbarui: 28 Januari 2024   22:09

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber: Rumah.com

Terletak di dataran tinggi kaki Gunung Semeru (600-800 mdpl) dan berbatasan langsung dengan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru, Hunian Tetap (Huntap) yang berada di Desa Sumbermujur, Kecamatan Candipuro, Kabupaten Lumajang ini berdiri kokoh sebagai bentuk besarnya harapan yang dipupuk pemerintah dan masyarakat guna membantu memperbaiki kualitas hidup para penyintas erupsi Gunung Semeru 2021 lalu. Pemukiman yang dikelilingi dengan eloknya pemandangan Gunung Semeru ini telah dihuni sekitar 1.800 kepala keluarga penyintas bencana awan panas guguran (APG) Gunung Semeru.

Pembangunan Huntap

Proses pembangunan Huntap pertama kali dikerjakan pada Januari 2022 dan telah selesai pada pertengahan tahun. Sebanyak 1.951 rumah yang terbagi ke dalam beberapa blok perumahan berhasil dibangun berkat kerja sama Kementerian PUPR melalui Direktorat Jenderal Perumahan bersama dengan BUMN Karya PT Brantas Abipraya dan PT Hutama Karya. Pembangunan Huntap berupa rumah Tipe 36 yang menggunakan teknologi RISHA (Rumah Instan Sederhana Sehat) dengan konstruksi Knockdown. Menteri Basuki Hadimuljono menyampaikan bahwa tujuan dari pembangunan ini adalah untuk rehabilitasi dan rekonstruksi wilayah terdampak bencana dengan membangun kembali permukiman baru yang tangguh terhadap bencana.

Selain bangunan rumah, Kementerian PUPR juga membangun fasilitas penunjang kegiatan masyarakat seperti fasilitas umum, masjid, sekolah, sarana olahraga, lapangan sepak bola, Ruang Terbuka Hijau (RTH) dan pasar. Instalasi air yang bersumber dari Kali Tunggeng dengan debit 10 liter/detik dan Hutan Bambu dengan debit 134 liter/detik, dengan target layanan 2.000 Sambungan Rumah guna mengakomodir kebutuhan akan air bersih. Pada sektor pengelolaan limbah telah dibangun prasarana sanitasi yakni Instalasi Pengelolaan Air Limbah (IPAL) berkapasitas 80 - 500 KK dan Tempat Pembuangan Sampah Terpadu (TPST) berkapasitas 2000 KK. Huntap ini diperuntukkan bagi penerima manfaat yang berasal dari tujuh desa di Kabupaten Lumajang yakni Desa Sumbersari, Desa Kebondeli Utara, Desa Kebondeli Selatan, Desa Curah Koboan, Desa Gumukmas, Desa Kamarkajang, dan Desa Kajar Kuning.

Potensi Pariwisata

Desa yang berdampingan dengan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TN-BTS) ini memiliki beragam tempat indah yang dapat menjadi destinasi wisata bagi masyarakat sekitar Jawa Timur. Nama-nama destinasi yang terkenal di sini diantaranya adalah Mata Air Hutan Bambu, Air Terjun Tumpak Sewu, serta tempat untuk melihat indahnya sunrise di Puncak B29.

Sumber: NativeIndonesia.com

Salah satu destinasi penunjang mata pencaharian masyarakat sekitar yakni Hutan Bambu, merupakan hutan yang sudah ada sejak zaman kolonial Belanda. Terdapat beberapa fasilitas yang dapat dinikmati oleh wisatawan yakni kolam pemandian, spot untuk berfoto, kios, juga tempat bagi pesepeda yang ingin beristirahat. Hutan Bambu yang asri dan indah ini juga merupakan rumah bagi ratusan ekor kelelawar dan monyet berekor panjang. Wisatawan dapat melihat monyet ekor panjang di siang hari. Hutan Bambu Sumbermujur buka setiap hari Senin-Minggu mulai dari 07.00-16.30 WIB. Untuk memasuki kawasan hutan ini masyarakat hanya perlu merogoh kocek sebesar 5.000 Rupiah untuk orang dewasa dan 3.000 Rupiah untuk anak-anak.

Kultur Budaya

Desa yang memiliki populasi sekitar 6000 jiwa ini umumnya bermata pencaharian pada sektor pertanian, jasa, dan pedagang. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya kebun jagung, salak, pisang, semangka, serta banyaknya kios di sekitar huntap yang menunjukkan sumber penghasilan warga. Pada pagi hingga siang hari biasanya para warga menghabiskan waktunya untuk bekerja, oleh karenanya Huntap terasa sepi pada siang hari. Barulah pada sore hari terlihat banyak aktivitas warga yang terlihat, seperti para warga mengobrol di depan rumah, anak-anak bermain bola dan layang-layang, hingga pedagang kaki lima yang berjejer menjajakan makanannya. Pada malam hari ba’da maghrib sekumpulan warga terlihat mengadakan pengajian di rumah warga. Terlihat pula beberapa warga yang masih mengobrol duduk lesehan di jalanan depan rumah. Pada pukul delapan malam ke atas Huntap mulai terasa sepi kembali sebab warga yang sudah mulai beristirahat bersama keluarga.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline