Lihat ke Halaman Asli

Pemikir dan Pekerja

Diperbarui: 5 September 2023   08:48

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Pemikir itu bukan pekerjaan begitu pun dengan pekerja, keduanya bukan pekerjaan. Pemikir dan pekerja itu ialah keinginan manusia atau kehidupan manusia. Keduanya muncul dari mana ia berawal dan berorientasi. Kesalahan orang tua kita bahwa hidup ini hanya-lah untuk bekerja yang menghasilkan uang karena uang adalah kehidupan. Namun kehidupan bukanlah tentang uang, uang itu sebagai alat tukar, sedangkan alat tukar itu bukan hanya uang, bisa barang, dan barang tidak harus dibeli dengan uang.

Orang tua kita menyekolahkan kita dengan tujuan agar bisa bekerja dan kita pun terdoktrin setelah lulus nanti mampu untuk bekerja dan mendapatkan uang sendiri. Padahal, sekolah itu seharusnya melahirkan pemikir keras bukan pekerja keras.

Orientasi ini muncul ketika menginjak usia sekolah menengah atas. Kita masuk ke SMA, kemudian agar mudah untuk kuliah sehingga ketika lulus bisa menjadi PNS yang gajih (bukan gaji, karena hanya jadi gajih saja) beserta tunjangan-tunjangannya yang menggiurkan dan ketika tua ada pensiunan yang ditunggu-tunggu. Kita masuk ke SMK, kemudian setelah lulus nanti bisa bekerja dengan sangat mudah, yang jurusan otomotif baik mobil maupun motor bisa bekerja di bengkel, yang jurusan TKJ bisa bekerja di WARNET, yang jurusan farmasi bisa bekerja di apotek, yang jurusan pertanian bisa menjadi petani, dan sebagainya.

Pekerjaan yang sesuai jurusan dan kejuruan yang kita cari (pada mulanya), namun semua itu jauh dari apa yang kita pelajari karena bolos. Yang jurusan dan kejuruan yang kita duduki dibangku sekolah, tapi bekerja di mana kita tidak tahu apa pekerjaan kita. Dewasa ini susah and sulit mencari pekerjaan sehingga apa pun pekerjaannya, berapa pun gajih-nya, ya diambil saja. Kecuali perempuan yang begitu mudah untuk keluar masuk pekerjaan, padahal yang harus ahli dalam keluar masuk itu laki-laki.

Itu pada kenyataannya, yang seharusnya kita hidup itu bukan tentang uang dengan bekerja, karena itu tadi kehidupan bukanlah tentang uang, akan tetapi kehidupan itu bagaimana kita mengabdi kepada apa yang diciptakan Tuhan sebagai pengabdian kepada Tuhan.

Dan sekolah itu untuk menjadikan kita seorang pemikir untuk memikirkan kehidupan. SMA itu harus melahirkan pemikir yang berdasarkan teori dan SMK itu harus melahirkan pemikir yang berdasarkan praktik. Seharusnya melahirkan seorang yang ahli bukan pekerja.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline