Banyak jalan menghibur diri kala sedang galau dan dilanda masalah karena rutinitas pekerjaan, salah satunya adalah pergi ke puncak, berekreasi, menikmati udara pegunungan yang dingin seraya menikmati hangatnya secangkir kopi. Untuk Sulawesi Selatan, kawasan puncak yang selalu menjadi destinasi favorit adalah Malino, Kabupaten Gowa. Malino sudah lama terkenal karena hawanya yang dingin dengan view pemandangan yang indah, disamping banyak obyek wisata menarik yang ditawarkan. Perjalanan ke Malino dapat ditempuh sekitar satu setengah jam dari Kota Makassar, ibukota Propinsi Sulawesi Selatan.
Bagi penikmat Kopi, Malino juga dapat menjadi destinasi menarik. Seperti yang dituturkan teman penulis, Darwis, bahwa Malino dapat menjadi surga bagi penikmat Kopi Hijau. "Saya seringkali pergi-pulang Makassar-Gowa karena pesanan Kopi dari teman-teman, baik di Makassar maupun dari Kabupaten lain di sekitar Makassar", ujarnya. Kopi memang merupakan salah satu jenis minuman yang digemari banyak orang, meski begitu masih banyak yang belum mengenal Kopi Hijau, kenikmatan maupun bisnisnya yang menjanjikan.
Salah seorang Pegiat Usaha Kecil Menengah dengan produk pasaran Kopi Hijau, Ernawati Jamal, mengaku bahwa berbisnis kopi adalah salah satu pilihan yang menjanjikan. Kepada penulis diceritakannya bahwa bisnis kopinya dimulai saat ada media atau sarana berbisnis kopi sehat dengan kerjasama peracik kopi antara kopi dan kulit manggis. Meski diakuinya, hal itu tidak semudah dibayangkannya sejak awal. Akhirnya, setelah mendapatkan peluang memelihara musang untuk produksi kopi luwak lambat laun ia mulai tertarik untuk menekuni bisnis ini dengan serius. Namun sekali lagi, dirinya harus jatuh bangun terlebih dahulu, mengingat produksi kopi dengan harga jual ke pemasok kopi seringkali tidak seimbang, ada pula mitra bisnis yang hanya menjanji, sementara biaya operasional semakin membengkak dan cenderung rugi.
Ernawati Jamal tak putus asa. Dirinya terus mencari pembeli kopi luwak dengan harga yang tepat. Respon yang didapatkannya kurang bagus. Saat seperti itu muncul ide, impian, serta harapan untuk membangun brand bisnis kopi. "Kami mulai dari keinginan kuat membangun nama daerah sebagai penghasil kopi. Dengan tekad kuat, dibentuklah nama dan desain kemasan menarik dengan brand Kopi Puncak Malino (KPM), disebut sebagai 100% kopi murni, diambil dari ketinggian perkebunan 1.300 mdpl, serta sangat baik untuk kesehatan, khususnya bagi mereka yang ingin diet," ujarnya kepada penulis dan blogger.
Popularitas green coffee terus meningkat setelah disebut-sebut dapat membakar lemak dengan cepat, tanpa mengubah pola makan ataupun berolahraga. Green coffee yang dimaksud sebenarnya merupakan biji kopi yang belum dipanggang atau diproses, sehingga masih memiliki kadar asam klorogenat yang lebih tinggi, yang dapat mempengaruhi metabolisme dan kadar gula darah yang kemudian dapat membantu program diet. Sampai saat ini, menurut Darwis, yang juga penikmat Green Tea mengungkapkan belum ada atau belum ditemukan efek sampingnya. "Mau tahu rasanya? Soal rasa tak perlu saya ceritakan. Lebih baik rasakan sendiri dan teguk lebih banyak untuk kesehatan yang lebih baik dari manfaat kopi hijau ini", ujarnya.
Kopi Hijau Puncak Malino ini pun semakin digemari dan semakin banyak pemesannya, tak terkecuali bagi mereka yang penasaran hanya melihat kemasannya di media online. Untuk pemasaran ini, pengusaha kopi hijau dari puncak Malino mempercayakan pengirimannya lewat JNE, sebagai mitra terpercaya pengiriman barang sampai ke konsumen yang membutuhkan. "Bagi yang diluar Malino, Kabupaten Gowa, percayakan kepada JNE untuk setiap pemesanan dan pengiriman Kopi Hijau Puncak Malino. Saya beberapa kali menggunakan jasa JNE dan pelanggan mengirimkan testimoninya dengan baik", ungkapnya. (*)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H