Muhammad Fajar Maulana
Bencana yang paling besar adalah Ketika ilmu sudah tidak menjadi sebuah kebutuhan apalagi keistimewaan. Padahal dalam kitab Ihya' Ulumudddin. (Juz.1.hal. 413) menjelaskan : " seandainya pahala majlis-majlis Ulama ditampakan kepada manusia, maka pasti mereka akan saling berebutan sampai hampir berperang (untuk mendapatkan) nya. Sehingga orang-orang yang memiliki jabatan/kedudukan akan meninggalkan jabatanya, dan setiap (pedagang) di pasar akan meninggalkanya". Dari perkataan Imam Ghazali ini kita coba menganalisis, bahwa terkadang manusia hanya mau mencari jika terdapat disitu esensi yang jelas dan nyata, tetapi mereka lupa dengan esensi yang jauh lebih besar dibalik abstraksi esensi itu.
Al-Imam Ghozali mengatakan demikian, pasti beliau sudah membaca dan menganalisi karakter dan watak dari manusia itu. Atau dapat diistilahkan "manusia-manusia yang belum sadar". Sehingga disimpulkan oleh beliau bahwa sesuatu yang Nampak akan lebih mereka perhatikan dan pertimbangkan dibandingkan dengan hal yang berbau abstrak atau sifatnya subranatural (Ghoib). Pertanyaanya ? bagaimanakah Imam Ghozali dapat menyimpulkan hal analogi yang sangat rasional ?. jawabanya adalah Membaca . di dalam diri Imam Ghozali tidak diragukan sedikitpun terkait pengetahuan dan ilmu. Entah didapatkan melalui Guru-Nya atu beliau mencari sendiri dengan membaca literatur pada masa beliau, kemudian beliau juga mencoba membaca keadaan sosial pada masa beliau, bagaimana keadaan dan situasi nya.
Dari sini kita dapat mengambil pelajaran bahwa membaca adalah sumber kesadaran. Baik membaca dengan buku untuk menambah wawasan dan Rerensi atau membaca secara sosial bagaimana keadaan di sekitar kita. Peran mahasiswa saat ini sangat amat kehilangan arah dalam berpetualangan untuk membaca segala hal, mereka dikendalikan, dibutakan dengan kemajuan zaman. Dan pada era 0.5 mereka makin kehilangan jati diri mereka sebagai mahasiswa yang seharusnya Teknologi menjadi aset emas untuk menjadi senjata baru guna untuk menemukan trobosan, pemikiran ,gagasan baru karena gampangnya mencari informasi dari mana pun. Tetapi Hal itu malah menjadi boomerang bagi mereka (para Mahasiswa) yang menurukan elektabilitas Almamater Mereka.
Jika Membaca bukan hal yang digandrungi para Mahasiswa maka mereka kehilangan fungsi dan peran sebagai Mahasiswa, yaitu :
- Mahasiswa Sebagai Agen Perubahan
- Mahasiswa Sebagai Iron Stock
- Mahasiswa Sebagai Guardian Of Value
- Mahasiswa Sebagai Moral Force
- Mahasiswa Sebagai Social Control
- Mahasiswa Sebagai kontrol Politik
- Mahasiswa Sebagai Penyalur Aspirasi
Tujuh fungsi dan peran Mahasiswa inilah yang menjadi tolak ukur arah gerak seorang Mahasiswa. Dari berbagai kampus dan rumpun ke ilmuan yang meraka tempuh, maka satu sama lain akan saling melengkapi dan bekerja pada sektor yang sesuai dengan keahlian mereka. Akan tetapi jika mereka sudah tutup Mata dan tutup Telinga dengan ke ilmuan dan keadaan maka sudah tidak sepantas nya mereka disebut sebagai Mahasiswa .
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H