Bensin seharga 10 ribu per liter di Lampung Barat. Bensin atau petrol yang dipatok pemerintah pada harga Rp 4500 kini telah mencapai harga 10 ribu per liter di kecamatan Kebon Tebu, Lampung Barat. Anehnya, meski dengan harga yang begitu tinggi, barang tetap tidak mencukupi.
Kecamatan Kebun Tebu, bisa di bilang sebagai suatu wilayah yang income penduduknya diatas rata-rata pada musim panen kopi seperti ini. Sehingga kenaikan harga bensin yang melebihi 50% itupun tidak terasa dan tetap bisa membeli dengan hati gembira selama kendaraan kesayangan tetap bisa jalan. Yang menjadi permasalahan adalah… bukan karena warga tidak bisa membeli, tapi karena pasokannya yang kurang sedang permintaan sangat tinggi.
Lalau solusi apa yang diberikan pemerintah daerah? Tidak ada! Pemerintah seperti pura-pura tidak melihat dan tidak mendengar dan membiarkan saja kenaikan BBM di wilayah Kebun Tebu tanpa berbuat apa. Karena inflansi harga BBM ini sudah berlangsung sejak ditolaknya kenaikan BBM oleh para 'Pembela Rakyat'. Gosipnya, sekali-kalinya ada sedikit keperdulian, aparat turun kelapangan untuk menstabilkan harga, yang terkena dampaknya adalah pedagang eceran yang dipaksa tidak boleh menjual lebih dari Rp 6000. Padahal pedagang eceran tersebut membeli dari suplayer bensin dengan harga Rp 8000 – Rp 8500. Masuk akal kah? Kalau belinya saja sudah diatas Rp 8000, masak jualnya harus Rp 6000.... hil hil yang mustahal sekali.
Lalu kemanakah para ‘Pembela Rakyat’ yang pernah menolak kenaikan harga BBM beberapa saat lalu? Kenapa melihat harga yang bensin yang begitu tinggi disalah satu wilayah Indonesia, terutama wilayah Kecamatan Kebun Tebu, Lampung Barat tidak ada satupun yang bersuara untuk memberikan solusinya?
Sebagai rakyat yang suaranya pernah di wakili oleh ‘Pembela Rakyat’ tersebut, saatnya kami memperdengarkan suara hati sebenarnya. Kami sama sekali tidak keberatan jika pemerintah menaikan harga BBM, selama pasokan tetap lancar, dan barang ada saat dibutuhkan. Apa gunanya harga murah kalau barang tidak ada?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H