Lihat ke Halaman Asli

Lika Liku Wanita yang Tak Laku….

Diperbarui: 26 Juni 2015   16:47

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

“Dia tidak cantik, menarik ataupun simpatik. Dan dia tidak pernah pula berusaha untuk tampil menawan. Kata-kata yang keluar dari bibirnya datar tanpa intonasi, tatapan matanya dingin tanpa ambisi. Tapi hatinya lembut penuh kasih…”

Jangan terkecoh dulu, petikan diatas saya ambil dari sebuah life story yang masih dalam bentuk draft yang judulnya “Malay Lady dari Teluk Intan”.Masih dalam bentuk draft sebab penulisnya saat ini sedang dalam masa transisi di mana logika dan perasaan sedang berperang dan masing-masing ingin tampil dominan. Karena ini sebuah kisah nyata, maka banyak sekali aspek-aspek yang perlu dipertimbangkan. Jadi kena tunggu….entah berapa lama…mungkin sampai rasa benci dan cinta kasih mengalahkan logika atau sebaliknya.

“Menikah itu suatu kewajiban bagi mereka yang tidak mampu menahan hawa nafsu dan sudah siap secara jasmani dan rohani, material dan spiritual, untuk mengarungi kehidupan rumah tangga…..” Itulah kesimpulan akhir yang saya ambil dari berbagai buku yang saya baca tentang risalah dan khazanah perkawinan.

Lalu bagaimana hukumnya jika seseorang itu mampu menahan hawa nafsu dan siap secara jasmani dan rohani, material dan spiritual, tetapi dia tidak mau menjalin hubungan dengan lawan jenis dan atau tidak mau menapaki kehidupanrumah tangga?

Selama ini saya melihat, pernikahan lebih banyak di kaitkan dengan status dan gengsi. Wanita atau pria, kalau tidak menikah statusnya di ragukan. Dan ada juga yang terpaksa menikah karena gengsi kalau dianggap tidak laku. Lalu apakah salah kalau seseorang itu memilih untuk hidup sesuai dengan kehendak hatinya dan memutuskan untuk tidak menikah? Apakah pandangan orang terhadapnya? Pasti negatif kan?

Dalam setiap dialog keagamaan dan kemasyarakatan yang di landaskan pada ajaran agama dan tradisi, menyatakan perkawinan itu adalah suatu keharusan. Selain untuk menghindarkan fitnah dalam masyarakat juga untukmencegah timbulnya tindakan maksiat.

Setiap insan, antara satu dengan yang lain itu tidak sama. Kualitas, pola pikir, keinginan, harapan dan hasrat pun berbeda. Tapi tujuan hidupnya pasti sama, “Kebahagian”. Manusia selalu ingin hidup bahagia(dunia –akhirat kalau bisa).

Kenapa tidak kita biarkan saja mereka meraih kebahagiaannya tanpa memaksakan suatu kondisi seperti “keharusan untuk menikah” misalnya. Bisakah kita berpandangan terbuka dan menerima hakikat bahwa seseorang yang tidak menikah itu bukan berarti statusnya di ragukan/tidak laku/ ada yang tak beres dengan mereka?

Bisa kah kita berpikir bahwa mereka tidak menikah, karena mereka sudah bahagia dengan hidupnya tanpa harus menapaki kehidupan rumah tangga?

Suatu dillema kan? Terlalu banyak pertanyaan…yang jawabannya….?????




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline