Lihat ke Halaman Asli

Stress, Negeri

Diperbarui: 17 Juni 2015   21:11

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Negeri Ku sayang, Negeriku indah. Negeri yang begitu dipuja-puja Bangsanya. Negeriku mengepakkan keindahan yang dimilikinya. Negeriku menyimpan harta melimpah,berharga. Yang dulunya tersembunyi, sekarang banyak terbuai karenanya. Negeriku melahirkan sebagian besar anak-anaknya. Cerdas, berwibawa. Cantik rupawan kuat karakternya, kuat pendiriannya. Negeriku didukung mereka. Anak-anak itu, berjuang sekuat tenaga, merawat dan menyertai negeri bersama-sama. Negeriku terpandang di mata teman-temannya, dipandang dunia. Karna anak-anaknya, karena hartanya, karena keindahannya.

Seiring lamanya waktu Berjaya, negeri semakin tua. Negeriku yang baik hati, yang terbuka pada dunia memiliki berbagai polemic dalam kehidupannya. Seiring berjalannya waktu, satu persatu anak negeri terlena terseret modernisme dan hedonisme. Meskipun tidak semua, namun dampaknya semakin terasa. Kawan-kawan negeri berobsesi meminta harta negeri, menawan anak-anak negeri, bahkan memeliki negeri sepenuhnya. Anak-anaknya saling berlomba menduduki tahta negeri tanpa memperhatikan negeri, tutp mata terhadap permasalahan negeri.

Ditinggal sebagian anaknya, dihianati kawan-kawannya, hampir kehilangan tahta dan kekayaannya mau tidak mau membuat negeri membuat suatu reaksi adaptif untuk mempertahankan dirinya. Berbagai hal buruk yang kini dialaminya adalah wujud dari stressor yang akan menyerang dan menggerogoti sepenuhnya. Membuat negeri ini stress. Ya negeri tak terhindar dari serangan stress.

Ketika negeri berhasil mengahadapi stressor maka segalanya akan berakhir baik. Dengan kata lain negeri tidak perlu bersedih dengan masa-masa pahit yang dialaminya kini, karena dia akan dapat menyelesaikannya. Namun ketika negeri tidak mampu menghadapi stressor maka alarm akan bereaksi. Reaksi alarm akan mengingatkan negeri. Stress yang terlalu kuat akan menciptakan luka, luka pada fisik negeri, luka pada hati negeri. Jika demikian negeri akan beresisten tak ubahnya sebagai bentuk coping, yaitu bagaimana negeri menangai stressor yang banyak mengusung emosi negative dan relevan dengan keadaannya.

Ketika stress masih menetap meskipun negeri telah membentuk resisten dan negeri tidak mampu merespons secara efektif setiap tekanan dan goncangan yang datan, negeri bermuara pada permukaan terdasar. Yang dikatakan Selye, 1950 adalah exhaustion , lelah. Lelah kepada anak-anaknya yang melupakannya. Lelah kepada kawannya yang menghianati dirinya. Lelah pada dirinya, yang tidak dapat melakukan apapun. Lelah yang akan mengantarkannya pada kerusakan yang tidak dapat diperbaiki, mati.

Secuil pemikiran anak negeri yang buta pada negeri…..

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline