Lihat ke Halaman Asli

Imaginer Friend, 'Batur'

Diperbarui: 17 Juni 2015   18:45

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pernahkah anda memiliki teman imaginer? Bisa saja anda menjawab tidak tau atau mungkin tidak ingat. Namun anda pasti pernah mendengar atau melihat kasus tersebut terjadi pada seorang anak. Normal bagi anak-anak di usia pra sekolah memiliki teman imaginer. Hal ini sangat penting pada proses tumbuh kembang anak karena pada tahap ini seorang anak mulai berkreasi dan mengembangkan fantasi-fantasi terhadap tokoh-tokoh yang dianggap ideal. Teman imaginer biasanya muncul sebagai hasil dari objek atau sesuatu yang familiar didengar. Contohnya dari dongeng atau tokoh yang sering diceritakan sang ibu. Beberapa ahlipun mengatakan bahwa bermain dengan teman imajinasi bisa mendukung perkembangan anak, karena ia bisa belajar tentang peran, interaksi dua arah, kekuasaan dan mengontrol emosi.

Teman imaginer, dipandang dan disebut dalam nama yang berbeda-beda dalam berbagai lintas budaya. Dalam budaya Jawa,misalnya. Teman imaginer sering diidentikkan sebagai "batur" atau teman ghaib anak. Fungsi batur disini adalah menjaga anak dari berbagai hal buruk yang mungkin terjadi. Simbol fisik dari batur bayi menurut budaya jawa adalah ari-ari bayi. Ari-ari yang keluar saat proses kelahiran bersamaan dengan bayi harus dikubur dengan hati-hati dan melewati proses ritual tertentu. Ketika terdapat kesalahan dalam proses tersebut maka akan berimbas pada kjesehatan atau keselamatan bayi. Batur bayi tidak selamanya mengiringi bayi. Seiring berjalannya waktu, batur tersebut hilang pada kisaran umur 2-4 tahun. Namun ketika melebihi usia tersebut seorang anak tetap dan sering berbicara sendiri dengan teman imaginernya (batur) maka terdapat sesuatu yang salah. Atau bahkan anak tersebut dianggap memiliki 'kelebihan' .

Kehadiran teman imaginer dapat juga diidentikkan sebagai adanya gangguan identitas disasosiatif . Hal ini diperuntukkan bagia anak-anak yang mengalami masa traumatis baik secara fisik maupun seksual. Seorang anak mulai mengembangkan diri alter dan dapat berkembang menjadi pengalaman disasosiatif bila dihadapkan pada stress yang ekstrim(pengalaman traumatis tersebut). Alter disisni digunakan sebagai pertahanan psikologis melawan suatu penyiksaan yang dialami. Meskipun mengalami penyiksaan secara terus-menerus, diri alter dapat menjadi stabil sehingga seorang anak akan sulit untuk mempertahankan kepribadiannya yang utuh. Ketika masa dewasa, kepribadian alter akan hadir dan digunakan untuk mendirect ingatan traumatis pada masa kanak-kanak. Selain itu diri alter akan menghadang reaksi emosiaonal terhadap hal tersebut. Sehingga diharapkan seseorang akan dapat menghapus bersih ingatan dan memulai hidup baru dengan kehadiran kepribadian alter.

Sumber :

Jeffrey S. Nevid, Spencer A. Rathus, Beverly Greene (2002). Psikologi Abnormal. Edisi 5 Jilid 1. Jakarta: Erlangga.

http://ijammeru.blogspot.com/2011/11/budaya-dan-mitos-seputar-kehamilan.html

http://health.kompas.com/read/2013/09/05/1502126/Anak.dengan.Teman.Fantasi.Normalkah.

Sumber gambar :

http://itellumystory12.blogspot.com/2012/09/everything-about-imaginer-friend.html

http://ceritarisda.blogspot.com/2010_09_01_archive.html




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline