Keterangan Foto: Dokumentasi pembuatan Minyak Angin dan Manisan Jahe di (13/07) di Posyandu Mawar 5, Gading Selatan, Kecamatan Bululawang
Mungkin tidak banyak yang menyangka, aktivitas berjualan produk minuman dan makanan herbal dapat menjadi opsi meraih pendapatan yang cukup menjanjikan. Pada 11 Juli 2022 lalu, Kelompok 8 KKN-T FIA UB berkesempatan menemui salah satu penggiat UMKM makanan dan minuman herbal yang cukup mashur di Kecamatan Bululawang. Masluchah atau kerap dipanggil Masuha, namanya. Saat pertama kali memasuki rumahnya, kami langsung diperlihatkan beberapa produk minuman herbal yang tertata rapi di atas meja. Ia kemudian mengenalkan satu per satu dari produknya tersebut bahkan mengizinkan kami untuk mencicipinya.
Berawal dari menitipkan produknya ke warung-warung setempat, Brand ALFANIA milik Masuha ini telah sukses merambah ke berbagai daerah di Indonesia. Sebelum pandemi, Ia telah berhasil meraup omzet hingga Rp. 15.000.000/ bulan.
15 Tahun Berproduksi
Perjalanannya menggeluti bisnis herbal selama hampir 15 tahun menjadi bukti kecintaannya terhadap tanaman Toga. Diawali pada 2006, Masuha merintis produk pertamanya, yakni serbuk minuman jahe instan di Desa Gading, kecamatan Bululawang, Malang. Adapun label nama yang disematkan pada dagangannya "ALFANIA" yang tak lain merupakan gabungan dari nama depan ketiga anaknya. Kepada kami, Ia menceritakan masa-masa awalnya merintis usahanya selama hampir 15 tahun berproduksi.
" Disebabkan keterbatasan ekonomi terkhusus saat itu anak-anak saya masih kecil, jadi saya berinisiatif untuk mencari pendapatan sendiri. Dengan modal tekad yang kuat, semua proses pembuatan minuman herbal ini saya kerjakan sendiri". ungkapnya.
Lebih lanjut, Ia menjelaskan kendala awalnya dalam mempromosikan dagangannya kepada masyarakat luas. " Lima tahun awal, banyak penjual yang tidak percaya terhadap produk saya. Jadi, saya harus berkeliling ke pasar hingga acara-acara warga seperti acara pengajian atau ibu-ibu PKK untuk promosi. Saya juga kerap menitipkan dagangan saya kepada mereka. Semua itu demi membangun kepercayaan orang-orang dari mulut ke mulut terhadap produk ini" tuturnya.
Tak berhenti sampai di situ, Ibu dari tiga anak ini terus mengikuti perkembangan pasar sehingga produknya menjadi lebih bervariasi. Kini, Ia telah berhasil menciptakan lebih dari 20 jenis produk makanan dan minuman herbal berbahan dasar tanaman Toga. Dalam pemasarannya, Ia juga tidak lagi menggunakan sistem titip, melainkan sistem pre-order melalui platform whatssap. Tak hanya itu, Ia juga mengaku telah memiliki puluhan reseller dari berbagai daerah. " Dalam sehari, saya memproduksi sekitar 5-10 kg dengan macam-macam yang berbeda setiap harinya. Pangsa pasar saya sudah mencapai ke luar pulau jawa, yakni Sumatera bahkan pernah ke Arab Saudi". ujarnya.
Bertahan di Tengah Pandemi
Tidak sedikit para penggiat UMKM mengalami keuntungan yang fluktuatif bahkan mungkin merugi drastis ketika pandemi. Begitu pula dengan Masuha. Ia mengaku mendapat cobaan yang cukup besar. Ia mengalami penurunan produksi dan kerugian yang cukup drastis dengan penurunan omzet dari Rp. 15.000.000/bulan menjadi Rp.3.000.000/bulan saja. Bahkan, Ia sempat menghentikan produksinya sementara waktu dan baru beroperasi kembali pada Juni 2021. " Semenjak pandemi, produksinya melonjak turun. Karena itu, saya tidak bersemangat lagi meneruskan usaha ini. Namun, tiba-tiba ada orang lanjut usia yang butuh uang dan meminta kerja kepada saya. Akhirnya, InshaAllah, saya mulai lagi produksinya dari titik terendah itu " ungkapnya.
Kendati demikian, Ia tetap gigih meneruskan usahanya hingga hari ini. Kesemuanya itu lantaran tingginya dukungan dari berbagai pihak, khususnya keluarganya.
Memberikan Pelatihan Secara Gratis Bersama Kelompok 8 KKN-T FIA UB