Lihat ke Halaman Asli

Lunturnya Krama Inggil

Diperbarui: 25 Juni 2015   20:00

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

1328516942219004823

Bahasa pergaulan kita dalam kehidupan sehari-hari adalah Bahasa Jawa. Bahasa Jawa adalah bahasa yang digunakan suku bangsa Jawa. Bahasa yang merupakan warisan nenek moyang yang tak ternilai harganya. Dalam penggunaan Bahasa Jawa harus memperhatikan tingkatan orang yang diajak bebicara, karena Bahasa Jawa terdiri atas beberapa tingkatan, salah satunya adalah yaitu Krama Inggil meluntur dengan zaman modern seperti ini. Bahasa yang digunakan orang lebih muda kepada yang lebih tua ini, sebagai tanda menghormati. Namun dalam kehidupan sehari-hari tampak jelas bahwa anak-anak sekarang sudah tidak menggunakannya. Entah kesulitan dalam penggunaanya atau bagaimana yang jelas mereka jarang menggunakan Krama Inggil lagi. Banyak yang mengatakan bahwa “Wong Jawa tapi ora Jawani”, itulah yang sering diungkapkan oleh masyarakat Jawa.

Hanya sedikit dalam penggunaannya, seperti “enggeh, dalem”. Itu hanya sepenggal kata yang bisa diucapkan oleh anak-anak jaman sekarang. Pelajaran Bahasa Jawa yang ada di Sekolah-Sekolah hanya sebagai sarana saja. Dalam pengaplikasianya, anak-anak tetap saja menggunakan Bahasa Jawa ngoko atau bahasa Indonesia biasa. Mungkin karena lebih mudah dalam mengucapnya, sehingga anak-anak sekarang lebih suka menggunakan bahasa tersebut. Ataupun pihak sekolah juga tidak mempertegas melestarikan Krama Inggil ini, karena bagi sekolah lebih baik menggunakan Bahasa Indonesia yang mudah. Tidak jarang pula Guru Bahasa Jawa jika sedang mengajar masih tetap menggunakan Bahasa Indonesia. Selain itu ada juga Guru Mapel Bahasa Jawa dapat tidak dari lulusan Sarjana Pendidikan Bahasa Jawa yang penting berkompeten, ini menunjukkan bahwa Guru yang penting bisa mengajar saja.

Hal ini dapat dipengaruhi oleh kebiasaan dan model pengajaran yang ada di rumah dan lingkungan sekitar juga. Orang tua yang tidak membiasakan anak-anaknya untuk menggunakan bahasa Krama Inggil, lebih suka dengan menggunakan Bahasa Jawa Ngoko atau Bahasa Indonesia. Hal ini terlihat sepele, namun dapat melumpuhan ekistensi Krama Inggil sebagai Bahasa khas tanah Jawa yang akan berpengaruh terhadap tingkah laku anak jaman sekarang...

Ketidakmampuan menggunakan bahasa Jawa dengan baik ini menjadi salah satu factor penyebab nlai-nilai tata karma seperti ini sudah banyak yang ditinggalkan. Kalau benar-benar setiap individu pengguna bahasa yang bertata krama konsekuen antara yang diucapkan dan dilakukan, tentunya akan berimplikasi pada tingkah laku dalam bermasyarakat. Ada rasa saling menghormati, mendahulukan kepentingan yang lain, dan tentunya akan lebih harmonis. Karena tak ada lagi benturan kepentingan karena lebih menonjolkan diri sendiri dibandingkan orang lain. Banyak generasi kita sekarang yang merasa “kuno” berbahasa Ibu dalam komunitasnya. Tetapi penyebabnya ketidakmampuann menggunakan bahasa Jawa bagi generasi muda. Sebenarnya kalau ditelusuri memang bukan kesalahan anak muda jaman sekarang. Tetapi para orang tua yang semakin enggan menggunakan Bahasa Jawa di lingkungan keluarga. (diunduh 9 Januari 2012 www.google.com)

Di samping karena semakin lemahnya posisi Bahasa Jawa menghadapi kondisi globalisasi. Keluarga muda Jawa yang pindah ke kota, dalam komunitas yang heterogen menjadi jarang sekali menggunakan Bahasa Ibunya. Sehingga penanaman nilai-nilai moral dari orang tua sangat jauh berkurang. Anak-anak lebih suka nonton TV atau bermain game, dibanding mendengarkan cerita sebelum tidur yang seperti para orang tua terdahulu dengan menyelipkan kata “ing sawijining dino….” Selain dikarenakan para orang tua semakin tak punya waktu, juga karena sudah tak mampu lagi. Dan membiarkan anaknya mencari kesenangan sendiri. Penggunaan Bahasa Krama Inggil di lingkungan keluarga sudah tidak melekat seperti dulu, orang tua yang sudah tidak membiasakan Bahasa Jawa sebagai bahasa sehari-hari untuk alat komunikasi di keluarga. Dan mungkin akan berasa aneh jika memakai Krama Inggil di lingkungan keluarga karena ketidakbiasaan tersebut.

Berbeda dengan jaman kecil saya dahulu, yang Bapak masih mendongengi sebagai pengantar saya tidur. Bercerita tentang ini itu seputar tanah Jawa dengan Bahasa khasnya. Jika dalam sehari bapak tidak mendongeng, rasanya telinga panas ingin rasanya cepat-cepat didongengi lagi. Dengan ajaran-ajaran orang tua saya yang mengaharuskan memakai bahasa Krama Inggil jika berbicara kepada orang yang lebih tua. Hal ini benar-benar dapat tertanam pada diri saya. Namun, tidak dapat saya pungkiri berbicara dengan orang tua saya sendiri sering sekali saya memakai bahasa ngoko. Mungkin anggapan yang seperti anak-anak lain bahwa orang tua di dalam kehidupan keluarga sudah seperti teman biasa.

Seperti apa yang dialami oleh Hilal, dari kesibukan orang tua yang jarang di rumah, meskipun tidak jarang orang tua mengajari Krama Inggil kepadanya, tetap saja tidak adanya kebiasaan yang rutin utuk membiasakan bahasa ini untuk keseharian Hilal. Ia lebih suka memakai bahasa-bahasa ngoko yang mudah diucapkan atau bahasa-bahasa gaul yang sedang mendunia akhir-akhir ini. Dengan ini, menimbulkan kemalasan untuk memakai Krama Inggil dalam hidupnya yang seharusnya digunakannya kepada orang yang lebih tua darinya sebagai rasa hormat.

Anak muda jaman sekarang, hampir semuanya tidak menguasai Bahasa Jawa alias gagap Bahasa Jawa. Hal itu disebabkan karena era globalisasi seperti sekarang ini, beragam budaya asing yang masuk ke tanah Jawa melalui berbagai media, seperti pemakaian bahasa gaul, bahasa asing, ataupun bahasa campuan (bahasa yang dibuat sendiri dengan campuran Jawa, Indonesia dan Inggris). Jelas kondisi ini akan memperparah eksistensi Krama Inggil,Krama Inggil akan semakin surut atau luntur di Jawa sendiri. Dan menimbulkan tingkah laku seenak sendiri bagi kaum muda, yang tidak mementingkan unggah-ungguh. Apakah harus berpatok dalam isi sumpah pemuda yang menyatakan “Berbahasa satu Bahasa Indonesia”, sehingga melupakan Bahasa khas sendiri di tanah Jawa ini? Apakah harus menunggu bangsa asing untuk mempelajari bahasa Jawa Krama Inggil sehingga mereka harus mengajari kita terlebih dahulu? Kita tidak perlumenunggu ini terjadi, dengan dimulai dari kita sendirilah bahasa ini akan membudaya sendiri.

Berbahasa Krama Inggil akan menumbuhkan norma kesopanan dan rasa saling menghormati di dalam lingkungan keluarga yang akan berpengaruh pada pembentukan karakter anak terebut. Penggunaan Krama Inggil akan mencerminkan tata krama atau unggah ungguh yang baik yang berpengaruh pada pola perilaku anak. Hal ini akan menjadi suatu kebanggaan tersendiri jika dapat kita melaksanakannya.

Maka perlu bagi orang tua untuk mulai mengajarkan Bahasa Krama Inggil kepada anak-anak mereka sejak kecil agar dapat menumbuhkan jiwa tata krama yang anggun dan dapat membentuk pribadi yang sopan, meskipun hanya dengan ucapan bahasa.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline