Lihat ke Halaman Asli

Puisi Pengantin

Diperbarui: 19 Desember 2015   13:41

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Kita yang terbiasa dihidangkan cerita cinderela cukup sulit berjuang selayak khodijah.

Kita yang terbiasa berharap pangeran gemulai cukup sulit menerima satria pejuang.

Kita yang biasa terbuai dilayani tujuh kurcaci dan para peri cukup sulit meneladani fatimah az zahra.

Mimpi kita terlalu terbiasa dielu-ulakan kalimat “happy forever after” di gerbang pernikahan lupa bahwa ini barulah awal perjuangan.

Janji yang mengguncang arsy itu teman, serupa Baiatul Ridwan. Sumpah mati untuk saling memperjuangkan menuju syurga akhirat sebagai puncak kebahagiaan.

Jadi teman, selain doa pengantin yang ku panjatkan..ku ungkapkan kata “selamat datang dan selamat berjuang”

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline