Lihat ke Halaman Asli

Renungan untuk Indonesia

Diperbarui: 26 Juni 2015   11:49

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Demi masa (1), Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian (2), Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran (3).

Indonesia adalah Negara yang memiliki khasanah budaya yang beraneka ragam. “Bhineka Tunggal Ika” berbeda-beda tetapi tetap satu jua, sebuah kata yang selalu digadang oleh rakyat Indonesia. Masih teringat jelas ketika 15 tahun yang lalu saat masih duduk di sekolah dasar guru selalu mengingatkan arti makna kata tersebut dalam pelajaran Pendidikan Moral Pancasila (PMP) yang kini berubah menjadi PKn..

Bhineka Tunggal Ika kini terasa hampa terdengar ditelinga. Indonesia memang masih beraneka ragam budaya dan suku bangsa, tetapi nilai dari “berbeda-beda tetapi tetap satu jua” kini telah bergeser. Perbedaan budaya yang dulu diyakini sebagai penegak kokohnya Negara Kesatuan Republik Indonesia, kini justru menjadi titik balik yang hendak merongrong kehancuran NKRI. Betapa tidak, jika perang antar suku sudah tidak terelakkan, jika saudara telah saling baku hantam, dan teman serta sahabat karib telah saling mencari kesalahan, dimana Bhineka Tunggal Ika yang selama ini berkibar?????.

Orde lama yang dicetuskan oleh Ir. Soekarno dikataterkotori oleh terpaan angin paham komunis yang kemudian digulingkan oleh rezim Soeharto dengan Orde barunya. 32 tahun masa pemerintahan ini menganut kediktatoran dan kemiliteran, yang kemudian di tahun 1997 digulingkan oleh paham baru yang bernama Reformasi. Namun kemana arah paham baru ini hendak berjalan???? Kemana hendak kita mencari?, kemana hendak kita membudi?? Pergeseran nilai-nilai kemanusiaan telah semakin jauh melenceng dari norma yang ada. Hal kecil bisa berujung maut di ranah bumi kita. Hendak kemana kita mengadu? Jika kehidupan sudah tidak lagi menjumlah kita tetapi telah membilang aku, kamu dan dia.

Pergeseran nilai, akhlak, ideology, dan pergeseran tatanan kehidupan haruslah segera kita sikapi. Akankah keterpurukan dimasa lalu menjadi tunggak besar yang menghalangi kita untuk bergerak maju dan keluar dari kekumuhan kehidupan??. Jaman JAHILIYAH telah hancur sejak Muhammad SAW dinubuwah oleh Alloh SWT. Islam telah mencerahkan alam semesta dengan syariat yang jelas dan pasti kebenarannya. Setiap sendi kehidupan tidak luput sedikitpun dari jamahan syariat yang dibawa oleh rosul akhiruz zaman. Lalu, kenapa kita harus saling mempertentangkan ketika ada saudara yang berpenampilan beda dari kita, kenapa kita jadi gusar ketika saudara atau tetangga mendapatkan hal yag lebih dari kita, harus sampai kapan kita menjadi diri aku, kamu dan dia???

Sungguh jelas Alloh telah memperingatkan kita dalam surat Al ‘ashr dengan demi masa (1 Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian (2). Waktu yang senantiasa berjalan tanpa pernah mungkin bisa kembali, waktu yang telah terlewat tanpa pernah mungkin terulang lagi. Haruskan kita merugi menjadi orang-orang yang tidak menggunakan nafas yang Alloh hembuskan, darah yang Alloh alirkan, Otak yang Alloh amanahkan, dan Ruh yang Alloh tiupkan untuk berbuat baik dan beribadah kepada-Nya?. Sangat pasti ketika Alloh berfirman “dan tidaklah Aku (Alloh) ciptakan jin dan manusia kecuali untuk menyembah”

Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran (3). Mari kita bersama-sama bangkit dari keterpurukan. Bangun dan singsingkanlah lengan baju kita, songsong kehidupan dengan hal-hal yang indah. Iman hendaklah menjadi benteng utama yang terus tertanam dan semakin kokoh dalam diri kita. Beramal sholeh hendaklah menjadi pos-pos penjagaan bagi kita agar musuh tidak serta merta menyerang ke benteng pertahanan kita. Nasehat menasehati dalam kebaikan seyogyanya menjadi pintu gerbang yang kokoh yang tidak mudah terdobrak oleh penjajah keimanan kita. Dan menasehati dalam kesabaran akan menjadikan parit pemisah yang menghalangi kita dari keputus asaan menjalani kehidupan. Sesungguhnya isyarat Alloh benar adanya dan nyata terjadinya. Segeralah kembali pada syariat yang telah Alloh wahyukan kepada Muhammad Al-Amin yang terjaga setiap kehidupannya dari dosa.

Semoga Alloh menjadikan diri dari masing-masing kita manjadi makhluk yang senantiasa patuh pada titah Tuhannya, dan semoga kita menjadi manusia yang pintar dan tahu dengan kehidupan serta selalu berjalan dengan syariat yang telah Nabi Muhammad ajarkan. Amin.

Dengan mengucap Astagfirullohal ‘adzim semoga Alloh mengampuni khilaf yang kita lakukan dan menjadikan kita bersaudara dalam keimanan yang saling mengingatkan pada kebaikan.

Abi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline