Lihat ke Halaman Asli

Mevira

Mahasiswi

Ancaman Konflik Laut China Selatan, Tantangan bagi Kedaulatan Indonesia

Diperbarui: 31 Mei 2024   22:09

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Laut China Selatan, sebuah kawasan maritim yang sangat strategis dan kaya akan sumber daya alam, menjadi pusat perhatian global akibat sengketa teritorial yang melibatkan beberapa negara. Konflik ini tidak hanya mempengaruhi negara-negara yang terlibat secara langsung, tetapi juga negara-negara lain di sekitarnya, termasuk Indonesia. Sebagai negara kepulauan terbesar di dunia dengan garis pantai terpanjang kedua setelah Kanada, kedaulatan maritim Indonesia menjadi sangat penting. Konflik di Laut China Selatan membawa ancaman nyata terhadap kedaulatan Indonesia, baik dari segi keamanan, ekonomi, maupun stabilitas regional.

Indonesia memiliki kepentingan strategis yang signifikan di Laut China Selatan. Wilayah Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) Indonesia di sekitar Kepulauan Natuna berbatasan langsung dengan kawasan yang diklaim oleh Tiongkok melalui peta sembilan garis putus-putus (nine-dash line). Klaim ini mencakup hampir seluruh Laut China Selatan dan tumpang tindih dengan klaim maritim beberapa negara ASEAN, termasuk Filipina, Vietnam, Malaysia, dan Brunei. Meskipun Indonesia bukan pihak yang terlibat langsung dalam sengketa ini, klaim Tiongkok yang luas tersebut telah beberapa kali menimbulkan ketegangan dengan Indonesia, terutama di perairan Natuna.

Ancaman terhadap kedaulatan Indonesia di Laut China Selatan dapat dilihat dari beberapa aspek. Pertama, dari aspek keamanan, kehadiran kapal-kapal patroli dan nelayan Tiongkok di sekitar perairan Natuna sering kali menimbulkan insiden yang memicu ketegangan diplomatik. Tindakan ini tidak hanya mengancam kedaulatan teritorial Indonesia tetapi juga menguji kemampuan pertahanan dan respons militer Indonesia. 

Insiden-insiden ini menunjukkan perlunya Indonesia untuk meningkatkan kapasitas pertahanannya di kawasan tersebut. Penambahan armada laut, pengawasan udara, dan penguatan pangkalan militer di Kepulauan Natuna merupakan beberapa langkah yang bisa diambil untuk meningkatkan kemampuan pertahanan Indonesia. Selain itu, kerjasama dengan negara-negara sahabat dalam latihan militer bersama dapat meningkatkan kemampuan tempur dan strategi pertahanan Indonesia.

Kedua, dari aspek ekonomi, Laut China Selatan adalah jalur perdagangan internasional yang vital. Setiap gangguan atau ketidakstabilan di wilayah ini dapat berdampak negatif pada ekonomi Indonesia. Laut China Selatan juga kaya akan sumber daya alam, termasuk ikan dan potensi cadangan minyak dan gas. 

Eksploitasi sumber daya ini sangat penting bagi perekonomian Indonesia. Konflik yang berkepanjangan atau meningkatnya ketegangan di wilayah ini dapat menghambat aktivitas ekonomi dan mengurangi keuntungan yang bisa diperoleh Indonesia dari sumber daya alam di ZEE-nya.  

Bagi Indonesia, ancaman yang paling nyata dari konflik di Laut China Selatan adalah pelanggaran kedaulatan di ZEE sekitar Kepulauan Natuna. Insiden yang melibatkan kapal-kapal nelayan dan penjaga pantai China yang memasuki wilayah ZEE Indonesia tanpa izin sudah sering terjadi. 

Pelanggaran ini tidak hanya mengancam kedaulatan teritorial Indonesia, tetapi juga berdampak pada keamanan ekonomi, terutama bagi nelayan lokal yang menggantungkan hidupnya dari sumber daya laut di wilayah tersebut. Selain itu, kegiatan eksplorasi minyak dan gas di perairan Natuna juga terancam oleh ketidakstabilan yang disebabkan oleh klaim tumpang tindih.

Menghadapi situasi ini, Indonesia perlu mengambil beberapa langkah strategis untuk melindungi kedaulatannya. Salah satu langkah penting adalah memperkuat kehadiran militer di wilayah perbatasan maritim, terutama di sekitar Kepulauan Natuna. Peningkatan kehadiran militer ini bertujuan untuk mengawasi dan menjaga wilayah ZEE Indonesia dari potensi pelanggaran oleh pihak asing. Selain itu, patroli rutin oleh TNI Angkatan Laut dan Badan Keamanan Laut (Bakamla) harus ditingkatkan untuk memberikan efek jera bagi kapal-kapal asing yang mencoba melanggar wilayah Indonesia.

Ketiga, dari aspek stabilitas regional, konflik di Laut China Selatan memiliki potensi untuk memicu ketidakstabilan yang lebih luas di kawasan Asia Tenggara. Sebagai salah satu negara utama di ASEAN, Indonesia memiliki peran penting dalam menjaga stabilitas regional. Ketegangan di Laut China Selatan dapat memperumit hubungan diplomatik antar negara anggota ASEAN dan mengganggu upaya kolektif untuk menjaga perdamaian dan stabilitas di kawasan ini. 

Indonesia harus aktif dalam diplomasi regional untuk mengurangi ketegangan dan mencari solusi damai atas sengketa yang ada. Diplomasi yang kuat diperlukan untuk menekan China agar menghormati hukum internasional, terutama Konvensi PBB tentang Hukum Laut (UNCLOS) yang telah disepakati oleh berbagai negara termasuk China. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline