Sebagian orang tua pasti akan menghadapi hal ini, problem klasik anak sekolah. Saya mempunyai sikap yang berbeda dalam menyikapi hobi membolos anak-anak saya.
Saya tidak menganjurkan ini ditiru, tetapi juga tidak melarang jika ada yang ingin mengambil beberapa hal yang dianggap sesuai, tapi menurut saya semua itu asyik-asyik saja.
Memang anak saya bukan pemburu ranking nomor satu, bukan juga juara kelas, tetapi setidaknya cukuplah untuk membekali mereka dalam menghadapi kehidupan.
Jika parameternya sekolah favorit adalah sebuah keberhasilan, maka bisa dikatakan kedua anak saya berada di sekolah negeri favorit, walaupun bukan di range nomor 1.
Sudah cukup banget buat saya, di mana saya memberikan kebebasan sepenuhnya kepada mereka untuk menentukan dan memutuskan kehidupannya. Lumayan banget juga buat saya, karena status saya yang single parent dan bekerja di kantor seharian, tetapi mereka masih bisa masuk sekolah favorit, bukan the best, tapi lumayan ajah.
Sekolah setiap hari pastinya akan membuat anak merasa bosan. Tidak jarang rasa bosan itu akan berakibat kepada mereka untuk bolos dari sekolah. Dan ketika itu terjadi, hal pertama yang perlu dilakukan oleh orang tua adalah menanyakan alasan mereka mengapa tidak ingin masuk sekolah. Jika dikumpulkan alasan tersebut, maka ada pertanyaan dasar yang membuat mereka tidak masuk sekolah, di antaranya:
1. Sehari itu ada pelajaran yang dia tidak suka dengan gurunya
2. Ada pelajaran yang dia tidak sukai
3. Dia sedang tidak enak badan, biasanya masuk angin atau kelelahan
4. Dia sedang bosan atau jenuh dengan suasana sekolah, ya jadi pingin bolos saja
Jika ada anak yang sering membolos, maka koreksi tidak hanya dilakukan kepada anak saja, tetapi juga kepada guru mata pelajaran yang bersangkutan, apakah selama guru mengajar, guru tersebut baik secara personal atau apakah dia termasuk guru yang menyampaikan pelajaran di kelas dengan baik.
Kadang kala, ada guru yang tidak bisa mengajar dan bersikap tidak bersahabat kepada murid-murid dan selalu menyalahkan anak jika nilainya tidak bagus, atau ada juga yang guru selalu menuntut nilai sempurna, padahal materi dan cara mengajar dia tidak sempurna.