Lihat ke Halaman Asli

Metik Marsiya

TERVERIFIKASI

Menembus Batas Ruang dan Waktu

Spiritual Negeri, Melepaskan Saling Ketergantungan pada Sebuah Kekuatan Besar

Diperbarui: 26 Agustus 2018   23:37

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Langit adalah Dunia Bathin terbesar, Capture Pribadi

Aku telah menjadi bagian dari proses perjalanan negeri. Dalam sebuah perjalanan yang demikian panjang, tanpa disadari aku telah menempatkan diriku sebagai pondasi, pondasi sebuah kelompok yang terbesar di negeri ini. Aku menempatkan diriku, sebagai bagian dari syaraf dan kekuatannya, menjadi urat nadi dan darahnya.

Aku terlalu mencintai mereka semua, hingga merasuk ke dalam lubuk hatiku, menyatu dalam darahku dan di dalam jiwaku. Sebagai aliran darahku, terbawa dalam hembusan nafasku.

Aku dan mereka tidak bisa lagi dipisahkan, menjadi satu. Seluruh cinta dan hidupku untuk mereka, walaupun mereka tidak mengerti, bahkan mungkin sangat-sangat tidak mengerti. Dan karena hal ini, aku memutuskan untuk mulai melepaskan dari mereka. Tidak mudah, sangat tidak mudah.

Gerakan adalah cara terbaik dalam sebuah pembelajaran keilmuan bathin, termasuk dalam melakukan ajian-ajian yang digunakan untuk berperang. Berdiri adalah kuda-kuda yang bagus saat melakukan pertarungan di dunia nyata, pencak silat dan seluruh ilmu bela diri, demikian juga dalam perjalanan bathin. Urip kuwi obah, nek obah mesti urip dan ora mati.

Secara lahiriah obah dalam hal ini adalah sebuah iktiar, usaha untuk mendapatkan penghidupan. Tetapi dalam peperangan bathin, obah artinya adalah sebuah penyerangan atau pertahanan, dan jangan sekali-kali kita diam, karena semua akan mati oleh dentaman hantaman serangan musuh yang tidak terlihat.

Aku bergerak dan terus bergerak, dengan kesadaran penuh tentang keadaan ini. Betapa aku harus berusaha melepaskan satu demi satu ikatan yang sudah ada, tepatnya, ikatan yang pernah kulilitkan ditubuhku. Tali temali yang sudah demikian erat, demikian liat dan demikian kuatnya semua putaran ini. Sungguh aku merasakan bahwa cengkeraman lilitannya mulai membelit tubuhku bahkan sampai masuk ke dalam tulang-tulang sumsum belakangku., menyakiykan.

Aku berusaha mempelajari semuanya dengan jeli, melihat setiap kelokan demi kelokan. Tali ini tidak boleh dipaksa untuk dilepaskan karena jika ada kesalahan dalam melakukan tarikannya maka aku akan menanggung resiko bagian syaraf-syaraf tubuhku dapat terputus dan mengalami gangguan fungsi.

Lilitan itu mencengkeramku demikian kuatnya, bagaikan akar gantung pepohonan, melilit bagaikan kawat yang tidak mudah dipotong oleh pisau, harus menggunakan arit yang besar. Lilitan itu telah membesar.

Aku mencoba melentingkan diriku jauh ke angkasa dengan gerakan memutar bagai spiral, dengan tubuh posisi rebahan. Satu demi satu, tali itu mulai ada yang bisa dilepaskan. Aku masih terus bergerak dengan posisi memutar, melawan ikatannya, tetapi cengkeramannya semakin kuat. Kulepaskan semua kekuatanku dengan mengalirkan air dari segala penjuru bumi, sebagian lagi sudah mulai lepas, tetapi aku masih melihat lingkaran-lingkaran masih ada di tubuhku, menyatu dengan syaraf-syaraf di tubuhku. Padahal jika diperhatikan, tali dan syarafku adakah dua hal yang sangat berbeda. 

Air terus bergerak naik dari lautan, menyiram dan menghempas semua yang ada, menyapu bersih yang bisa disapunya. Tetapi karena demikian kerasnya onggokan dan tumpukan-tumpukan tali itu seperti telah menjadi batu candi, batu tugu besar yang sangat susah dihempaskan, dan digoyah dengan hempasan gelombang air dari lautan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline