"Jika selama ini kamu melihat segala sesuatu dari atas semua terlihat jelas, maka pelajaran berikutnya adalah kamu melihat hal-hal detil dari bawah. Jika dari atas secara keseluruhan bisa terlihat dalam wilayah cakupan yang luas, maka tidak demikian dengan melihat dari bawah. Melakukan penyerangan dari bawah hanya dapat menjangkau bagian demi bagian, karena ada batasan-batasan yang membuat terbentur dan terhenti. Ada tembok, ada bangunan, ada bukit, ada gunung. Jangkauannya sangat terbatas. Biasanya ini dilakukan oleh kaum gerilyawan dengan pasukan yang lebih sedikit".
"Melihat dari bawah lalu menyerangnya membutuhkan kejelian menentukan titik sasaran yang akan dituju. Masih diperlukan secara umum dari atas kamu memandang di mana titiknya. Karena jika kamu serang dari atas, mereka sudah siap tameng yang sangat tebal yang tidak bisa kamu tembus dengan segala kekuatanmu. Tetapi tidak demikian dengan keadaan di bawah mereka. Jika di dalam dirinya masih ada nafsu nikmat makan dan maksiat, maka bagian bawah mereka akan sangat lowong, kelemahannya dari perilaku mereka sendiri. Nikmat perut dan hal-hal di bawah perut yang akan membuat terjatuh sendiri".
"Dan yang harus kamu lakukan adalah menguatkan kakimu". Ratu Kidul diam sejenak, wajahnya menahan senyum. Akupun ikut tersenyum, langsung terbayang tubuhku bagian bawah, terutama bagian kaki yang sangat besar dibandingkan bagian tubuh lainnya. Gusti Ratu tahu bahwa akan sangat sulit bagiku ke depan untuk berlatih bagian ini, karena membutuhkan kelenturan kaki, dan tanggung jawabku adalah mengecilkan ukurannya. Kami berdua sama-sama tersenyum. Wajahnya yang ayu dengan aura semburat kuning keemasan membuat aku tersenyum sambil terkesima, luar biasa kharisma dan kekuatannya.
"Belajar kanuragan perang itu memang tidak ada yang mudah, Nduk. Tetapi untukmu, memang menjadi sangat tidak mudah". Lagi-lagi Gusti Ratu tersenyum, kali ini bibirnya menyungging lebih lebar. Aku menunduk, menahan tawa yang hampir tersedhak. Ternyata memang Khi Juru adalah murid Gusti Ratu Kidul, dalam beberapa hal sifarnya sama, nyelelek dan ngenyekan. Bedanya Ki Juru lebih terus terang dalam menyampaikan apa yang ada di pikirannya, sedang Gusti Ratu Kidul lebih halus, sanepo. Tetapi bagiku yang sudah paham dengan dunia nyek-nyekkan ini tetap saja mengerti dengan jelas maksudnya. Kami berdua terdiam, akhirnya sama-sama tertawa.
Tidak keras, tetapi hal ini adalah hal yang luar biasa dilakukan oleh Gusti Ratu Kidul, seorang ratu yang demikian berkuasa bisa tertawa bersama-sama denganku dalam sebuah hubungan yang sangat dekat. Aku merasakan bahwa kami memang sangat dekat, sebagai seorang ibu dan anaknya, bagaikan seorang sahabat yang bebas melakukan apa saja. Tetapi aku paham, batas-batas mana yang boleh aku tembus dan yang tidak boleh aku lewati, dengan penghargaan sebagai ratu dan sesepuh, aku menghormati dengan segenap hatiku untuk semua yang sudah diberikan kepadaku.
"Kamu harus berjalan kaki dalam waktu yang panjang tanpa henti, bergerak dengan cepat dan semakin cepat, lentur dan luwes, cepat dan kuat. Semua ini hanya bisa kamu raih jika kamu bisa laku prehaten tetapi tetap bergerak, dan selalu bergerak seperti yang aku contohkan kepadamu". Gusti Ratu memberikan gerakan-gerakan peregangan yang sederhana, jika diperhatikan maka contoh gerakan yang diberikan adalah gerakan yoga sederhana tetapi penuh dengan energi yang harus dikerahkan. "Kamu harus bisa berlatih seperti itu untuk membuat kamu sangat kuat dan sangat tegar, membentuk tubuhmu agar bisa sesuai dengan proporsinya, karena keseimbangan bukan hanya pikiran dan perasaan, tetapi juga fisikmu". Terdengar suara Gusti Ratu tersedhak, aku kaget dan langsung mendongak. Aku tertawa tertahan, melihat Gusti Ratu tersedhak karena menahan tawa, mentertawakan keadaan fisikku yang jauh dari seimbang, jauh dari proporsional, berantakan di sana-sini.
"Memasuki bagian ini, kamu harus kerja keras, Nduk. Sangat sangat keras, bukan karena pelajarannya, tetapi lebih karena latihannya". Lagi-lagi Gusti Ratu berhenti sejenak dan diam. Aku sudah tidak mau mendongak lagi karena aku paham, Gusti Ratu sedang menahan tertawa, membayangkan bagaimana rekosonya nanti aku memulai semua gerakan yang banyak mengandalkan jongkok dan plank, bersimpuh dan berjalan jongkok, semua menggunakan gerakan kaki, tetapi posisinya setengah berjongkok.
Dari sini aku mengerti makna laku dhodhok, laku jengkeng dan semua hal-hal yang dilakukan dengan posisi setengah berdiri tetapi tidak duduk, posisi ini adalah posisi kewaspadaan tinggi, posisi siap untuk menyerang. Jika saja di depanku ini bukan Gusti Ratu Kidul rasanya aku pingin misuh-misuh, tetapi apa dayaku, memang demikianlah keadaanku dan aku hanya bisa pasrah. Menjadi semakin lucu, ketika aku menyadari para sesepuh jauh di belakangku tertawa dengan sangat pelan. Sumpah, aku tahu kali ini aku benar-benar tak berkuthik di hadapan mereka. Aku menoleh ke belakang, tanpa sadar aku tersenyum, dan terdengarlah tertawa lepas di sesepuh seakan-akan mau mengatakan, sokuuuur. Hahahaha, kualat aku, kualat, baru tahu rasa, aku memang susah jika harus berpantang.
"Memang laku itu ya semuanya, Nduk. Laku pikir dan laku perut, dengan tidak kemproh makan semua yang disajikan di depanmu. Makanan enak itu belum tentu baik untuk dirimu, dan kamu harus mulai memikirkan hal ini untuk lengkah-langkahmu ke depan. Luwes itu juga harus cantik dan menarik. Cantik itu juga harus kuat dan tangguh ditambah dengan kemampuan berpikir yang mumpuni. Ini adalah prasyarat wajib yang harus kau penuhi untuk menjadi pemimpin di jagad bathin. Tidak usah kau jawab tidak mau, mahkota kebesaran sudah dipasang di kepala dan di lehermu. Semua berwarna kuning emas, lengkap dengan batu intan bertahtakan berlian, dengan dominasi warna hijau zamrud dan merah siam berinar sangat cerah, terang tetapi tidak menyilaukan".
"Bersih itu semuanya, bersih lahir dan bathin, juga bersih pikir dan rasamu. Perjalanan tahap berikutnya baru dimulai, dan aku melihat engkau mau dan mampu melakukannya. Bersiaplah, anakku". Gusti Ratu mengusap keningku. Langit kuning bercahaya, semua pasukan pengiring Gusti Ratu bersiap penuh siaga.