Lihat ke Halaman Asli

Metik Marsiya

TERVERIFIKASI

Menembus Batas Ruang dan Waktu

Perjalanan Bathin Perubahan Spiritual Negeri Etape Kedua

Diperbarui: 4 Oktober 2016   21:00

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dokumentasi Pribadi

Jika kami bertanya kepadamu anakku, "Seberapa besarkah cintamu pada tanah airmu?" Sesepuh bertanya diwakili oleh Panembahan Senopati, tetapi semua wajah menatap kepadaku dengan pandangan minta kepastian.

 "Kenapa masih ditanyakan lagi ?"Aku kembali menatap mereka heran. "Bukankah itu adalah senandung lama yang sudah pernah dinyanyikan, dan tidak perlu lagi dibicarakan."

 "Kami hanya menginginkan kepastian bahwa apa yang kamu rasakan untuk negeri ini belum berubah setelah sekian lama perjalanan. Setelah adanya beberapa kejadian besar terjadi pada dirimu, kami berharap tidak ada yang berubah."

 "Tidak ada lagi yang perlu diragukan mengenai rasa cinta negeri  yang sudah terlanjur membara bagaikan api yangtidak mungkin lagi bisa dipadamkan. Tidak mungkin juga mengurangi sedikitpun rasa cinta dan pengabdian negeri yang sudah tercurah bagaikan air bah, dengan segala proses kehidupan yang sudah tumpah ruah lengkap dengan suka duka dan airmata yang hampir selalu menghiasi setiap perjalanan ini."

"Kejadian demi kejadian saya sikapi sebagai alur sebuah cerita yang memang harus terjadi. Menjadi warna, bagus dijadikan hiasan, hitam dijadikan catatan, jelek dijadikan peringatan untuk selalu berbenah. Bukankah menyikapi seluruh peristiwa dengan mengambil maknanya adalah sebuah pelajaran kehidupan yang tak pernah ada akhirnya".

Sesepuh manggut-manggut. Khi Juru membenahi duduknya, merapikan sarungnya yang melebar ke samping, mengenai Panembahan Senopati. "Jadi kamu sudah lebih siap untuk peristiwa-peristiwa yang akan datang, peristiwa yang akan terjadi yang mungkin lebih menghujam hatimu, lebih mengerikan dan nggegirisi  dari segala kejadian-kejadian yang pernah kau alami?" Ki Juru mewakili teman-teman sesepuh lainnya, masih ingin meyakinkan niatku untuk negeri ini.

 "Jangan tanya perasaanku, Khi. Bukankah semua kejadian ini akhirnya mampu meredam seluruh emosi di dalam diri. Bukankah sesepuh menginginkan aku menghadapi semua ini dengan rasa yang sama, biasa-biasa saja. Menganggap seluruh perjalanan adalah bagian dari takdir, jatah dan garis kehidupan yang tidak bisa dihindari lagi. Bukankah kita hanya wayang yang sudah tidak bisa memilih lakon dan jalan kehidupan untuk diri kitasendiri?"

 "Perubahan yang sudah dimulai masih akan berlanjut, anakku. Kamu memahami bahwa setiap perubahan akan diiringi dengan bencana dan korban, apakah kamu sudah siap?" Panembahan Senopati seperti masih tidak yakin dengan kesiapanku untuk melangkah bathin bagi negeri ini. Panembahan ikut maju lagi, tidak sabar untuk menegaskan kembali niatku dijalan perubahan negeri.

 "Seandainya memang harus begitu, apakah aku boleh memilih? Tidak ada pilihan buatku dari awal perjalanan ini selain menjalani semua tugas ini. Jika para sesepuh bertanya, bukankah itu hanya sebuah bentuk pemberitahuan dan mengingatkan kembali bahwa perjalanan harus tetap dilanjutkan, tanpa pertanyaan, apapun yang terjadi aku harus siap. Bukankah maksudnya seperti itu?"

Tampak perubahan warna dan ekspresi diwajah para sesepuh, yang semula tersirat  penuh pertanyaan, sekarang menjadi kembali datar, seakan memberi jawaban bahwa apa yang kusampaikan benar adanya. Tidak ada pilihan untuk semua perjalanan ini, tidak ada lagi yang harus dipertanyakan. Semua harus terus dijalani dengan segala resikonya.

Aku memandang jagad bathin negeri ini, ke segala penjuru. perubahan itu tidak mudah, karena pelaku yang diharapkan menjadi ujung tombak perubahan negeri telah berubah arah. Semua ini bisa dipahami, ketika mereka penghancur negeri telah  mendapatkan tempat kedudukannya kembali jangan berharap ada perubahan yang berarti. Maka situasi politik di tanah air ini harus juga dirubah dengan perputaran cakra manggilingan yang lainnya lagi.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline