Lihat ke Halaman Asli

Metik Marsiya

TERVERIFIKASI

Menembus Batas Ruang dan Waktu

Ksatria Dirjen Pajak, Sigit Pramudito, dan Bukan Pelacur Politik

Diperbarui: 2 Desember 2015   19:08

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Merencanakan Kegagalan

Salam hormat untuk Pak Sigit Priadi Pramudito, Direktur Jenderal Pajak (DJP) Kementerian Keuangan yang mengundurkan diri dari jabatannya pada Selasa Pagi (2/12). Jarang dan mungkin baru sekali ini dalam era reformasi, seorang pejabat mengundurkan diri sebagai bentuk tanggung jawab dalam memimpin DJP  karena target penerimaan sebesar  Rp 1.294 triliun dalam APBN Perubahan 2015 tidak tercapai. Pencapaian target pajak pemerintah diperkirakan hanya tercapai sebesar 82 persen. Padahal Sigit berharap penerimaan pajak akan mencapai batas toleransi yaitu di atas 85%. Sigit  mengucapkan terima kasih atas dukungan dan bantuan teman-teman sekalian, mohon maaf bila ada hal-hal yang tidak berkenan selama ini. Semoga Dirjen Pajak yang akan datang dapat membawa DJP semakin Jaya, kredibel, akuntabel dan dapat dibanggakan.

Hal yang sangat mengharukan adalah sikapnya selalu santun dan besarnya jiwa ksatria seorang Sigit Priadi Pramudito dalam mengakui kesalahannya. Bertanggung jawab untuk sesuatu hal  yang menurut saya jelas itu bukan kesalahan beliau semata-mata, tetapi kesalahan dari beberapa pihak yang sebenarnya terkait langsung tapi tidak merasa bersalah sedikitpun. Pencapaian target sangat membutuhkan dukungan dari pihak internal dan eksternal, bukan hanya dari internal saja.

Beberapa faktor ekternal yang menyebabkan tidak dapat tercapainya target penerimaan pajak diantaranya adalah target yang diberikan oleh BKF  untuk DJP terlalu tinggi, kurangnya teladan dan dukungan politis, dan kesadaran wajib pajak masih jauh dari yang diharapkan. Repotnya lagi, situasi yang tidak pas itu diamini oleh anggota DPR yang terhormat dan para pemimpin lainnya dengan menyetujui begitu saja, salah menyusun perencanaan artinya kita merencanakan untuk gagal, dan pihak-pihak yang terkait dalam penyusunan APBN adalah pihak yang secara langsung terlibat dalam keadaan ini. Seharusnya mereka juga malu dengan kenyataan yang ada sekarang ini. Tetapi seperti yang kita pahami, bahwa budaya politik negeri kita saat ini memang belum mengenal kata malu, yang ada justru mereka sangat memalukan.  

Target penerimaan pajak sesuai dengan APBN Tahun 2016 menjadi Rp 1.360,1 T naik 5% dari target penerimaan APBN Perubahan Tahun 2015. Lha target penerimaan pajak tahun 2015 saja jauh dari harapan, lha kok malah tahun 2016 targetnya malah mau dinaikkan lagi dari target lama, kan ya aneh. Masih realistis jika naik 10 atau 15 persen dari realisasi penerimaan pajak tahun sebelumnya. Jika target tidak dihitung dari realisasi penerimaan karena tahun 2016 belum berakhir, maka bisa disusun dari perkiraan pencapaian target riil.

Kesalahan Sama Berulang-Ulang

Apakah namanya, jika kita jatuh pada lubang kesalahan yang sama dan dilakukan berulang-ulang, dan ini dilakukan oleh para pengelola negara atas nama politik. Melahirkan keprihatinan yang luar biasa, dimana pajak adalah jantung negeri ini, tapi para pembuat keputusan negara kurang paham banget tentang pajak, bisa dibilang malah tidak mengerti, ruwetnya lagi, mereka juga tidak mau belajar untuk mengerti, pandai menyalahkan, pandai mencari kambing hitam, bukan koreksi dan bukan evaluasi. Tulisan lengkap dapat dibaca di Negara Bunuh Diri dengan Pajak.

Sebelumnya Sigit adalah seorang yang bijak dengan selalu melontarkan pernyataan-pernyataan sejuk dan menentramkan, selalu melihat ke dalam dan mengevaluasi jajaran yang dipimpinnya sendiri dan tidak menyalahkan pihak lain. Situasi dan kondisi yang membuat situasi internal selalu kondusif, segala tekanan dihadapi sendiri, ditanggung sendiri, bahkan pada saat terakhir ini beliau juga sendiri yang secara ksatria mengakui bahwa ini kesalahannya, dan melindungi anak buahnya. Sigit dan jajaran pegawai yang dipimpinnya siap menerima  konsekuensi untuk dipotong penghasilannya apabila target penerimaan tidak tercapai, iklas dan berjiwa besar, padahal kesalahan tidak hanya kepada dirinya sendiri. Satu kata, hebat. Dua kata, luar biasa.

Dan demikianlah seharusnya seorang pemimpin yang sejati, melihat ke diri, bercermin, selalu mengoreksi dan mengevaluasi dirinya sendiri, dan bukan ribut menyalahkan orang lain, menuding sana-sini, bahkan menjatuhkan orang lain agar dirinya tetap bertahan. Perang siapa yang kuat siapa yang menang, bukan siapa yang benar dan siapa yang salah. Sekarang ini siapa keras dan (pura-pura) banyak pendukung (bayaran/palsu), maka dia yang akan menang. Dan Sigit adalah seorang ksatria yang bertanggung jawab dan bukan seorang yang  hanya pintar menghindar dan lari dari permasalahan,siapa yang salah, siapa yang dituding, norak.  Dia yang ketahuan busuk tapi ikut membuat yang lainnya juga bau, begitulah memang kelakukan pelacur politik negeri ini.

Tanggung jawab menurut kamus umum bahasa Indonesia adalah, keadaan wajib menanggung segala sesuatunya, sehingga bertanggung jawab adalah berkewajiban menanggung, memikul jawab, menanggung segala sesuatunya, dan memberikan jawab serta menanggung akibatnya. Ciri-ciri orang yang bertanggung jawab adalah berintegritas, dapat diandalkan, tidak menyalahkan, tidak bertoleransi terhadap kesalahannya sendiri, dan menerima konsekuensi. Di mana Sigit telah memenuhi syarat-syarat itu dengan mutlak.

Sigit layak dijadikan contoh dan teladan bagi jajaran pemimpin negeri ini. Saat ini lebih banyak yang menjadi pelacur-pelacur politik, tanpa integritas dan tanpa tanggung jawab. Pelacur politik yang berani  menjual dengan membelokkan pemikiran dan kata-kata palsu untuk memberikan dukungan kepada pihak lain yang jelas-jelas salah secara memalukan, masih dibela dengan cara yang tidak kalah memalukan. Menjual dirinya sendiri di panggung politik di depan rakyat yang memilihnya atas nama dukungan dan pembenaran, untuk mempertahankan jabatan semu sebagai kamuflase pekerjaan yang sesungguhnya, agency, makelar.  

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline