Lihat ke Halaman Asli

Metik Marsiya

TERVERIFIKASI

Menembus Batas Ruang dan Waktu

Pak Presiden, Benarkah Kita Sudah Merdeka (BK.. 5)

Diperbarui: 24 Juni 2015   22:42

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Negara kita telah merdeka
hitam di atas putih
proklamasi 1945
adalah bukti nyata

Benarkah kita sudah merdeka?
apakah kita sudah merdeka seperti yang kita impikan

apakah kita sudah mempunyai kemerdekaan pada diri kita sendiri
bisa menentukan arah dan langkah masa depan kita sendiri
sudahkah kita merdeka dari rasa takut dan khawatir

sudahkah kita merasa aman
sudahkah kita merdeka dari rasa khawatir
tidak khawatir dengan penjahat saat keluar rumah sendirian di tengah malam
sudahkah kita merasa tenang jika kita pergi sendiri di jalanan tanpa kawan
merdekakah kita atas perasaan aman dan nyaman

Bukankah tujuan merdeka itu kita bisa hidup bersama dalam masyarakat yang adil dan makmur dan sejahtera lahir dan batin
lalu bagaimana saat kita sakit dan tidak mampu bekerja
atau kita benar-benar tidak mampu melakukan apapun
saat ini siapakah yang akan bertanggung jawab saat ini
memberi kita makan dalam ketidakberdayaan
sekedar nasi dan garam pengganjal perut
atau ditambah kelapa muda parut menajdi makanan mewah di saat aku dulu ada

dahulu
ketika negeri ini belum mengenal kata merdeka
belum mengenal pembangunan
belum ada gedung-gedung tinggi yang gagah perkasa
simbol kemajuan bangsa

orang tidak khawatir kelaparan karena ada daun-daunan di kebun belakang
ada ketela yang bisa direbus dengan kayu
semua milik bersama
tidak ada yang tega melihat tetangganya kelaparan
dalam masyarakat gotong royong, kebersamaan, solidaritas

lalu bagaimana sekarang ?
haruskah orang makan batu
atau tanah.. bahkan sekarang tanah kosongpun tak ada lagi
atau kita memasak dengan batu
dengan tumpukan sampah-sampah kering
berebut dengan pemulung

manusia bisa kelaparan dan tidak ada yang peduli
ironinya pembangunan
adalah penghancuran negeriku
ironinya kemerdekaan bangsaku
menimbulkan ketidakmerdekaan pada diri dan jiwa pribadinya
uang
semua harus punya uang
semua diukur dengan uang
semua dihitung dengan harga yang harus dibayar
tidak ada lagi keberssamaan
sama rasa sama rata

lalu bagaimana jika aku tidak punya itu uang
tidak ada lagi dalam kantongku

memasak harus pakai bahan bakar
apaun namanya harus dengan uang

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline