Lihat ke Halaman Asli

Meti Irmayanti

senang membaca, baru belajar menulis

Catatan Pilu Korban Banjir Kendari

Diperbarui: 9 Maret 2024   09:08

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Foto: dokpri

dingin malam mencekam
kutengadahkan tangan merapal doa
di sela-sela butiran hujan membatu
beberapa malam telah berlalu
tanpa sinar rembulan

kemarin, hari ini dan mungkin esok
langit semakin menghitam
merangkul awan yang telah kenyang
menunggu di tepian malam
yang sangat terasa panjang
lalu tumpah deras menerjang
bak irama genderang perang

banjir kembali menjual diri
menantang kepedulian palsu
di lapak-lapak tepi jalan
yang kini nyaris tanpa suara

saat pidato-pidato sakral
tak lagi berbunyi
dari pintu-pintu rumah rakyat
yang terbungkus kafan orang mati
hanya terdengar rintihan perih
di ruang doa yang kosong
dari rumah yang telah ditelan air

suara kecipak air membelah malam
anak-anak muda yang kelelahan
membawa sekantong beras
menyusup menerobos barisan hujan
yang tak kunjung selesai
akan kusimpan dalam catatan kelam
yang kutulis dengan tinta airmata




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline