Lihat ke Halaman Asli

Meti Irmayanti

senang membaca, baru belajar menulis

Kemarau yang Masih Betah

Diperbarui: 14 Oktober 2023   17:58

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Foto: Hamparan padi yang merana (dokpri) 

Musim panas yang kering masih betah di atas panggung,
dan matahari dengan teriknya seperti enggan melepaskan jumawanya,
tanah yang muram sudah lelah merindu hujan
untuk menyirami kesepian ladang

Saat sungai-sungai mulai kering,
sawah dan ladang tak lagi tersenyum manis
padang-padang pun dibiarkan kehilangan wanginya
rerumputan dan ilalang tertunduk lesu menunggu mati.

Padi sawah takmau menundukkan kepalanya karena bulirnya gagal berisi,
bagaikan seorang kekasih yang membiarkan cintanya direbut orang;
atau seperti seekor lebah yang ratunya telah diambil,
ia menantang kesedihannya hingga takmau lagi tertunduk.

Burung yang dulu ramai dengan nyanyian musim panen,
riang berlompatan mengikuti semilir angin,
kini terdiam menahan lidahnya tak berkicau,
pesta panen bulan november telah berlalu sebelum datang.

Mungkin beginilah roda nasib berputar, saatnya manis membagi kepahitan
tentulah takada kejadian alam yang tak beralasan dan berakhir sia-sia;
ini hanyalah pergantian siklus basah dan kering
sama seperti waktu yang membawa kesenangan dan juga kesedihan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline