Lihat ke Halaman Asli

Meti Irmayanti

senang membaca, baru belajar menulis

Datang Bulan, Rutinitas yang Kadang Menjengkelkan

Diperbarui: 12 Desember 2021   15:51

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Image: Kompasiana.com

Bagi wanita kedatangan tamu bulanan sudah menjadi rutinitas yang biasa, justru kalau tamu itu terlambat datang bisa menimbulkan beragam reaksi. 

Ada yang sedikit senang berharap-harap cemas akan sesuatu yang ditunggu-tunggu atau ada juga yang was-was karena tidak mengharapkannya atau mungkin khawatir mengalami suatu penyakit.

Meski demikian jika tamu bulanan atau siklus haid itu datang, kadang bagi sebagian besar orang akan terasa merepotkan apalagi bagi wanita aktif yang bekerja di kantor. 

Kadang sedang sibuk bekerja atau melakukan suatu aktifitas, tiba-tiba saja "banjir" ini tentu merepotkan, sehingga yang namanya pembalut itu harus terus siap sedia.

Oh iya, bicara tentang pembalut dulu waktu masih muda di daerah kami di Sulawesi, kami banyak yang belum mengenal bahasa Indonesia untuk "pembalut", jadi kami menyebutnya dengan nama merk pembalut yang saat itu paling banyak beredar "Soft**", jadi apapun merknya jika kami ingin membeli pembalut kami sebut Soft**.

Jaman kami dulu rata-rata kami mulai mendapatkan menstruasi pertama di usia SMP antara kelas 1 sampai kelas 3, tapi sekarang ini anak-anak telah mendapatkan haid pertamanya di usia SD, bahkan saya sempat dicemaskan dengan putri saya yang baru-baru ini telah mendapat haid pertamanya saat masih duduk di kelas 5 SD.

Walaupun setelah konsultasi dengan dokter dikatakan normal, namun secara psikologis saya merasa putri saya belum siap betul menghadapi fase pertumbuhannya ini.

Mungkin sebagian besar kekhawatiran saya dikarenakan oleh pengalaman saya menghadapi saat-saat haid yang saya rasakan sangat mengganggu, nyeri perut yang kadang terasa sangat menyiksa, rasa lelah, kadang mual, sakit kepala, apalagi kalau kita juga mengalami gejala Pre Menstrual Syndrome, rasanya bikin meradang.

Satu yang selalu saya lakukan dan saya ajarkan kepada putri saya, entah ini mitos atau apa yaitu tidak boleh membuang bekas pembalut yang masih ada darahnya, jadi harus dibersihkan dulu dan dibungkus rapat baru dibuang. Ini pesan dari orang-orang tua, bahwa darah haid bisa menjadi media untuk mengguna-gunai (pelet) pemilik darah haid tersebut.

Meski sekarang ini sudah jaman milenial, ilmu guna-guna atau pelet mungkin sudah punah dan tinggal mitos saja, tapi karena ini sudah tertanam dari awal maka rasanya sulit untuk diabaikan, biarlah saya terus menjaga untuk tidak membuang pembalut yang masih penuh dengan darah haid, toh ini juga untuk menjaga kebersihan lingkungan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline