Lihat ke Halaman Asli

Meti Irmayanti

senang membaca, baru belajar menulis

Kebebasan dan Demokrasi

Diperbarui: 2 November 2021   21:10

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi: clapeyronmedia.com

Aku telah melalui masa dimana kebebasan pernah dikebiri dengan pisau yang mereka sebut azas tunggal, suara-suara dipaksa mengering bagai ranting rapuh yang daun-daunnya dirampas, lalu dibakar di lorong-lorong gelap demokrasi.

Aku telah melewati masa dimana politik itu hanya kuning, padahal merah dan hijau juga masih ada, dieksekusi di bilik-bilik terang yang remang-remang, yang jadikan pekik elang di siang hari menjadi kelepak sayap kelelawar di panjangnya malam

Aku telah melalui masa dimana kebebasan pernah diberi dengan eforia kebablasan yang mereka sebut reformasi, suara-suara dipaksa keluar bagai puting beliung yang terjangannya membabi buta, lalu membakar lorong-lorong kebangsaan atas nama demokrasi

Aku telah melewati masa dimana politik itu berwarna-warna, hingga orang-orang bingung dan menjadi buta warna, suara rakyat lebih banyak mengalir di jalanan, sebab dirumah aspirasi mulut-mulut itu dikunci oleh rasa lapar yang menjadikan malaikat pun tak sanggup terbang.

Aku telah melewati semuanya, kebebasan yang paripurna dan demokrasi yang sempurna masih menjadi mimpi di siang bolong.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline