Lihat ke Halaman Asli

Meti Irmayanti

senang membaca, baru belajar menulis

Kesetaraan Gender Takkan Tercapai Tanpa Kesetaraan Pendidikan untuk Perempuan

Diperbarui: 6 April 2021   09:34

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber: Kompasiana.com

Pendidikan untuk perempuan telah diperjuangkan sejak lama di negeri ini. Kita tentu mengenal Raden Ajeng Kartini sosok perempuan yang gigih memperjuangkan kesamaan dan kesetaraan pendidikan terhadap perempuan.

Kesetaraan perempuan itu tidak akan tercapai tanpa adanya kesetaraan dalam hal pendidikan.
Sampai sejauh ini upaya mewujudkan kesetaraan gender telah menjadi isu utama dalam pembangunan kita. Sayang, pada kenyataannya, kita masih merasakan pendidikan untuk wanita belum merata di Indonesia. Karena kuatnya tradisi, banyak perempuan yang tidak dapat mengenyam pendidikan tinggi. Patriarki yang begitu kuat dan juga faktor ekonomi membuat pendidikan perempuan di Indonesia masih membutuhkan perhatian yang lebih.

Kesetaraan untuk perempuan tidak bisa dilepaskan dari faktor pendidikan. Dengan pendidikan yang tinggi, perempuan tidak saja dapat memberikan ilmu bagi dirinya sendiri tapi juga bagi keluarganya, orang sekitarnya dan bahkan bagi bangsa dan negara.

Di negara Jepang dikenal yang namanya "kyoiku mama" yang artinya ibu pendidikan. Para kyoiku mama di Jepang ini rata-rata tidak bekerja, tapi mereka hanya bertanggungjawab mendidik dan mengurusi anak-anak mereka mulai dari bangun tidur, berangkat dan pulang sekolah, kursus, les, bermain sampai tidur lagi, semuanya ada di bawah perhatian dan bimbingan sang ibu.

Para kyoiku mama ini menanamkan kesopanan, kedisiplinan, kebersihan dan segala yang berkaitan dengan tata krama serta perilaku positif kepada anak mereka, dan yang perlu kita ketahui bahwa rata-rata kyoiku mama ini adalah lulusan S1/S2. Mereka berpendidikan tinggi bukan untuk berkarier tapi untuk "mendidik anak" dan itulah karier mereka yang tertinggi.

Dan tidak bisa kita pungkiri bahwa peran kyoiku mama ini sangat berperan penting dalam kemajuan ekonomi Jepang. Dimana masyarakat Jepang yang kita kenal memiliki disiplin, etos kerja tinggi, tertib, teratur dan bersih dan itu semua hasil didikan para kyoiku mama.

Paradigma berpikir di masyarakat kita sudah saatnya diubah, dimana kita memandang pendidikan tinggi itu untuk kepentingan dan kebutuhan yang bersifat material, ketika kita telah sekolah tinggi maka harus bekerja dan berkarir dan berpenghasilan yang tinggi pula.
Pandangan seperti inilah yang menjadikan perempuan kehilangan kesempatan dan motivasi untuk menempuh pendidikan yang tinggi, karena beranggapan toh akan percuma dan sia-sia saja kalau hanya berkarir sebagai ibu rumah tangga.

Tapi coba kita bayangkan betapa hebatnya anak-anak kita, generasi muda kita yang pendidikan karakternya di rumah dididik oleh seorang sarjana S1, S2 atau S3 dan sekaligus adalah ibunya sendiri, mungkin sekolah hanya menjadi lembaga formal saja yang berfungsi untuk sekedar mentransfer ilmu.

Semua ini bukan hal yang mustahil, komitmen yang kuat dari seluruh stakeholder akan dapat mewujudkan ini semua, buka dan beri peluang seluas-luasnya bagi perempuan untuk menempuh pendidikan tinggi termasuk mendapatkan bantuan dana pendidikan yang longgar dan dimudahkan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline