Lihat ke Halaman Asli

Meti Irmayanti

senang membaca, baru belajar menulis

Zaman Telah Berubah

Diperbarui: 18 Februari 2021   18:04

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi ramalan jayabaya /PIXABAY/LEE_SEONGHAK

Kita yang masih sibuk menikmati puisi-puisi WS Rendra. Kita yang menganggap seberkas senyum lebih berharga dari sebongkah emas, hingga lupa mengakhiri kalimat dengan titik.

Kita seperti manusia purba yang meminjam sayap elang, yang mencari makan hanya dengan tatapan mata tajam, terbang menuju takdir yang dipertemukan.

Kita yang terbelenggu masa lalu di masa kini, kita yang tak sadar bahwa ukuran masa kini adalah banyaknya angka "nol" di dalam buku yang namanya rekening.

Kita yang masih terjebak dalam anggapan bahwa tidur adalah cara mengerami mimpi agar menetas seperti kepompong menjadi kupu-kupu.

Padahal kita kini hidup di sebuah jaman yang telah menjadi selembar daftar menu makanan. Bahkan untuk sekedar meludah pun ada harga yang harus kau bayar.

Di kantor-kantor yang terus dihiasi kerlap-kerlip lampu yang mentereng, namun sungguh telah berubah menjadi kafe-kafe yang menawarkan kemewahan dalam tanda "kutip".

Kau bisa apa ?. Ketika segala harapan dan doa telah menjadi daftar menu dengan harga yang selangit, bahkan secangkir kopi yang ditawarkan sesungguhnya tersaji dari berkolam-kolam keringat yang terperas.

Jaman ini telah menjadi gamelan bagi penyesalan di gelap malam, mengiringi lenggak-lenggok birahi yang memuncak di ujung masa....

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline