Lihat ke Halaman Asli

Meta Tangkudung

Love my family..Love life..Living in peace with people and mother earth

Gunung Sinai: Berpelana Unta, ditemani Sejuta Bintang Surga

Diperbarui: 25 November 2019   07:46

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kemurahan Tuhan tidak pernah habis di hidupku...

Ketika suami dan saya diberi kesempatan ziarah rohani hampir dua minggu...

Terlalu banyak pengalaman spiritual yang membuat jiwa terharu...

Semuanya hanya bermuara di satu...

Kami memuji KebesaranMu...

Rute perjalanan ziarah rohani kami dimulai dari Mesir lanjut ke Yerusalem dan berakhir di Jordan. Selain beribadah kami juga dibawa ke tempat wisata. Mengunjungi Pyramid dan Sphinx, bangunan megah dan raksasa yang ciptakan oleh manusia beribu- ribu tahun yang lalu. Selama berada di Mesir sosok Nabi Musa sangat mendominasi cerita dari berbagai tempat yang kami kunjungi. Kisah bayi Musa lahir dan dihanyutkan di Sungai Nil menggunakan keranjang yang dianyam dari tanaman Papyrus. Gunung Sinai tempat nabi Musa menerima sepuluh perintah Allah dan Laut merah yang airnya biru teduh, seakan menjadi saksi bisu saat nabi hebat itu membelah laut untuk menyelamatkan bangsa Israel dari Firaun dan tentaranya.

Malam itu kami bersepuluh dari rombongan empat puluh orang group Nazaret tour bertekad untuk mendaki Gunung Sinai yang berada di Mesir. Rombongan kami menginap di hotel bernama Morgenland. Sebuah hotel di kaki gunung Sinai, hotel sederhana ini dilengkapi kolam renang yang menghadap bukit- bukit batu. Hotel ini terkenal karena kedekatannya dengan tempat awal pendakian ke atas Gunung Sinai. Kami diinfokan oleh Tour leader kami untuk berkumpul jam 1 dinihari di daerah toko- toko kecil  di dalam hotel yang menjual souvenir khas Mesir. Tidak lupa menggunakan Long John dan berbagai baju hangat karena infonya cuaca di atas gunung akan sangat dingin. Sebelum berangkat kami diperlengkapi jaket kuning seragam untuk membedakan kami dengan banyaknya group lain yang mungkin mendaki juga ke atas.

Sekitar pukul 2 pagi dengan berkendara bis dan mobil kami akhirnya melewati penjagaan ketat para tentara Mesir. Sampailah kami di titik awal pendakian Gunung Sinai. Waktu sudah menunjukkan lebih dari pukul 2.30 pagi dan semuanya terlihat samar- samar ketika seseorang dari suku Bedouin menarik tangan saya. Mata saya mulai melihat unta- unta yang begitu banyak dan baunya yang khas. Oh iya selama perjalanan ke di daerah ini kita harap berhati- hati karena kemungkinan menginjak 'ranjau' buangan unta. Akhirnya saya berhenti di salah satu unta yang sedang duduk dan saya diperintahkan untuk naik ke atas unta. Setelah beberapa kali berusaha dan setengah melompat, akhirnya saya berhasil duduk berpelana di atas unta tinggi dan perkasa. Seketika itu juga perasaan takut dan khawatir datang menghinggap di sekujur tubuh. Saat itu saya seperti tersadar bahwa duduk di atas unta ini kelihatannya seperti zero safety. Tanpa seat belt, tanpa tali tanpa pegangan apapun selain pasrah sempurna.

Selama perjalanan tangan kiri memegang senter kecil yang tidak saya nyalakan dan tangan kanan memegang pundak.  Sambil mengikuti irama bergerak ke depan dan belakang, sang unta berjalan anggun menelusuri  jalan yang kecil berlebar tidak lebih dari 2 meter. Detak jantung berdetak keras setelah melewati jalan berkelok- kelok mendaki dengan pemandangan trek jalan yang semakin meninggi sehingga pemandangan di sebelah kiri dan kanan bergantian terlihat seperti jurang yang semakin dalam dan gunung batu- batuan yang tampak tak beraturan.  Entah kenapa unta yang saya naiki terlihat tergesa- gesa dan setelah beberapa menit unta saya berada di barisan paling depan. Otomotis di depan saya tidak terlihat apa- apa kecuali pemandangan gunung, bukit dan jalan berpasir.

Karena joki unta tidak keliatan sejauh mata memandang, untuk pertama kalinya saya memutuskan untuk berbicara dengan unta yang yang saya tungganggi, “My great camel, untaku yang kuat dan hebat, aku tau kamu pasti akan mengantarkanku dengan selamat..bolehkah kita tidak berada di posisi paling depan?” Sambil tetap berdoa agar saya dan group tidak jatuh dari unta dan berharap posisi barisan saya berubah. Semoga posisi unta saya berada dekat unta yang dinaiki suami. Bak binatang peliharaan yang biasanya punya hubungan khusus dengan majikannya. Unta super manis ini seakan memperlambat langkah kakinya, perlahan tapi pasti tiga unta mendahului saya. Super ajaib, saya mendengar suara yang sangat saya kenal tepat di belakang saya,” Say, posisi duduk kamu kayak masih agak miring ke kiri deh…kurang ke tengah…..”. 

Ketika jiwa dan pikiran saya masih penuh doa dan nyanyian, saya memutuskan untuk memandang langit hitam kelam di atas saya. Tak kuasa air mata turun, karena rasa emosional dan terharu yang tiba- tiba datang menyelimuti.  Rasanya jutaan bintang dan bulan purnama terang sedang menyapa dari langit dengan begitu cantik dan luar biasa. Ini pertama kalinya saya menyaksikan begitu banyak bintang dan bahkan berkesempatan melihat empat bintang jatuh. Diam- diam saya membuat permintaan dalam hati, salah satu permintaan yang saya panjatkan agar keluarga dan anak- anak yang saya tinggalkan di Balikpapan senantiasa baik dan sehat.  

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline