Lihat ke Halaman Asli

Benny Wenda, Jual Isu HAM Papua Demi Sesuap Nasi

Diperbarui: 17 Juni 2015   18:41

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

141508115265358870

[caption id="attachment_371880" align="aligncenter" width="300" caption="Benny Wenda. Sumber: www.tabloidjubi.com"][/caption]

Papua, provinsi paling timur Republik Indonesia memiliki wilayah luas nan indah. Bahkan bisa dikatakan bahwa Papua adalah daerah yang memiliki komponen alam anugerah Tuhan yang paling lengkap. Daerah ini memiliki laut yang sangat luas dengan keanekaragaman ekosistem laut yang terkenal sampai mancanegara, danau yang indah, gunung-gunung, hutan luas, kekayaan perut bumi dan masih banyak lagi.

Papua seolah menjadi sorotan dunia, namun bukan karena alamnya yang luar biasa. Bertolak belakang dari itu, sorotan dunia terhadap Papua justru tertuju pada hal-hal yang berbau negatif. Kemiskinan, kebodohan, ketertinggalan, pelanggaran HAM,diskriminasi terhadap masyarakat asli dan banyak hal negatif lainnya. Apakah semua itu benar? Perlu saya jelaskan disini, Papua sekarang bukanlah Papua yang dulu. Saat ini, pembangunan di Papua sangat pesat, baik infrastruktur maupun non infrastruktur. Semua kabupaten/kota gencar membangun pusat-pusat pemerintahan, fasilitas umum dan membuka keterisolasian dengan pembangunan ratusan ruas jalan. Aspek pendidikan, kesehatan dan rohani pun tak luput dari sentuhan. Ribuan guru dan tenaga kesehatan diperbantukan untuk melayani masyarakat di daerah terpencil. Semua itu berkat kucuran dana triliunan rupiah melalui program Otonomi Khusus (Otsus). Bahkan dalam UU Otsus juga berisi aturan-aturan yang mengamanatkan prioritas bagi orang asli Papua untuk memimpin dalam segala bidang. Hal ini sudah tampak dari semua kepala daerah dan pejabat darah yang kesemuanya adalah orang asli Papua. Perlakuan aparat juga tidak seperti yang diberitakan. Aparat TNI dan Polri sangat menghormati masyarakat Papua dan jauh dari hal-hal yang melanggar HAM. Bagi para pembaca yang tidak percaya, silakan buktikan tulisan saya dan saksikan sendiri apa yang terjadi di Papua.

Lalu, mengapa pemberitaan di luar negeri justru berisi hal-hal yang berbau negatif? Jawabannya adalah karena ada pengkhianat Papua dan pengkhianat Indonesia yang berkoar-koar di luar negeri. Dia adalah Benny Wenda. Benny adalah tahanan Polres Abepura, Jayapura yang terlibat dalam kasus penyerangan Mapolsek Abepura, penyerangan ruko, pembunuhan satpam dan makar. Dia berhasil kabur dari penjara, tinggal dan mendapat suaka di Inggris. Di negeri Ratu Elizabeth ini, Benny berjuang mengais rezeki dengan menyuarakan tentang kejahatan HAM dan kejahatan pemerintah RI. Tentu saja dengan kepandaiannya bersilat lidah dan tema yang diusungnya, siapapun yang mendengar akan bersimpati, walaupun penuh dengan bumbu-bumbu kebohongan.

Bahkan beberapa waktu yang lalu, Benny sempat masuk nominasi penerima Nobel Perdamaian. Memang sebuah hal gila. Seorang Napi yang kabur dan menyuarakan hal-hal yang memperkeruh Papua justru menjadi nominator Nobel Perdamaian. Sebagai pribadi, saya sangat mempertanyakan kredibilitas Nobel perdamaian setelah Barrack Obama menjadi pemenang dan Benny Wenda menjadi nominator. Di sisi lain, saya juga sangat curiga terhadap negara-negara Barat dan Eropa yang sepertinya ingin Papua lepas dari NKRI.

Sebagai orang Papua dan Indonesia, saya sangat berharap Benny Wenda menghentikan kicauannya di luar negeri karena apa yang keluar dari mulutnya justru sangat memperkeruh situasi di Papua dan merusak mental orang Papua yang pada dasarnya mudah terpengaruh. Segeralah pulang ke Indonesia dan selesaikan masa hukumanmu di penjara. Minta maaflah kepada seluruh masyarakat Papua dan Indonesia atas segala perbuatanmu. Kepada kompasianer yang membaca tulisan ini, saya mohon agar buatlah tulisan tentang Papua yang berisi fakta nyata agar seluruh dunia tahu Papua yang sebenarnya. Jangan lupa mari kita sama-sama hujat sang pengkhianat Benny Wenda. Silahkan liat kebohongan-kebohongan Benny Wenda di bennywenda.org




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline