Lihat ke Halaman Asli

Fine Painting Exhibition

Diperbarui: 20 November 2015   19:53

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="ARTISTIK 20151120 Pengunjung Mengamati Sebuah Karya Pada Pameran Lukisan_20150217162900lukisan_antarajatengdotcom"][/caption]

"Pameran Adi Lukisan"

Seorang pejabat tinggi pemerintah pusat datang memenuhi undangan panitia untuk membuka Pameran Lukisan. Menyadari adalah sudah menjadi kelaziman pejabat terundang diminta panitia menyampaikan sekapur sirih, atau bahkan meresmikan pembukaannya, ajudan sudah dimintanya menyiapkan teks.

Yang namanya aral tak perlu diminta acap begitu saja menghadang. Fakta urutan sebab dan dampak yang terjadi terkait hal itu bermula setibanya di tempat Pameran. Sang pejabat sesaat tertegun langkahnya waktu menyadari kacamatanya tertinggal di kantor.
Masih tetap kentara meski diusahakannya menyembunyikan rasa paniknya dia toleh ajudannya.

Pejabat: "Ajudan, sebelum meninggalkan ruang kerja tadi, kau lupa mengingatkan aku untuk membawa kacamata...!"

Ajudan: "Siap pak! Maaf, bapak bisa saja menugaskan saya kembali ke kantor, tapi pada jam bubaran kerja begini macetnya Jakarta ampun-ampunan."

Pejabat: "Lantas bagaimana dong...."

Ajudan: "Siap pak! Mohon bapak bersikap tetap tenang. Nanti waktu bersama keliling arena pameran, akan saya bisikkan lirih komentar pendek atas setiap lukisan yang bapak lihat. Bapak tinggal menyampaikan ulang saja seperlunya."

Maka, tenanglah sang pejabat mendengar usulan skenario pembantu setianya itu. Di lapangan terjadilah seturut kehendakNYA. Begini.

Selesai acara gunting pita, disertai panitia yang wanita pebisnis karya seni nan segar senyumnya, cantik rupawan dan menarik tutur katanya, sang pejabat asyik terlibat wawankata dengannya ketika acara tinjau arena pameran berlangsung. Di belakang mereka, tentulah para undangan ikut serta mengiring.

Berhenti mengikuti ajakan wanita panitia ayu menawan itu melihat lukisan pertama, maka tak bisa tidak sang pejabat berhenti. Dia kerahkan daya upaya mengamatinya, sebuah kanvas berpigura bergambar tidak jelas apa wujudnya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline