Lihat ke Halaman Asli

Suatu Pagi di Lift Sebuah Supermall

Diperbarui: 17 Juni 2015   08:57

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humor. Sumber ilustrasi: PEXELS/Gratisography

CANDAAN SAMBUT PAGI CERIA

Masih ingat isi artikel Suatu Pagi Di Lift Gedung Kantor persembahan ANE yang tayang di Kompasiana 23 Desember tahun kemarin? Pada pokoknya ada kejenakaan yang pernah berlangsung di sana. Tengok saja lagi biar penasaran ENTE terpuaskan.

Kali ini mengambil tempat kejadian perkara serupa tapi tak sama, silakan ENTE menyimak untuk mendapati kejenakaan lagi – yang biar pun artikel ini imajiner belaka sifatnya – dari paparan berikut yang tidak mustahil bisa terjadi di luar kesadaran kita. Entah sebagai saksi atau entah bagaimana sialnya jika tokoh kisah ternyata adalah ANE jika bukan ENTE malah..


Seorang anak lelaki barang 15an tahun usianya bersama bapaknya sedang berada di sebuah mall di kota ENTE. Maaf bagi ENTE yang kota di mana bertempat tinggal belum punya.
Sama halnya dengan kedua sosok tokoh kita yang datang sekeluarga berkunjung dari kampung, kini dijamu tuan rumahnya menikmati sesuatu yang berbeda. Nah, tiada maksud memperolok mau pun melecehkan, hadir bersamaan dengan niatan menjamu tersebut. Bukan begitu sob??

Berkeliling me-lihat2 membuat kedua ayah-anak itu ter-kagum2 campur heran dan takjub melihat nyaris semua yang tampak. Sejak di jalan selagi menumpang mobil tadi mereka sudah merasakan leher sakit lantaran terlalu sering dipakai tengok kanan-kiri-muka-belakang-atas-dan-bawah. Dan sekarangnya ini, di dalam supermall, keduanya takjub menampak dua dinding keperakan yang bisa bergeser terpisah dan lalu kembali bergeser saling menempel rapat lagi.

Mendongak menatap ayahnya si anak bertanya, “Apa itu ayah? Yang bisa bergerak saling menjauh dan merapat kembali kemudian?”

Sejatinya sang ayah tak berbeda dengan anaknya sama2 belum pernah melihat dan menaiki sesuatu yang sebenarnya adalah lift. Tetap saja begitu pun pertanyaan seyogianya berjawab, maka sang ayah mengucap begini.

“Nak, sepanjang hayat ayah belum pernah melihat sesuatu seperti ini. Ayah tidak tahu benda apa itu namanya.”

Selagi ayah-anak memandangi dengan penuh keheranan, seorang perempuan sepuh berbadan tambun dengan berkursi roda bersiap di depan dinding2 yang bisa bergeser itu lalu menekan tombol bergambar panah di sampingnya.

Kedua dinding itu bergeser membuka, si ibu tambun menggerakkan kursi rodanya masuk ruang kecil di sebalik. Lalu sebelum dinding2 itu bergeser menutup, tampak menyentuh sesuatu di arah sebalik salah satu dinding geser. Setelah dinding2 itu sempurna menutup mnaka ayah-anak mulai melihat bulatan2 kecil bernomor di atas kedua dinding geser itu menyala bergantian urut.


Keduanya dengan takjub terus mengamati sampai bulatan nomor terakhir menyala, kemudian bulatan bernomor itu menyala urut gantian ke arah sebaliknya. Pada akhirnya kedua dinding geser membuka lagi dan seorang gadis muda usia belum seperempat abad nan luar biasa melangkah ke luar.

Sang ayah tanpa melepaskan pandangnya menancap ke wajah cantik dengan perawakan nan segar semlohey si gadis, lantas berkata pelan kepada anak lelakinya begini.

“Jemput segera ibumu dan ajak ke sini nak. Cepat!!”

----- MESS -----

Ya sudahlah. Sekian dulu sob.

Jakarta, 26 Maret 2015

Tabik & salamHUMORANA.com

ttd& cap stempel resmi

Departemen Humor Garing

Inspirasi: banyak sumber

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline