Lihat ke Halaman Asli

Eksaminasi Prostat Pak Tua Habul

Diperbarui: 17 Juni 2015   09:21

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Wahai para sohib kompasianer yang baik !!

Banyak di antara kompasianer kehilangan mendadak dengan lenyapnya dari peredaran barang seminggu dua sohib kita yang sakti mandraguna di bidang kepakaran masing2. Khawatirnya, keduanya belajar ilmu hitam tidak putih pun bukan, lantas merapal aji2 halimunan – plazzzz – menghilang dan lupa bagaimana baliknya ke dunia nyata nan indah ini. Alhamdulillah, mbak Mike nongol, begitu setor pesan di petakan komeng ANE punya salah satu artikel eh, beliaunya malah tanyakan kabar berburung profesor habul kita di mana.

Sobat, ENTE semua maklum yang pak Jati pun hari ini berhasil terbit kembali menyapa kompasianer dari ketiadaan sementaranya. Dan dalam rangka menyambut beliau, artikel imajiner khas ‘ala profesor itu pun dihadirkan. Bagaimana......... OK???

Patut kiranya tuturan dibuka dengan komplimentari. Yang begini nih. Mohon permisi kepada kompasianer yang punya profesi bidang yang erat berkaitan dengan judul. Artikel ini didedikasikan bukan untuk kepentingan medis, atau paramedis, terkecuali sekedar memberikan stimulus untuk sedikit bantu2 melatih kelenturan syaraf geli pasien Anda. Itu pun tergantung. Jika pasien Anda masih memilikinya.

Mengantar masuk ke substansi. Bukannya sengaja menulis serial, tapi artikel sebelum ini bertutur tentang dokter spesialis pula. Yang sekarang, jelas tidak pengin terjebak monoton, spesialisasi dokter yang bersangkutan berbeda. Silakan ENTE simak.

Seorang pria lewat paruh baya datang memeriksakan kesehatan dan menginginkan general check-up dan sesudah serangkaian proses dan uji lab, kemudian oleh dokter pribadinya dia dirujukkan untuk berkonsultasi ke rekannya spesialis Urologi. "Hanya sebagai langkah pencegahan saja," begitu terangnya kepada pasiennya.

Si pasien tua pun mendatangi klinik Urologi. Tatkala tiba gilirannya konsultasi, senang hatilah dia lantaran ternyata dokter spesialis Urologinya seorang perempuan masih muda yang manis dengan perawakan amboi semlohey. Jarang2 nih jumpa spesialis markotop top begini, dia membatin.

Sang dokter komes sinam itu (selanjutnya disebut urolog saja yah) berucap, “Sesuai rekomendasi dokter pribadi Anda, saya akan periksa kondisi prostat Anda. Patut sebelumnya Anda ketahui bahwa kita akan menggunakan prosedur baru. Agak sedikit berbeda dari yang mungkin dokter urologi Anda lainnya pernah terapkan."

"Baiklah dok. Anda lebih tahu yang baik bagaimana," jawab si pria pasien.

Urolog: "Silakan Anda berbaring miring dengan sisi kanan badan di bawah. Tekuk kedua lutut anda, kemudian selagi saya memeriksa prostat Anda, ambil nafas dalam2 lalu lepaskan sambil mengucap, ’99’. Anda paham?"

Si pasien tua mengangguk, melakukan seperti yang diminta dokter dan diakhiri dengan mengucap,  “99.”

Sang urolog menanggapi,  “Bagus. Sekarang ganti bertumpulah berbaring dengan sisi kiri di bawah. Lalu kembali, selagi saya periksa prostat Anda, ambil nafas dalam2 lalu lepaskan seraya mengucap ’99' seperti tadi. OK?”

Lagi2 si pasien tua itu mengangguk patuh, lantas mengucap, "99.”

Sang urolog menyambut, “Bagus sekali. Dan sekarang, Anda berbaring biasa dengan kedua lutut diangkat sedikit nanti. Tunggu aba2 saya. Saya dengan satu tangan akan periksa prostat Anda, dan dengan tangan satunya lagi saya akan memegangi mister pi untuk pemeriksaan di luar jepitan kedua paha. Anda paham?"

Usai pasien menganggukkan kepala penanda paham, sang urolog meneruskan, "Angkat sedikit kedua lutut. Sekarang ambil nafas dalam lalu seperti tadi ucapkan ’99’."

Maka pasien tua itu lantas mulai mengucapkan:

“Satu…."

"Dua…."

"Tiga…."

"Empat...."

.......

"Sembilan puluh tujuh...."

"Sembilan puluh delapan...."

"Sembilan puluh sembilan....!!"

-----MESS-----

Sekian. Kisah pun paripurna.
Selanjutnya tentang pasien pria lewat STW aka setengah tuwek dan sang urolog tadi, silakan ENTE kira2 sendiri enaknya gimana gitu. AWAS!!! Jangan terlalu liar ENTE melepas imajinasi.
Selamat bersersan alias serius santainya atau berapa saja. Asal yang baik2 lhoh. Kalau buruk, janganlah. Maaf ya, buat sohib pembaca yang kebetulan terlalu peka, harap ENTE sudi menerima artikel imajinatif demi belajar bijak bestari lhoh bercandanya. Biar awet terawat sense of humor ENTE gitu............

Tabik & salam mikirrrrr.
Pulomas (tadinya ketika nulis), Jakarta, 20 Maret 2015.

ttd & cap stempel resmi

Departemen Gaya Bebas Bertanggungjawab

Sumber inspirasi: ... tersebut di dalam

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline