Lihat ke Halaman Asli

TIKUS TAK LAGI TAKUT KUCING

Diperbarui: 17 Juni 2015   10:05

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

14255791291242746858


Pendahuluan


Diberitakan di sini kemungkinan tikus akan secara permanen kehilangan rasa takut bawaan pada kucing setelah mereka terinfeksi parasit mikroskopis. Parasit bersel tunggal Toxoplasma gondii diketahui menghambat ketakutan terprogram tikus pada kucing.

Bahkan setelah tikus dibersihkan dari infeksi, tikus tidak lagi bereaksi dengan rasa takut pada urin kucing hutan. Tim yang menulis laporan dalam Jurnal Plos One, mengatakan infeksi bisa menyebabkan perubahan permanen pada otak tikus.

Wendi Ingram dan koleganya di Universitas California, Berkeley mengukur bagaimana tikus bereaksi terhadap urin kucing hutan. Kucing biasanya menandai wilayah mereka dengan air kencing yang membantu tikus mendeteksi dan menghindari daerah di mana predator mungkin mengintai.

Sedangkan Muhammad Rifai menuliskan pendapatnya dalam tulisannya berjudul KENAPA KUCING SELALU MENGEJAR TIKUS...? Yang berkaitan dengan penetapan shio dalam astrologi dan mitologi China.

Fakta Keseharian

Padahal, dalam hidup keseharian di rumah kita sampai pun ke lingkungan dan sekitaran gedung tempat kerja kita, tikus benar2 tak lagi memiliki rasa takut – bahkan segan saja sepertinya tidak – ketika tepergok berpapasan dengan kucing. Terkesan justru kucingnya meski dari ukuran tubuh masih lebih besar yang semestinya se-kurang2nya tidak sepatutnya menyimpan rasa segan kepada tikus.

Koq jadi seperti menampilkan metafora bagi penegak hukum dan pelanggar hukum. Ambil mewakili institusi penegak hukum adalah polisi, dan pelanggar hukum diwakili pelaku kriminal dan pelanggar hukum per-undang2an terkait dengan lalu lintas. Tanpa merasa perlu mengungkap, penulis yakin para pembaca memiliki pemahaman dan banyak pengalaman pribadi atau pengetahuan spesifik berkaitan dengan polisi dan pelanggar hukum. Semua maklum. Kendati mengelus dada, prihatin.

Usah kita menyebut tentang koruptor yang menggasak harta negara dan rakyat bernilai tak tanggung2 deretan angka nol di belakangnya. Duit bocor ini terjadi di sisi pembelanjaan APBN/APBD yang sudah banyak kepergoknya (sepanjang PA & PPK-nya berada di instansi bukan TNI/POLRI); juga di sisi pendapatan APBN/APBD yang masih lebih banyak misterius dan kabut tebalnya sehingga masih terbilang kecil yang tepergok. Boro2 terungkap terang benderang.

Yang tingkat jalanan, konon katanya ecek2 dari sisi kualitas tindak pelanggaran dan kuantitas nilai hasil sasaran pelanggaran dicontohkan di gambar kucing versus tikus berikut ini.

Kembali ke laptop.

Metafora

Alkisah, di suatu ketika dan di suatu tempat tertentu di sebuah rumah, seekor tikus indukan bersama beberapa ekor cindil2 hasil keturunan biologisnya tengah bergelung di dalam sebuah lubang. Cindil2 itu mengulang menyampaikan petisi bersama kepada induknya untuk diajak melihat dan merasakan udara bebas di luar sarang mereka. Kali ini, sang induk sesudah mengintai keadaan dan sampai pada kesimpulan aman, disuruhnya dan memesan wanti2 para cindil mengikuti dan berada tidak jauh dari dirinya.

Mereka pun bermain di halaman dengan riang gembira, bahkan bergeser penjelajahan ke jalan di depan halaman rumah dimaksud. Para cindil mendapat pengenalan dan etika pertikusan serta semua tetek-bengek yang perlu mereka tahu dari sang induk. Alhasil, penjelajahan mereka berakhir memuaskan hari itu, dan mereka baru kembali masuk sarang ketika hujan deras mulai menghadirkan genangan yang kian meninggi.

Di sebuah hari di kemudian, ketika mereka asyik berpesta makanan sisa pesta di bak sampah, datang seekor kucing sangar kepengin menangsal perut laparnya. Para cindil ter-birit2 lari. Ada yang kembali ke sarang, hanya dua ekor yang menyadari induknya tegar menghadapi dan menghadang si kucing demi mengamankan keturunannya.

Ketika kucing sangar berlalu, dua cindil bertanya kepada induknya, dan terjadi dialog berikut.

Cindil: “Mak, bagaimana tadi kucing bisa mamak halau pergi?”

Induk: “Mamak ingat dari nenek kalian pelajaran bahwa kucing kebanyakan takut kepada anjing. Ilmu itulah baru sempat mamak praktekkan tadi.”

Cindil: “Ilmu apaan mak? Kedengarannya tadi mamak cuman berulang kali bersuara aneh. Tapi keras.”

Induk: “Itu namanya menyalak. Suara yang dikeluarkan dari mulut anjing dinamai itu. Kucing tidak berani kepada anjing. Untuk menegaskan ketidaksukaan atau marah agar si kucing sangar pergi yah ..... dikeraskan saja suara mamak berteriaknya. Berulang. Sampai berasa sakit dan kering tenggorokan mamak.”

Cindil: “Iya terdengarnya belakangan sebelum kucing tadi benar2 pergi, suara mamak sudah parau. Tapi mengapa menyalak mak? Kucing kan mengeong, dan kita para tikus hanya mencicit.”

Induk: “Hahahahah....... Itu hebatnya ilmu yang mamak pelajari dari nenek kalian. Terbukti bukan? Bahwa untuk bertahan hidup, pembelaan diri, dan bisa pula untuk maksud meluaskan pergaulan, menguasai bahasa asing kalian lihat dan saksikan sendiri banyak membantu bukan?”

Cindil: “Maksud mamak menyalak tadi praktek bahasa asing?”

Induk: “Mengusir kucing dengan mencicit? No way boys........”

NAH. Perhatikan para pembaca, tikus2 pada cerdas dan pintar bukan? Silakan pembaca yang berasa terilhami dan berkeinginan menuliskan betapa liciknya tikus. Kelak ganti penulis menjadi pembacanya. OK?


------

Ya sudah. Sekian saja dahulu. Selamat berkarya atau berapa saja. Asal yang baik2 lhoh. Kalau buruk, jangan, ketahuan sama kucing yang baik & bijak baru nyaho' ntar.

Jakarta, 6 Maret 2015.


ttd & cap stempel resmi

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline