Lihat ke Halaman Asli

Merza Gamal

TERVERIFIKASI

Pensiunan Gaul Banyak Acara

Budaya Belanja Black Friday Menjelang Natal yang Mulai Memudar di Era Digital

Diperbarui: 30 November 2024   05:53

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sebuah iklan penjualan Black Friday di Pentagon City di Arlington, Virginia, AS, 27 November 2024. Sumber gambar: REUTERS/Benoit Tessier/Foto Arsip

Black Friday telah lama menjadi simbol dimulainya musim belanja Natal di Amerika Serikat. Hari ini dikenal sebagai momen bagi pengecer untuk menawarkan diskon besar-besaran, menarik jutaan pembeli berburu penawaran.

Namun demikian, dengan perkembangan teknologi dan perubahan perilaku konsumen sejak pandemi Covid-19, Black Friday kini mulai memudar sebagai fenomena belanja ritel yang utama. Di sisi lain, fenomena serupa juga terjadi di Indonesia, meski dengan latar belakang yang berbeda.

Sejarah dan Perkembangan Black Friday

Istilah Black Friday pertama kali muncul pada 1960-an di Philadelphia, Amerika Serikat. Saat itu, istilah ini digunakan untuk menggambarkan kemacetan lalu lintas yang terjadi sehari setelah Thanksgiving, karena banyaknya orang yang memadati jalanan untuk berbelanja.

Dalam perkembangan selanjutnya, istilah ini diadopsi oleh industri ritel, menggambarkan waktu di mana para pengecer mulai mendapatkan keuntungan ("into the black") setelah mengalami kerugian ("in the red") selama sebagian besar tahun.

Pada era modern, Black Friday telah menjadi ajang diskon besar-besaran yang ditunggu-tunggu. Pengecer menawarkan produk dengan harga yang sangat rendah, bahkan sering disebut sebagai "doorbuster deals" untuk menarik pembeli masuk ke toko fisik mereka. Beberapa orang bahkan rela antre sejak dini hari untuk mendapatkan penawaran terbaik.

Tren Black Friday yang Mulai Memudar

Meski tetap menjadi salah satu momen belanja terbesar di Amerika, Black Friday mulai kehilangan daya tariknya. Salah satu penyebab utamanya adalah pergeseran ke belanja daring.

Sejak pandemi COVID-19, semakin banyak orang Amerika yang memilih kenyamanan belanja online dibandingkan mengantre di toko fisik. Diskon "doorbuster" yang dulunya menjadi andalan kini digantikan dengan penawaran daring melalui situs e-commerce.

Pengecer juga mulai mengubah strategi mereka. Penawaran diskon yang dulunya hanya berlangsung sehari kini diperpanjang menjadi "Black Friday Week" atau bahkan sepanjang bulan November. Fenomena seperti Cyber Monday, yang memanfaatkan belanja online, juga semakin menggeser posisi Black Friday sebagai puncak belanja ritel.

Belanja Musiman di Indonesia

Meskipun Black Friday bukan tradisi di Indonesia, masyarakat kita memiliki pola belanja musiman yang mirip. Momentum belanja terbesar biasanya terjadi menjelang Hari Raya Idul Fitri, Natal, dan Tahun Baru.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline