Industri energi Indonesia, khususnya dalam sektor bahan bakar minyak (BBM), telah mengalami dinamika yang menarik selama beberapa dekade terakhir.
Dulu, saat Pertamina memonopoli Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) di seluruh pelosok negeri, kehadiran perusahaan-perusahaan asing di pasar ini diramalkan akan menggoyahkan dominasi raksasa minyak nasional tersebut.
Namun demikian, kenyataan menunjukkan bahwa pasar ini lebih keras dari yang dibayangkan, dengan beberapa perusahaan asing akhirnya menarik diri dari bisnis SPBU di Indonesia, seperti yang dialami oleh Total, Petronas, dan yang terbaru, berita terkait Shell. Lalu, apa yang bisa dipelajari dari perjalanan panjang industri BBM di Indonesia ini?
Dominasinya Pertamina: Faktor Utama di Pasar Indonesia
Salah satu alasan utama mengapa perusahaan asing kesulitan bersaing di pasar BBM Indonesia adalah dominasi Pertamina yang sudah mapan. Sebagai perusahaan milik negara yang menjadi penyedia utama bahan bakar di Indonesia, Pertamina memiliki keunggulan signifikan, baik dalam hal infrastruktur maupun regulasi.
Pemerintah memberikan dukungan kuat terhadap Pertamina, dengan memberikan hak eksklusif untuk mendistribusikan BBM bersubsidi, yang menambah tantangan bagi perusahaan asing yang tidak bisa menawarkan harga yang kompetitif dalam kategori ini.
Pada saat yang sama, Pertamina telah meningkatkan kualitas dan layanan, membuatnya semakin kompetitif dalam pasar domestik. Dari segi harga, layanan, hingga kualitas produk, Pertamina semakin unggul dalam menarik konsumen, terutama di daerah-daerah yang lebih sulit dijangkau. Hal inilah yang membuat perusahaan asing kesulitan untuk mempertahankan keunggulannya.
Penutupan Total dan Petronas: Realita Bisnis yang Pahit
Pada akhir 2020, Total, perusahaan minyak raksasa asal Prancis, resmi menutup operasional SPBU-nya di Indonesia. Keputusan ini terjadi di tengah pandemi COVID-19 yang membuat sektor energi global mengalami tekanan.
Total bukanlah satu-satunya perusahaan asing yang memilih mundur; sebelumnya, Petronas, perusahaan minyak asal Malaysia, juga memilih menutup bisnis SPBU-nya di Indonesia pada 2012. Keduanya menyadari bahwa untuk bersaing di pasar BBM Indonesia yang sudah sangat dikuasai oleh Pertamina, mereka harus menghadapi banyak tantangan.
Pada saat masuknya kedua perusahaan ini ke Indonesia, ada harapan bahwa mereka bisa membawa produk BBM dengan kualitas lebih baik dan harga yang lebih bersaing.
Namun, kenyataannya, walaupun kualitas produk mereka tidak kalah dengan Pertamina, tantangan besar datang dari struktur pasar yang sudah dikuasai oleh pemain lokal dan regulasi yang sangat mendukung Pertamina.
Kehadiran perusahaan asing di pasar ini, meskipun memberi variasi produk BBM, tidak cukup untuk merebut pangsa pasar yang sangat besar yang dikuasai oleh Pertamina.