Lihat ke Halaman Asli

Merza Gamal

TERVERIFIKASI

Pensiunan Gaul Banyak Acara

Bagaimana Nasib Masyarakat yang Memiliki Lembaran Saham pada Pemailitan Sritex?

Diperbarui: 30 Oktober 2024   08:40

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber gambar: Kontan 20 Agustus 2015

Investasi pada perusahaan terbuka atau Tbk, termasuk saham PT Sri Rejeki Isman Tbk (Sritex), menarik bagi masyarakat yang ingin mengembangkan aset. Sebagai salah satu perusahaan tekstil terbesar di Indonesia, Sritex pernah berjaya dan memiliki potensi besar untuk pertumbuhan dengan ekspansi ke pasar global.

Namun tragisnya, Sritex harus menghadapi kenyataan pahit ketika Pengadilan Niaga Semarang resmi menyatakan pailit, setelah lebih dari lima dekade beroperasi dan dikenal sebagai salah satu perusahaan tekstil terbesar di Asia Tenggara,

Ketika masa kejayaannya, banyak investor terpikat oleh prospek pertumbuhannya. Namun, keadaan berubah ketika Sritex menghadapi kesulitan keuangan yang akhirnya berujung pada pemailitan. Banyak masyarakat tidak paham dimana posisi mereka, apakah dana investasi mereka bisa diperoleh kembali.

Kasus ini menunjukkan pentingnya memahami risiko dalam investasi saham, terutama pada perusahaan yang terdaftar di bursa. Tidak jarang, perubahan situasi bisnis secara drastis dapat dipicu oleh faktor eksternal maupun internal yang tak terduga.

Berikut ini adalah pelajaran yang dapat diambil dari kasus Sritex dan tindakan yang bisa dilakukan oleh para pemegang saham dalam kondisi ini.

Pelajaran dari Kasus Sritex: Hal yang Perlu Diperhatikan oleh Pemegang Saham

Ketika membeli saham perusahaan yang tengah berjaya seperti Sritex, kebanyakan pemegang saham tidak terpikir bahwa perusahaan tersebut bisa mengalami krisis yang mengarah ke pemailitan.

Kasus ini menjadi pengingat bagi investor untuk lebih teliti dalam melakukan analisis risiko dan memperhatikan berbagai faktor yang bisa berdampak pada stabilitas keuangan perusahaan. Berikut adalah beberapa pelajaran penting dari kasus Sritex:

  1. Kesehatan Keuangan Perusahaan: Menganalisis kesehatan keuangan perusahaan merupakan langkah dasar yang seharusnya dilakukan sebelum membeli saham. Dalam kasus Sritex, beban utang yang tinggi menjadi pemicu utama pemailitan. Metrik utama seperti rasio utang terhadap ekuitas (debt-to-equity ratio), likuiditas, dan arus kas adalah indikator penting untuk memahami kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban utangnya.
  2. Risiko Ekspansi Bisnis yang Terlalu Agresif: Ekspansi bisnis dapat meningkatkan pendapatan, namun bisa berisiko jika tidak didukung oleh perencanaan matang. Sritex memperluas kapasitas produksinya untuk menjawab permintaan tinggi, namun pandemi dan penurunan permintaan menyebabkan beban keuangan membesar karena ekspansi didanai oleh utang besar.
  3. Ketergantungan pada Kondisi Ekonomi Global: Sritex yang memiliki pasar ekspor luas sangat rentan terhadap fluktuasi ekonomi global. Pandemi COVID-19 mengakibatkan penurunan permintaan, memberikan tekanan besar pada pendapatan perusahaan. Investor perlu memahami bahwa ketergantungan perusahaan pada pasar global meningkatkan risiko.
  4. Pentingnya Tata Kelola Perusahaan yang Baik (Good Corporate Governance): Tata kelola perusahaan yang baik mencerminkan akuntabilitas dan transparansi manajemen. Investor perlu memperhatikan apakah perusahaan mematuhi prinsip-prinsip tata kelola yang baik, termasuk keterbukaan dalam laporan keuangan.
  5. Transparansi dan Informasi ke Publik: Transparansi sangat penting agar investor dapat menilai risiko secara akurat. Dalam kasus Sritex, kurangnya kejelasan informasi keuangan menambah ketidakpastian bagi investor.
  6. Pemahaman Hak dan Tanggung Jawab sebagai Pemegang Saham: Pemegang saham memiliki hak untuk memperoleh informasi keuangan, mengikuti Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS), dan menyalurkan suara terkait kebijakan strategis perusahaan. Mengetahui hak ini dan terlibat dalam RUPS dapat membantu pemegang saham memahami kondisi terkini perusahaan.

Posisi Pemegang Saham dalam Pemailitan Sritex

Pemegang saham Sritex, khususnya mereka yang memperoleh sahamnya melalui Pasar Modal atau Bursa Saham, memiliki posisi yang unik namun rentan dalam proses pemailitan perusahaan.

Dalam situasi ini, urutan prioritas pembayaran diatur dengan ketat, dan posisi pemegang saham dalam proses ini cukup rendah dibandingkan dengan kreditur. Secara umum, ketika perusahaan dinyatakan pailit, proses pembayaran hutang perusahaan dilakukan berdasarkan urutan prioritas sebagai berikut:

  1. Kreditur Preferensial dan Kreditur Separatis: Kreditur preferensial, seperti pemerintah (untuk pajak yang belum dibayar), dan kreditur separatis, seperti bank yang memegang agunan, memiliki prioritas utama dalam mendapatkan pembayaran dari aset perusahaan yang tersisa. Mereka berhak atas pembayaran sebelum pemegang saham mendapat bagiannya.
  2. Kreditur Konkuren: Kreditur konkuren adalah pihak yang memberikan pinjaman tanpa agunan. Mereka akan mendapat pembayaran setelah kreditur preferensial dan separatis menerima bagiannya, tetapi masih memiliki hak lebih tinggi dibandingkan dengan pemegang saham.
  3. Pemegang Saham: Setelah semua kewajiban kepada kreditur dilunasi, barulah pemegang saham memiliki hak atas sisa aset perusahaan (jika masih ada). Sayangnya, dalam banyak kasus pemailitan, jumlah aset yang tersisa sangat sedikit atau bahkan tidak ada, sehingga kecil kemungkinan bagi pemegang saham, termasuk masyarakat umum yang memperoleh saham melalui bursa, untuk menerima nilai investasi mereka kembali. Posisi ini membuat pemegang saham memiliki risiko paling tinggi dalam skenario pemailitan.

Dengan memahami urutan prioritas ini, masyarakat yang memegang saham Sritex dapat lebih realistis dalam menilai risiko yang terjadi. Selain itu, Masyarakat harus terus memantau informasi resmi terkait perkembangan proses pemailitan melalui bursa dan sumber terpercaya lainnya agar investasi yang telah meraka tanamkan tidak hilang sama sekali.

Langkah yang Bisa Dilakukan Pemegang Saham Sritex dalam Kondisi Pemailitan

Dalam kondisi pemailitan, para pemegang saham Sritex menghadapi ketidakpastian terkait nilai investasinya. Berikut beberapa langkah yang dapat dipertimbangkan oleh pemegang saham:

  1. Memahami Posisi Saham dalam Antrian Pembayaran: Memahami posisi saham dalam proses pemailitan akan membantu pemegang saham mengantisipasi hasil akhir dari pemailitan ini dan mengetahui peluang penerimaan aset yang tersisa.
  2. Pantau Proses Pemailitan dan Komunikasi dari Manajemen: Pemegang saham dapat memantau perkembangan pemailitan melalui pengumuman resmi perusahaan, laporan dari kurator, atau informasi yang dirilis bursa. Proses pemailitan biasanya melibatkan pertemuan antara manajemen dan kreditur, yang bisa memberi gambaran langkah-langkah yang diambil.
  3. Menimbang Keputusan Menahan atau Menjual Saham: Saham perusahaan yang sedang dalam proses pemailitan biasanya mengalami penurunan harga drastis karena ketidakpastian nilainya. Pemegang saham perlu mempertimbangkan apakah akan tetap menahan saham atau menjualnya, meskipun dengan harga rendah, untuk mengurangi potensi kerugian.
  4. Konsultasi dengan Ahli Keuangan atau Hukum: Dalam situasi kompleks seperti pemailitan, pemegang saham bisa mencari bantuan dari ahli keuangan atau hukum untuk memahami hak mereka selama proses pemailitan dan melindungi aset yang tersisa. Langkah ini dapat membantu investor mendapatkan informasi akurat serta menyiapkan strategi yang sesuai.
  5. Belajar dari Pengalaman untuk Menghindari Risiko di Masa Depan: Kasus Sritex menjadi pengingat pentingnya analisis risiko yang menyeluruh sebelum membeli saham. Perusahaan dengan beban utang tinggi atau ketergantungan pada sektor rentan memerlukan perhatian khusus.

Sumber gambar: Akun Instagram Sritex Indonesia

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline